Dua Meninggal, Perekrutan UKM Silat UIN Maliki Tanpa Izin
Dua mahasiswa peserta perekrutan unit kegiatan mahasiswa silat Pagar Nusa, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, meninggal pada Sabtu kemarin. Polres Batu tengah mendalami kasus ini.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Polisi menyelidiki kasus meninggalnya dua mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang saat mengikuti kegiatan penerimaan anggota baru unit kegiatan mahasiswa silat, Pagar Nusa, UIN. Kegiatan itu diketahui tak mengantongi izin.
Dua orang dari total 41 peserta rekrutmen UKM silat meninggal pada Sabtu (6/3/2021) sore. Peserta meninggal adalah Miftah Rizki Pratama (Rizki), mahasiswa semester II Jurusan Tadris Matematika, asal Bandung, Jawa Barat, dan Faisal Lathiful Fakhri (Faisal), mahasiswa semester II Jurusan Ekonomi Syariah, asal Lamongan. Rizki dibawa ke RS Karsa Husada Kota Batu, sedangkan Faisal dilarikan ke Puskesmas Karangploso, Kabupaten Malang, tetapi nyawanya tidak terselamatkan.
Kepala Kepolisian Resor Batu Ajun Komisaris Besar Catur Cahyono Wibowo, Senin (8/3/2021), mengungkapkan, dari hasil pengecekan, kegiatan rekrutmen silat Pagar Nusa itu tidak mengantongi izin dari lembaga, dalam hal ini Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) maupun pihak yang berwenang di lokasi kegiatan.
”Kegiatan ini juga tanpa ada pemberitahuan kepada kami (polisi), ke Satuan Tugas Covid-19 juga tidak ada. Jadi memang betul-betul kegiatan yang di luar dari pengetahuan, baik pihak universitas maupun aparat setempat,” ujarnya.
Polres Batu telah memeriksa 11 saksi, mulai dari peserta, panitia, sampai pihak kampus. Senin siang, Pembantu Rektor III UIN Maliki Dr H Isroqunnajah datang ke Mapolres Batu untuk dimintai keterangan terkait kasus ini.
Menurut Catur, kegiatan penerimaan anggota baru silat dilakukan tiga hari, mulai Jumat (5/3/2021)-Minggu (7/3/2021). Kegiatan hari pertama bertempat di salah satu gedung SMK di Karangploso. Sementara pada hari kedua, peserta dibawa ke depan obyek wisata Predator Fun Park di Tlekung, Kota Batu, menggunakan angkutan.
Dari depan Predator Fun Park, acara kemudian berlanjut ke Wanawisata Coban Rais. Sesampai di Coban Rais, Rizki sempat wudu untuk melaksanakan shalat ashar, sedangkan Faisal pingsan sebelum wudu.
”Dalam kegiatan ini ada salah satu peserta (Faisal) meninggal dan dibawa ke Puskesmas Karangploso. Yang kedua (Rizki), karena pingsan, dibawa ke RS Karsa Husada. Di perjalanan, pihak rumah sakit menyatakan yang bersangkutan sudah meninggal,” kata Catur.
Mengenai penyebab pasti keduanya meninggal, Catur belum bisa memastikan. Polres Batu masih menunggu hasil resmi pemeriksaan medis dari pihak rumah sakit dan puskesmas. ”Untuk menentukan (apakah ada) unsur pidananya dan melanjutkan pemeriksaan, sedang kami dalami. Saat ini masih dalam proses,” ujarnya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Batu Ajun Komisaris Jeifson Sitorus menambahkan, meski kedua korban telah dimakamkan di daerah masing-masing, tidak tertutup kemungkinan akan dilakukan otopsi jika hasil penyelidikan menemukan tanda-tanda tindak pidana.
Keluarga Faisal sudah memberikan izin otopsi, sedangkan keluarga Rizki, kemarin, belum memberikan izin otopsi. ”Bila dalam proses hukum diduga ada tindak pidana, keluarga bersedia dilakukan otopsi. Tergantung hasil penyelidikan, jika hasil penyelidikan menemukan fakta sebelum meninggal ada proses pidana, akan dilakukan otopsi,” katanya.
Disinggung adanya faktor kelelahan yang diduga menjadi pemicu, Jeifson mengatakan, jika melihat jadwal kegiatan, ada kegiatan fisik yang mencapai 9-10 jam per hari. ”Nanti kami akan tanyakan SOP (standar) pembaiatannya. Kita belum bisa memastikan apakah karena kelelahan,” katanya.
Untuk menentukan (apakah ada) unsur pidananya dan melanjutkan pemeriksaan, sedang kami dalami. Saat ini masih dalam proses.
Sementara itu, Pembantu Rektor III UIN Maliki Isroqunnajah, yang ditemui di sela-sela pemeriksaan, mengatakan, panitia kegiatan tidak minta izin ke kampus karena selama pandemi mahasiswa memang dilarang masuk kampus.
Karyawan juga masuk kampus secara bergilir. Hal ini diperkuat dengan surat edaran rektor, termasuk ke UKM-UKM. ”Wong kuliah saja daring. Jadi semua kegiatan mahasiswa kita off-kan. off dalam arti untuk kegiatan-kegiatan yang melibatkan massa. Kalau dilakukan daring, it’s okay, ” katanya.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan Kompas melalui telepon pada Minggu malam, Isroqunnajah, mengatakan, hari pertama kegiatan (di Karangploso) diisi doa bersama dan istigasah. Sabtu pagi, mereka diajak pemanasan dan sekitar pukul 10.00 diberangkatkan ke Predator Fun Park.
”Mereka kemudian menuju lokasi perkemahan di Coban Rais. Di situ mereka jalan sesuai kemampuan. Ada yang langsung berjalan terus, ada yang berhenti terus jalan lagi, termasuk almarhum. Informasinya, selama perjalanan, mereka juga minum dan nyemil. Jadi tidak ada paksaan,” katanya.
Disinggung apakah korban memiliki riwayat penyakit? Menurut Isroqunnajah, ada keluhan soal lambung. Namun, panitia telah mengidentifikasi siapa saja yang memiliki keluhan. Mereka kemudian diberi pita di lengan sebagai penanda.