Pelaku Pembunuhan di Banda Aceh Diduga Alami Gangguan Jiwa
PP (21) pelaku pembunuhan terhadap ibu rumah tangga, Ramlah (35), akan dibawa ke dokter spesialis kejiwaan untuk diperiksa kejiwaannya. Sebelum membunuh, ia mengaku sebagai Imam Mahdi.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — PP (21) pelaku pembunuhan terhadap seorang ibu bernama Ramlah (35), warga Desa Lamjabat, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, diduga mengalami gangguan jiwa. Sebelum membunuh ia mengaku sebagai Imam Mahdi. Ramlah meninggal setelah ditusuk pelaku.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Banda Aceh Ajun Komisaris Polisi Ryan Citra Yudha, dalam konferensi pers, Senin (8/3/2021), mengatakan, beberapa hari sebelumnya membunuh, PP memperlihatkan perilaku aneh. PP mengaku sebagai Imam Mahdi. Umat Islam memercayai suatu saat Imam Mahdi diutus Tuhan untuk memperbaiki kehidupan manusia.
PP menyerang korban membabi buta dengan sebilah sangkur pada Jumat (5/3/2021). Saat itu, Ramlah sedang memasak di rumahnya. Tiba-tiba PP masuk ke rumah dan menyerang korban. Ramlah mengalami beberapa kali tusukan di punggung. PP juga melukai N (14), anak Ramlah dan A (12), keponakan Ramlah
Ramlah meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Jenazah Ramlah dimakamkan di Desa Lamjabat pada sore Jumat.
Korban dan pelaku masih memiliki hubungan saudara. Rumah mereka juga berdekatan. Korban berprofesi sebagai guru pengajian, sedangkan pelaku bekerja sebagai pelayan di sebuah kantin di lingkungan Pemerintah Kota Banda Aceh.
Yudha mengatakan, satu minggu sebelum kejadian, pelaku mengalami perubahan perilaku. Kepada pemilik kantin tempat dia bekerja, dia mengirimkan pesan bahwa dia adalah Imam Mahdi. ”Kalau aku bilang aku adalah Imam Mahdi, kalian anggap aku gila,” kata Yudha mengulang pernyataan pelaku.
Hari ini kami akan membawa pelaku ke dokter spesialis kejiwaan untuk memeriksa kejiwaan. (Ryan Citra Yudha)
Saat ini pelaku ditahan di Markas Polresta Banda Aceh. Pelaku kerap berhalusinasi dan berbicara sendiri. Saat diperiksa penyidik, pelaku mengatakan ada yang membisik agar membunuh Ramlah. Pelaku juga seperti melihat rumahnya dikepung oleh warga.
”Hari ini kami akan membawa pelaku ke dokter spesialis kejiwaan untuk memeriksa kejiwaan,” kata Yudha. Polisi telah melakukan memeriksa urine pelaku hasilnya yang bersangkutan tidak mengonsumsi narkoba.
Psikolog Nurjannah Nitura menuturkan, seseorang mengalami gangguan psikolog karena depresi berat. Pemicunya beragam, seperti tekanan sosial, ekonomi, persekusi, hingga buruknya relasi sosial dengan lingkungan.
Tekanan psikologis dalam waktu berkepanjangan dapat memicu depresi. Dampaknya, yang bersangkutan mengalami kurang gairah dalam aktivitas, susah tidur, hingga putus asa. Orang depresi mudah terbawa perasaan hingga nekat menyakiti diri sendiri dan orang lain.
Nurjannah mengatakan pentingnya relasi sosial terutama keluarga inti. Saling peduli sesama membuat seseorang memiliki tempat berbagi masalah. Saat ada anggota keluarga menunjukkan perubahan sikap, ia harus segera diperiksakan ke psikolog.