Food Estate dengan komoditas singkong ini program pemerintah pusat dengan target luas lahan mencapai 31.000 hektar. Publik berharap program transparan serta merangkul warga lokal.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Salah satu pekerja sedang membawa bibit singkong sebelum ditanam di lokasi program cadangan logistik pangan di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Sabtu (6/3/2021). Setidaknya 600 hektar lahan dibuka untuk program nasional tersebut.
KUALA KURUN, KOMPAS — Ribuan batang singkong sudah mulai ditanam di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Program cadangan logistik pangan atau dikenal sebagai program Food Estate itu memanfaatkan kawasan hutan untuk menanam singkong. Setidaknya 600 hektar lahan sudah dibuka untuk komoditas tersebut.
Program cadangan logistik itu dimulai pada November 2020 dengan pembukaan lahan di kawasan hutan produksi di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Kompas datang ke lokasi dan menelusuri wilayah yang saat ini sedang disiapkan pada Sabtu (6/3/2021). Untuk ke lokasi, hanya ada satu jalan masuk yang belum beraspal melalui wilayah perkebunan PT Borneo Agri Prima. Jaraknya sekitar 101 kilometer dari Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng.
Status kawasannya izin pinjam pakai kawasan. Jadi, bukan di kawasan perhutanan sosial. Itu merupakan proyek pemerintah pusat.
Di lokasi, beberapa pekerja sedang memotong batang singkong untuk menjadi bibit sebelum ditanam. Beberapa varietas singkong yang digunakan, antara lain, adalah singkong kristal merah, iding, carvita 25, revita R1, malang 4, litbang UK2, darul hidayah, UJ 5, dan adira 4.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Sebuah alat berat digunakan untuk membersihkan lokasi lahan penanaman komoditas singkong di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Sabtu (6/3/2021). Hutan di Kabupaten Gunung Mas dibuka untuk program cadangan logistik pangan pemerintah pusat.
Di tempat yang berbeda, sekitar 1 kilometer dari para pekerja, setidaknya terdapat enam alat berat sedang menyiapkan lahan sebelum ditanam. Terlihat kayu-kayu bulat dengan beragam diameter yang sudah dipotong dirapihkan dalam satu barisan.
Beberapa alat lainnya sedang menggemburkan tanah untuk membentuk blok-blok yang luasnya lebih kurang 1 hektar tiap blok. Beberapa blok yang sudah bersih dan dibuat jalur tanam sudah ditanami batang-batang singkong.
Kepala Bidang Perhutanan Sosial Dinas Provinsi Kalimantan Tengah Ihtisan menjelaskan, program Food Estate dengan komoditas singkong merupakan program pemerintah pusat melalui Kementerian Pertahanan dengan target luas lahan mencapai 31.000 hektar. Kawasan itu tidak berada di kawasan perhutanan sosial.
”Status kawasannya izin pinjam pakai kawasan. Jadi, bukan di kawasan perhutanan sosial. Itu merupakan proyek pemerintah pusat,” ujar Ihtisan melalui pesan singkat.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Para pekerja yang berasal dari Kalimantan Selatan sedang memotong bibit singkong di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Sabtu (6/3/2021). Singkong menjadi salah satu komoditas dalam program nasional cadangan logistik.
Kepala Desa Tewai Baru Sigho mengungkapkan, warganya tidak menolak keberadaan proram tersebut lantaran yakin bakal terlibat di dalamnya. Ia berharap program itu bisa membawa dampak perekonomian juga sebagai alternatif mata pencarian yang baru bagi warganya, apalagi kawasan hutan yang dibuka merupakan tempat mereka mencari nafkah dengan mengambil kayu untuk dijual juga bercocok tanam.
”Ini, kan, masih awal, keterlibatan warga di sini baru sebagai juru masak di camp-camp. Kami berharap ke depan kami bisa terlibat penuh dalam program tersebut,” ungkap Sigho.
Sigho menjelaskan, selama program itu hadir di desanya, warga yang biasa mencari kayu dilarang untuk mengambil kayu. Selain itu, warga yang memiliki lahan di kawasan yang sudah dibuka meminta ganti rugi lantaran tidak bisa lagi bercocok tanam. Ia berharap ada solusi dari pemerintah untuk masalah tersebut. Sudah hampir lima bulan berlalu, tetapi ganti rugi lahan belum ada.
Sigho menjelaskan, dari beberapa pertemuan sosialisasi dengan pemerintah daerah ataupun pusat, menurut rencana di desa yang ia pimpin akan dibuka kawasan seluas lebih kurang 2.000 hektar. Namun, tak hanya itu, program tersebut menargetkan 31.000 hektar lahan yang bakal digunakan untuk program singkong dengan melibatkan tiga kecamatan di Kabupaten Gunung Mas.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Para pekerja sedang menyiapkan bibit singkong di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Sabtu (6/3/2021). Ribuan batang singkong sudah ditanam di lokasi yang merupakan program cadangan logistik.
”Warga juga meminta agar bisa menyampaikan aspirasi. Akan tetapi, karena pandemi, pertemuan hanya melalui kepala desanya saja, tidak boleh mengumpulkan banyak orang, kan,” kata Sigho.
Melihat hal itu, Direktur Save Our Borneo Safrudin menjelaskan, pihaknya melakukan analisis satelit di lokasi dan mendapatkan data 600 hektar lahan dibuka sementara ini di kawasan hutan produksi. Menurut dia, ketika kawasan dibuka, kayu-kayu atau tegakan di dalamnya memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, hingga kini, belum jelas pihak yang menikmati keuntungan potensi kayu terebut.
”Kegiatan pembukaan lahan ini belum ada kajian lingkungannya sampai sekarang, tetapi aktivitas di lapangan sudah berlangsung sampai 600 hektar hutan dibuka,” kata Safrudin.
Safrudin menambahkan, sebelumnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Nomor 24 Tahun 2020 tentang Kawasan Hutan untuk Ketahanan Pangan. Artinya, selama untuk kepentingan pangan, hutan bisa dipakai. Aturan ini disebutnya bisa berdampak buruk bagi masyarakat setempat.
Safrudin pun berharap program nasional seperti kebun singkong ini bisa digelar transparan dan akuntabel.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Para pekerja mulai menanam bibit singkong di lokasi program cadangan logistik pangan di Desa Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Sabtu (6/3/2021). Lebih kurang 600 hektar lahan sudah dibuka untuk program cadangan logistik nasional tersebut.