KA Mutiara Timur Jadi Alternatif Baru Rute Banyuwangi-Yogyakarta
PT KAI Daop IX Jember membuka rute perjalanan baru Banyuwangi-Yogyakarta pergi pulang. Perjalanan yang dilayani Kereta Api Mutiara Timur ini menjadi alternatif perjalanan yang sebelumnya hanya dilayani KA Sritanjung.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — PT Kereta Api Daerah Operasional IX Jember membuka rute perjalanan baru Banyuwangi-Yogyakarta pergi-pulang. Perjalanan yang dilayani Kereta Api Mutiara Timur ini menjadi alternatif selain menggunakan Kereta Api Sritanjung.
”Pada bulan ini kami menambahkan operasional KA Mutiara Timur dengan rute Stasiun Ketapang di Banyuwangi-Stasiun Tugu di Yogyakarta, pergi-pulang. Rute ini memperpanjang perjalanan Mutiara Timur yang sebelumnya hanya melayani perjalanan Surabaya-Banyuwangi,” kata Pelaksana Harian Manajer Humas Daop IX Jember Radhitya Mardika Putra di Banyuwangi, Kamis (11/3/2021).
Radhitya mengatakan, rute baru yang dimulai 10 Maret 2021 ini menjadi alternatif perjalanan Banyuwangi-Yogyakarta pergi-pulang yang sebelumnya hanya dilayani KA Sritanjung. Rute alternatif ini dinilai tidak akan saling bersaing, tetapi saling melengkapi karena memiliki pangsa pasar yang berbeda.
Radhitya merinci, KA Sritanjung akan melayani perjalanan setiap hari. Sementara KA Mutiara Timur akan melayani perjalanan dua hari dalam seminggu. Tiket Mutiara Timur untuk jurusan Banyuwangi-Yogyakarta hanya tersedia pada hari Rabu dan Minggu.
Selain itu, KA Stritanjung hanya melayani kelas ekonomi. Kereta ekonomi menggunakan kereta penumpang lama dengan fasilitas AC dan berkapasitas 84 penumpang hingga 106 penumpang.
Adapun KA Mutiara Timur menyediakan kelas ekonomi premium dan eksekutif. Ekonomi premium sudah menggunakan kereta penumpang baru dengan kapsitas 64 penumpang.
”Harga tiket KA Sritanjung dipatok Rp 94.000 per orang, sedangkan tiket KA Mutiara Timur dijual Rp 280.000 untuk kelas ekonomi premium dan Rp 350.000 untuk kelas eksekutif. Di Yogyakarta, KA Sritanjung berhenti di Stasiun Lempuyangan, edangkan KA Mutiara Timur berhenti di Stasiun Tugu,” ujar Radhitya.
Akan tetapi, lama perjalanan KA Mutiara Timur dan KA Sritanjung tidak terpaut jauh. KA Sritanjung akan menempuh perjalanan selama 12 jam 40 menit. Adapun KA Mutiara Timur menempuh perjalanan selama 12 jam 5 menit.
Kehadiran KA Mutiara Timur relasi Banyuwangi-Yogyakarta disambut antusias. Paulina Hartati (50), warga Banyuwangi asal Yogyakarta, kini memiliki banyak alternatif saat pulang kampung.
”Saya biasanya naik Sritanjung. Harus diakui, agak kurang nyaman karena tempat duduk KA Sritanjung terlalu tegak, jadi kurang nyaman untuk perjalanan jauh. Hadirnya Mutiara Timur dengan kelas ekonomi premium bisa jadi pilihan lebih nyaman,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Maria Dyah Nita (30). Ia menyatakan kerap berlibur dari Banyuwangi ke Yogyakarta menggunakan moda transportasi kereta api. ”Saya punya anak balita. Dia mudah bosan kalau perjalanan jauh dengan kereta api. Terakhir kami ke Yogyakarta, harus estafet menggunakan kelas eksekutif KA Mutiara Timur ke Surabaya, lalu lanjut menggunakan kelas eksekutif KA Sancaka ke Yogyakarta,” ucapnya.
Nita berharap bisa memanfaatkan layanan tersebut pada saat libur lebaran nanti. Apalagi PT KAI Daop IX Jember sudah menyediakan layanan GeNose C-19 sebagai alternatif tes cepat antigen yang harganya juah lebih murah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Yanuarto Bramuda menilai positif munculnya rute perjalanan baru tersebut. Menurut dia, hal ini bisa mendorong pergerakan wisatawan dari Yogyakarta ke Banyuwangi.
”Yogyakarta dan Banyuwangi memiliki karakter wisatawan yang hampir sama. Kebanyakan wisatawan Yogyakarta dan Banyuwangi adalah pencinta wisata alam dan kebudayaan. Rute ini membuat wisatawan dari Yogyakarta mudah ke Banyuwangi dan sebaliknya,” katanya.
Ia berharap rute baru ini bisa mendongkrak laju kunjungan wisatawan yang sempat anjlok akibat pandemi. Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan domestik dapat menembus 5,4 juta kunjungan.
Namun, jumlahnya turun menjadi 2,3 juta kunjungan tahun 2020. Adapun kunjungan wisatawan mancanegara yang mencapai 109.000 tahun 2019 turun menjadi 90 kunjungan tahun 2020.