Total, saya menghabiskan waktu tidak sampai dua jam untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 tersebut. Proses vaksinasinya hanya singkat. Rupanya lebih lama waktu yang saya butuhkan untuk memutuskan ikut vaksinasi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
Sebuah pesan masuk di grup Whatsapp (WA) wartawan Pemerintah Provinsi Bali, Sabtu (27/2/2021), pukul 15.17 Wita. Isinya, undangan kepada wartawan untuk mendaftarkan diri pada program vaksinasi Covid-19.
Kebanyakan rekan-rekan wartawan menanggapinya dengan ucapan terima kasih dan siap mendaftar. Sementara saya, yang biasanya cepat merespons pesan, kali ini justru sebaliknya. Saya sengaja menahan diri karena terus terang merasa khawatir. Apakah vaksin ini aman bagi saya?
Sebelum menerima undangan tersebut, saya dan keluarga telah mendaftarkan diri mengikuti program vaksin Covid-19 mandiri yang akan diselenggarakan perusahaan.
Saya sengaja menahan diri karena terus terang merasa khawatir. Apakah vaksin ini aman bagi saya?
Seiring waktu, rekan-rekan wartawan di Pulau Jawa sudah lebih dulu mengikuti program vaksin Covid-19. Adapun kami yang bertugas di luar Jawa masih menunggu giliran.
Program vaksinasi Covid-19 untuk kalangan wartawan dan pekerja media di Bali, menurut Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra, merupakan program pemerintah. Wartawan termasuk golongan yang rentan terpapar Covid-19 sehingga masuk kelompok sasaran vaksinasi. Ini bagian dari upaya menumbuhkan kekebalan komunitas dan melindungi masyarakat secara umum.
Sebagai wartawan, kami menyadari rentannya kami dari terpapar penyakit menular, termasuk Covid-19. Pasalnya, meliput dan mengumpulkan bahan berita merupakan pekerjaan yang lebih banyak dikerjakan di lapangan, termasuk dalam situasi pandemi seperti saat ini.
Meskipun kami telah menjalankan protokol kesehatan dengan baik, seperti memakai masker dan menjaga jarak saat liputan, sejumlah rekan wartawan di Bali tak luput dari paparan Covid-19. Bahkan, seorang di antaranya meninggal dunia.
Itu sebabnya, ketika vaksin Covid-19 mulai masuk Tanah Air dan didistribusikan ke daerah-daerah, termasuk ke Bali, muncul harapan pandemi akan segera tertanggulangi.
Dengan optimisme yang membubung tinggi, kami di Bali berharap dapat segera kembali menjalani aktivitas seperti sebelum wabah Covid-19 datang. Walaupun telah beradaptasi dengan ”kecanggihan teknologi” melalui pemakaian video call atau percakapan daring, keinginan dapat bertatap muka dan berkumpul tetap ada.
Apalagi sebagai warga Bali, kehidupan kami juga terikat ritual adat dan agama, misalnya, sangkep (rapat adat) atau piodalan (perayaan keagamaan), baik piodalan di pura maupun piodalan di merajan (pura keluarga).
Berselang dua jam setelah masuk pesan undangan vaksinasi Covid-19 di grup WhatsApp, Humas Pemprov Bali kembali mengirimkan pesan berisikan link pendaftaran vaksinasi secara daring yang jadwalnya dimulai pada Sabtu (6/3/2021).
Sambil mengetik berita, saya memikirkan pesan itu. Apakah sebaiknya saya mendaftar sekarang atau menunggu realisasi program vaksinasi mandiri oleh perusahaan? Selain itu, masih tebersit pertanyaan, apakah vaksin ini aman bagi saya?
Setelah memantapkan pikiran dan berdoa, saya memutuskan mendaftar melalui link yang diberikan. Saya lantas menyimpan pesan-pesan terkait, termasuk yang berisi informasi hari dan tanggal pelaksanaan vaksinasi.
Sambil menunggu konfirmasi pendaftaran, saya meneruskan pekerjaan yang belum tuntas, yakni mengetik berita. Sambil menanti datangnya hari-H, saya membaca-baca berita tentang perkembangan vaksin Covid-19 ataupun pengalaman kawan-kawan yang telah mendapat vaksin.
Rabu (3/3/2021) siang, kembali masuk pesan di grup Whatsapp berisi daftar peserta dan jadwal pelaksanaan vaksinasi mulai Sabtu (6/3/2021). Ada sembilan halaman berisikan 450 nama wartawan, pekerja media, dan asal lembaga masing-masing.
Ternyata hari Jumat (5/3/2021) pagi, muncul pesan di grup Whatsapp bahwa wartawan bisa mengikuti vaksinasi Covid-19 pada Jumat siang atau sehari sebelum jadwal. Sebagian dari kami memutuskan mengambil kesempatan ini.
Sayangnya, sejak pagi saya sudah berada di Ubud, Gianyar, guna meliput kunjungan kerja Kepala Badan POM RI dan penyerahan nomor izin edar serta sertifikat bagi kalangan UMKM dan IKM. Padahal, saya ingin sekali mengambil kesempatan vaksinasi hari itu. Acara yang berlangsung di Restoran Taman Dedari, Kedewatan, Ubud, ini akan berlangsung sampai siang.
Setelah meliput acara dan mewawancarai Kepala Badan POM RI, saya bergegas kembali ke Denpasar. Waktu telah menunjukkan pukul 12.10 Wita. Saya harus menempuh jarak 27-28 kilometer untuk mencapai lokasi acara di Gedung Nari Graha, Denpasar. Waktu tempuh kira-kira 50 menit.
Bersyukur perjalanan lancar sehingga saya bisa tiba pukul 13.00 Wita saat acara masih berlangsung. Ternyata, banyak sekali peserta hari itu.
Panitia telah menyiapkan 17 vial vaksin Covid-19 atau setara 170 dosis, seperti diungkapkan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ni Wayan Murdani. Hari itu vaksin diperuntukkan bagi aparatur sipil negara (ASN) dan pegawai kontrak di lingkungan Pemprov Bali.
Setelah melewati proses registrasi dan mengisi formulir di meja pertama, saya menjalani screening riwayat kesehatan. Jika berhasil melewatinya, barulah kami akan divaksinasi di meja ketiga.
Proses penyuntikan tidaklah lama. Hanya sesaat terasa nyeri ketika jarum menembus kulit. Setelah itu, kami harus menunggu 30 menit untuk observasi guna melihat reaksi tubuh seusai divaksinasi. Peserta yang tidak mengalami keluhan akan diberikan surat keterangan dan diperbolehkan meninggalkan lokasi.
Total, saya menghabiskan waktu tidak sampai dua jam untuk mengikuti program vaksinasi massal tersebut. Proses vaksinasinya hanya singkat. Rupanya lebih lama waktu yang saya butuhkan untuk memutuskan ikut vaksinasi.
Setelah itu, sekitar pukul 15.00 Wita, saya dan beberapa rekan wartawan langsung menuju Kantor Polresta Denpasar untuk mengikuti jumpa media terkait dengan pengungkapan kasus narkotika.
Sambil merasakan nyeri saat injeksi, saya berharap vaksin ini efektif agar kami tetap sehat dan selamat dalam melewati wabah Covid-19, ujian terberat yang dihadapi umat manusia sejak awal tahun lalu.