Warga Berharap Trotoar yang Membahayakan di Ambon Segera Diperbaiki
Sejumlah warga dari berbagai kalangan berharap ubin trotoar yang membahayakan pejalan kaki di Kota Ambon, Maluku, segera diganti.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sejumlah warga dari berbagai kalangan berharap ubin trotoar yang membahayakan pejalan kaki di Kota Ambon, Maluku, segera diganti. Keberadaan trotoar seharusnya memberi rasa nyaman bagi pengguna, terlebih lagi trotoar itu berada di pusat kota yang setiap hari dilewati ribuan orang.
Hingga Minggu (7/3/2021), pengerjaan trotoar masih terus berlangsung. Seorang pekerja yang ditemui Kompas di salah satu tempat mengakui, ubin yang digunakan untuk trotoar itu terlalu licin. ”Ini cocoknya di rumah; di ruang tamu atau dapur,” ucap pekerja tersebut.
Demi melindungi narasumber itu, Kompas tidak menyebutkan nama dan tempat bertemu dengannya.
Menurut dia, pada saat hujan deras, seperti yang terjadi pada Sabtu (6/3/2021), permukaan trotoar itu semakin licin. Saat ditanya alasan penggunaan ubin tersebut, tukang dimaksud menyatakan dirinya tidak tahu. ”Itu, kan, kemauan bos (kontraktor). Kami hanya kerja saja,” ujarnya lagi.
Kompas kembali menelusuri informasi tentang proyek tersebut di sekitar Lapangan Merdeka, Monumen Gong Perdamaian Dunia, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Telukabessy, dan Jalan Rijali. Namun, tidak ditemukan papan informasi yang menjelaskan tentang proyek itu, seperti besaran anggaran, kontraktor yang mengerjakan, dan volume pekerjaan.
Tak hanya licin, di beberapa ruas juga tidak terpasang koridor untuk kelompok difabel. ”Trotoar semacam itu tidak ramah. Mumpung sedang dalam pengerjaan, keramik yang licin itu harus segera diganti,” kata Ketua Yayasan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak Baihajar Tualeka saat dihubungi secara terpisah.
Baihajar mengatakan, sudah banyak warga yang terpeleset akibat kondisi trotoar yang licin itu. Ini mengindikasikan, kehadiran trotoar malah menjadi sumber bahaya bagi penggunanya. Idealnya, keberadaan trotoar memberi rasa nyaman bagi pengguna, terlebih lagi trotoar itu berada di pusat kota yang setiap hari dilewati ribuan orang.
Menurut dia, Kota Ambon yang mendeklarasikan diri sebagai kota inklusif harus memberikan layanan bagi semua orang tanpa diskriminasi. Hal itu harus diwujudkan dalam program pembangunan. ”Kalau trotoar licin seperti itu, pasti berbahaya, terutama bagi ibu-ibu, warga lansia (lanjut usia), dan kaum difabel,” ucapnya.
Seruan agar trotar tersebut diganti juga disampaikan Reza Syaranamual, tokoh muda di Ambon. Menurut dia, pembangunan trotoar itu tidak memberikan manfaat, malah sebaliknya membawa mudarat.
”Ini terkesan hanya proyek yang menghamburkan uang masyarakat. Ini melukai hati masyarakat,” ucapnya.
Di media sosial Facebook, masalah trotoar menjadi pembahasan sejumlah warganet. Banyak dari mereka menuturkan pengalaman buruk saat melewati trotoar itu. Ada yang mengaku terpeleset hingga jatuh. Warganet juga menyerukan agar ubin trotoar itu segera diganti.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Maluku selaku penanggung jawab belum menyatakan sikap atas protes publik terhadap trotoar tersebut. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Muhammad Marasabessy belum menjawab pertanyaan Kompas yang sudah dikirim dua kali melalui pesan Whatsapp.
Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Kasrul Selang yang dimintai penjelasan pun tidak menjawab. Kasrul malah mengirim dua video berisi gambar warga melewati trotoar ketika musim hujan. Ia tidak menjelaskan maksud dari video tersebut. Sebelumnya, Kasrul mengatakan, protes masyarakat terhadap proyek perbaikan trotoar itu akan menjadi masukan bagi mereka.