Kecelakaan Bus Berulang di Jawa Barat, Benahi Sistem Keselamatan
Kecelakaan bus yang menelan banyak korban jiwa terus berulang di Jawa Barat. Rabu (10/3/2021), 27 penumpang bus tewas dalam kecelakaan tunggal di Kabupaten Sumedang. Sistem keselamatan kendaraan perlu segera dibenahi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Sebanyak 27 penumpang bus pariwisata tewas dalam kecelakaan tunggal di Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021). Sistem keselamatan kendaraan perlu dibenahi agar kecelakaan yang menelan banyak korban jiwa tidak terus berulang.
Kecelakaan berawal saat bus pariwisata Sri Padma Kencana dengan nomor polisi T 7591 TB melintas di jalan menurun di Desa Sukajadi sekitar pukul 18.30. Bus dari arah Garut menuju Subang itu diduga kehilangan kendali, lalu menabrak tiang listrik dan pembatas jalan.
Bus berpenumpang 66 orang tersebut kemudian terperosok ke jurang sedalam sekitar 10 meter di kiri jalan. Selain 27 korban tewas, 39 penumpang lainnya terluka. Korban tewas termasuk pengemudi bus, Yudi Awan (41).
Bus membawa rombongan siswa, guru, dan orangtua asal Cisalak, Subang, yang dalam perjalanan pulang dari Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya. Jenazah korban telah dibawa ke rumah duka menggunakan puluhan ambulans.
Polisi belum dapat menyimpulkan penyebab kecelakaan. Hingga Kamis (11/3/2021) sore, petugas masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
”Hasilnya (olah TKP) besok (Jumat) atau lusa (Sabtu). Tetapi, yang jelas, kondisinya kemarin (Rabu) dalam keadaan hujan. Kemudian jalan ini bukan untuk bus besar. Kalau kita lihat, ini, kan, jalur alternatif,” ujar Kepala Polda Jabar Inspektur Jenderal Ahmad Dofiri.
Lokasi kecelakaan dikenal dengan nama Tanjakan Cae. Letaknya berada di perbatasan Kabupaten Garut dan Sumedang. Kondisi geografisnya memiliki lintasan curam sekaligus berkelok.
Belum diketahui kecepatan bus saat kecelakaan terjadi. ”Saya belum bisa memastikan itu. Nanti menggunakan alat TAA (traffic accident analysis) baru bisa disimulasikan,” ujarnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, penyebab kecelakaan masih diinvestigasi. Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga sudah berada di lokasi kejadian.
”Sementara ini informasi yang didapat ada keterlambatan uji kir. Saya sudah koordinasi dengan Dinas Perhubungan Jabar karena ini jalan provinsi. Apakah dapat dipasang guard rail (pagar pengaman jalan) di jalan ini,” ujarnya.
Pemerintah perlu menerapkan standar material rancang bangun bus dengan melakukan uji tabrak dan uji guling. Hal ini untuk menghindari korban jiwa akibat terjepit rangka kendaraan.
Jalur Garut-Sumedang melalui Malangbong tersebut merupakan kawasan rawan kecelakaan. Sembilan tahun lalu, Bus Maju Jaya yang mengangkut 30 penumpang dari Tasikmalaya menuju Cikampek terguling ke jurang sedalam 10 meter. Sebanyak 11 orang di antaranya tewas.
Direktur Eksekutif Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Transportasi Hermawanto menyimpulkan, kecelakaan bus di Wado, Sumedang, diakibatkan tidak dijalankannya sistem keselamatan kendaraan. Penyebab terjadinya korban meninggal ialah sabuk keselamatan tidak berfungsi dengan baik dan rangka kendaraan tidak mampu menahan benturan.
”Sistem keselamatan berkaitan dengan kelayakan kendaraan untuk jalan, terutama rem. Patut dicurigai kendaraan tidak dirawat dengan baik,” ujarnya melalui keterangan tertulis.
Kecelakaan yang menelan banyak korban jiwa telah berkali-kali terjadi di Jabar. Pada Februari 2018, sebanyak 27 penumpang bus tewas akibat kecelakaan tunggal di Tanjakan Emen, Subang. Rem bus blong sehingga sopir kehilangan kendali.
Bus terguling di sisi kiri jalan. Kejadian ini mirip dengan kecelakaan di Wado, Sumedang, karena sama-sama terjadi di jalan menurun.
Menurut Hermawanto, pemerintah perlu menerapkan standar material rancang bangun bus dengan melakukan uji tabrak dan uji guling. Hal ini untuk menghindari korban jiwa akibat terjepit rangka kendaraan.
”Patutlah semua pihak mengedepankan keselamatan lalu lintas sebagai yang utama, tidak hanya kepentingan bisnis kendaraan dan transportasi,” ujarnya.
Pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ade Sjafruddin, mengatakan, selain faktor kendaraan, kecelakaan juga disebabkan faktor manusia (pengemudi) dan lingkungan. Dalam faktor kendaraan, misalnya, perlu ditelusuri apakah perawatan kendaraan dilakukan secara berkala.
”Apalagi, jalur di Wado banyak kelokan dan menurun. Jadi, selain kecakapan pengemudi, kondisi kendaraan juga harus laik,” ujarnya.
Faktor lingkungan, seperti kontur jalan dan cuaca, juga menentukan. Oleh sebab itu, jalur perlu dipasang fasilitas memadai, seperti rambu lalu lintas, pembatas jalan, dan lampu.
”Yang paling dominan adalah faktor manusia. Sopirnya mesti memenuhi kualifikasi dan mengenal jalur yang akan dilalui,” ujarnya.
Selain itu, sopir juga memerlukan istirahat cukup agar konsentrasinya terjaga. Setiap empat jam perjalanan, pengemudi harus beristirahat setengah jam.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir berjanji akan menjalankan rekomendasi dari pihak berwenang untuk mengurangi kerawanan kecelakaan di jalur itu. Menurut dia, polisi bersama sejumlah pihak akan menggelar diskusi kelompok terfokus untuk mengkaji penyebab kecelakaan di jalur itu.
”Kemudian merekomendasikan agar di tempat ini tidak terjadi lagi kecelakaan. Nanti akan ada rekomendasi yang harus dijalankan oleh pemerintah kabupaten, provinsi, dan kepolisian,” ujarnya.
Menurut Dony, penambahan rambu-rambu dan penerangan jalan akan menjadi fokus perbaikan di jalur tersebut. Rambu dibutuhkan untuk mengingatkan pengemudi agar lebih berhati-hati. Sementara lampu penerangan jalan diperlukan untuk memperjelas pandangan.