Pembangunan Tol Padang-Pekanbaru Tak Distop, Hanya ”Refocusing” Proyek
Pembangunan ruas Tol Padang-Pekanbaru terhambat pembebasan lahan. Pembebasan lahan berjalan lambat karena sebagian besar merupakan tanah ulayat yang dimiliki banyak ahli waris.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Balai Pelaksana Jalan Nasional Sumatera Barat dan PT Hutama Karya membantah informasi penghentian proyek Jalan Tol Padang-Pekanbaru yang belakangan marak di media daring. Pemerintah hanya melakukan refocusing atau perubahan prioritas pengerjaan dengan mengutamakan lahan yang sudah dibebaskan. Pembangunan jalan tol di Sumbar tersendat karena lambatnya pembebasan lahan.
Sebelumnya, beredar informasi di media daring bahwa pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru dihentikan karena lambatnya progres pembangunan akibat terhambat pembebasan lahan.
Terkait hal itu, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Sumatera Barat (Sumbar) Syahputra A Gani di Padang, Sabtu (6/3/2021), menegaskan, pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru seksi I Padang-Sicincin terus berlangsung. Pengerjaan difokuskan pada lahan yang sudah dibebaskan dari pemiliknya.
”Informasi dari pimpinan kami di pusat, tidak ada penghentian pembangunan jalan tol. Yang ada refocusing. Ada keterbatasan anggaran. Jadi, yang dikerjakan adalah lahan yang sudah benar-benar bebas. Bukan dihentikan kegiatannya,” kata Syahputra dalam rapat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumbar di Padang, Sabtu sore.
Menurut Syahputra, progres pembebasan lahan seksi I Padang-Sicincin sekitar 20,24 persen dari total panjang jalan 36,6 kilometer. Adapun progres pengerjaan seksi I Padang-Sicincin 37,98 persen. Seksi I ini ditargetkan beroperasi pada Desember 2022.
Direktur Proyek Jalan Tol Padang-Sicincin PT Hutama Karya Marthen Robert Singal mengatakan hal senada. Dia menyatakan, tidak ada penghentian pengerjaan Jalan Tol Padang-Pekanbaru seksi I Padang-Sicincin sebagaimana informasi yang beredar dan diperbincangkan warganet di media daring. ”Tidak ada penghentian, yang ada refocusing,” kata Marthen.
Bentuk refocusing tersebut adalah pengalihan bahan-bahan pokok kebutuhan pembangunan. (Marthen Robert Singal)
Marthen menjelaskan, bentuk refocusing tersebut adalah pengalihan bahan-bahan pokok kebutuhan pembangunan. PT Hutama Karya sudah mengadakan hampir semua atau lebih dari 90 persen bahan-bahan pokok kebutuhan pembangunan seksi I Padang-Sicincin.
Akan tetapi, kata Marthen, karena lahan yang bisa dikerjakan terbatas akibat pembebasan lahannya lambat, bahan-bahan tersebut sudah setahun mangkrak. Oleh karena itu, salah satu perwujudan refocusing adalah mengalihkan bahan-bahan tersebut agar digunakan pada pembangunan ruas jalan lain.
”Kami refocusing ke tempat atau ruas lain yang sudah siap sehingga aset-aset ini bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat. Bisa ke Bangkinang-Pekanbaru, bisa Bangkinang-Pangkalan, bisa juga ke Medan. Tergantung yang mana membutuhkan lebih cepat. Nanti, kalau lahan (di Sumbar) sudah cukup, kami lanjutkan, kami cetak lagi bahan-bahannya,” ujar Marthen.
Menurut Marthen, progres pembangunan seksi I Padang-Sicincin, yang dimulai sejak 9 Februari 2018, baru mencapai 37,98 persen. Pencapaian itu terdiri atas 20 persen pengerjaan fisik bangunan dan 17,98 persen pengadaan bahan-bahan. Pengerjaan yang sudah berbentuk jalan tol baru sekitar 4 kilometer.
Dengan pengalihan prioritas ini, kata Marthen, kemungkinan ada perubahan target operasi seksi I Padang-Sicincin. Target operasional awal pada Desember 2022 adalah perhitungan jika pembebasan lahan selesai dalam semester I tahun 2021.
Dibandingkan dengan pengerjaan jalan tol di provinsi lain, Marthen mengakui, proyek tol di Sumbar terhitung lambat. Sebagai pembanding, Jalan Tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 133 kilometer yang pengerjaannya beriringan dengan Jalan Tol Padang-Pekanbaru saat ini sudah beroperasi.
”Kami berharap mohon dipercepat proses pembebasan lahan sehingga pengerjaan jalan tidak terhambat,” ujar Marthen.
Menurut Marthen, salah satu pemicu lambatnya pengerjaan tol di Sumbar karena sebagian besar lahan yang mesti dibebaskan adalah tanah ulayat, yang dimiliki kaum atau kelompok masyarakat dengan banyak ahli waris. Dengan begitu, proses pembebasan lahan lebih lama. Adapun lahan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai bukan tanah ulayat.
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumbar Saiful mengatakan, ada dua penetapan lokasi (penlok) di seksi I Padang-Sicincin. Penlok I pada titik 0-4,2 kilometer sudah bebas 100 persen. Sementara itu, penlok II pada titik 4,2-36,6 kilometer sudah dibebaskan 11 persen.
”Pembebasan lahan terus bergulir. Sekarang menunggu kelengkapan dokumen dari masyarakat. Kami usahakan tuntas pada Juni 2021,” kata Saiful.
Tanah ulayat
Menurut Saiful, status tanah ulayat memang membuat proses pembebasan lahan lebih lambat. Salah satu bentuk kendala adalah pada pengumpulan dokumen kepemilikan masyarakat yang lambat karena harus mendapat persetujuan ninik mamak (pemimpin suku/kelompok masyarakat) dan banyak ahli waris yang berada di luar kota (merantau). ”Sekarang, hal itu sudah banyak teratasi. Kami terus perbaiki dengan sosialisasi,” ujarnya.
Selain itu, diakui Saiful, ada pula kelompok masyarakat yang berupaya menghalang-halangi proses pengukuran tanah. Terkait permasalahan ini, BPN sudah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum.
Salah satu pemicu lambatnya pengerjaan tol di Sumbar, sebagian besar lahan yang mesti dibebaskan adalah tanah ulayat, yang dimiliki kaum atau kelompok masyarakat dengan banyak ahli waris.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan, pembangunan jalan tol tetap berjalan. Pembebasan lahan terus berlangsung dan itu menjadi prioritas. Mahyeldi menegaskan kembali tugas setiap institusi dan lembaga agar pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru berjalan lancar. ”Tugas masing-masing harus jelas sehingga jelas evaluasinya,” kata Mahyeldi.
Jalan Tol Padang-Pekanbaru memiliki panjang sekitar 255 kilometer. Pembangunan terbagi atas enam seksi, yaitu Seksi I Padang-Sicincin, Seksi II Sicincin-Bukittinggi, Seksi III Bukittinggi-Payakumbuh, Seksi IV Payakumbuh-Pangkalan, Seksi V Pangkalan-Bangkinang, dan Seksi VI Bangkinang-Pekanbaru.
Keberadaan jalan Tol Padang-Pekanbaru bakal memangkas waktu tempuh menjadi 2,5-3 jam. Pada ruas eksisting Padang-Pekanbaru sepanjang sekitar 300 kilometer saat ini, waktu tempuh berkisar 8-9 jam.