Kluster Baru Muncul di Jabar, Pembatasan Mikro dan Vaksinasi Mesti Dibarengi Kedisiplinan
Kluster baru Covid-19 muncul saat penerapan PPKM berskala mikro di Jawa Barat. Agar pengendalian pandemi berjalan optimal, PPKM dan vaksinasi mesti dibarengi kedisiplinan warga dalam menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sejumlah kluster baru penularan Covid-19 muncul saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro di Jawa Barat. PPKM dan vaksinasi yang sedang berjalan mesti dibarengi kedisiplinan warga dalam menerapkan protokol kesehatan sehingga upaya pengendalian pandemi berjalan optimal.
Kluster baru itu di antaranya pesantren di Kabupaten Subang, peziarah di Kabupaten Bandung Barat, dan klub senam di Kabupaten Tasikmalaya. Warga diminta tidak mengendurkan protokol kesehatan, salah satunya menjauhi kerumunan.
“Seiring dengan PPKM dan vaksinasi, tolong kami dihormati dengan cara tidak melakukan kegiatan berkerumun,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil, di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (8/3/2021).
Dalam kluster pesantren di Subang, ratusan santri terjangkit Covid-19. Sementara, lebih dari 20 anggota klub senam di Tasikmalaya positif Covid-19. Selain itu, puluhan warga Parongpong, Bandung Barat, terpapar Covid-19 usai berziarah ke Tasikmalaya. Mereka sedang menjalani isolasi untuk mencegah penularan virus korona baru lebih luas.
Kamil meminta warga menahan diri agar tidak melakukan kegiatan berkerumun. “Harus ditunda dahulu. Boleh senam, tetapi tidak berkelompok. Tahan juga ziarahnya,” ucapnya.
Terkait aktivitas di pesantren, wajib dilakukan tes usap antigen sebelum menggelar kegiatan tatap muka. Jika ditemukan kasus Covid-19, seluruh warga pesantren akan menjalani tes usap. “Saya sudah menitipkan untuk mengirimkan tes antigen sebagai pertahanan pertama. Saya kira ini menjadi warning (peringatan agar waspada),” ujarnya.
Kluster pesantren di Subang bukan yang pertama di Jabar. Sebelumnya, penularan Covid-19 juga terjadi di pesantren di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Indramayu, Kuningan, dan Karawang.
Kamil menambahkan, dalam sepekan terakhir, tidak ada kabupaten/kota di Jabar berstatus zona merah Covid-19. Namun, ia meminta warga tetap menjalankan protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), Senin pukul 14.30, terdapat 222.400 kasus Covid-19 di provinsi itu. Jumlah tersebut terbanyak kedua dari 34 provinsi setelah DKI Jakarta.
Sebanyak 36.892 orang masih dalam perawatan atau menjalani isolasi. Sementara 182.991 orang sembuh dan 2.517 orang meninggal.
Untuk mengintensifkan vaksinasi Covid-19 tahap dua, Pemerintah Provinsi Jabar akan memaksimalkan mobil vaksinasi dan gedung-gedung sebagai tempat penyuntikan vaksin. Sekitar 6,6 juta orang, terdiri dari warga lanjut usia, petugas pelayanan publik, tokoh agama, dan pedagang pasar, ditargetkan menjadi penerima vaksin pada tahap ini.
“Jabar tidak akan cukup hanya mengandalkan puskesmas. Karena itu, kami mengandalkan gedung-gedung besar sebagai andalan utama. Puskemas sehari (penyuntikan vaksin) hanya 60 orang. Namun, di gedung bisa 1.000–2.000 orang per hari,” kata Kamil.
Jabar telah menerima 127.070 vial atau sekitar 1,14 juta dosis vaksin Covid-19. Jumlah itu hanya 8,6 persen kebutuhan vaksinasi tahap dua yang mencapai 13,2 juta dosis.
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jabar Marion Siagian mengatakan, pemerintah pusat akan kembali mengirim vaksin pekan ini. “Pengiriman vaksin tahap II termin II ke Jabar sekitar 84.740 vial (762.660 dosis) dengan ekuivalen satu vial sembilan dosis,” katanya.
Marion menuturkan, pihaknya menyusun prioritas sasaran vaksinasi disesuaikan dengan ketersediaan vaksin. Aparatur sipil negara yang intens berinteraksi dengan masyarakat, seperti personel Satuan Polisi Pamong Praja dan Dinas Perhubungan, akan diprioritaskan disuntik vaksin.