Lonjakan Pasien Covid-19 di Karawang Meningkat Usai Banjir
Dalam tiga hari terakhir, penambahan jumlah pasien Covid-19 di Karawang, Jawa Barat, mencapai 1.231 orang. Mayoritas pasien adalah karyawan dan keluarga dari kluster industri yang sebelumnya terdampak banjir.
Oleh
MELATI M
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Banjir yang merendam dan memicu pengungsian di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menyebabkan lonjakan kasus positif Covid-19. Sebagian besar pasien adalah pekerja industri yang tinggal di kawasan padat penduduk.
Hingga Sabtu (6/3/2021) pukul 18.00, total kasus Covid-19 di Karawang 13.734 orang. Masih ada 1.012 orang dirawat, 12.301 orang sembuh, dan 421 orang meninggal. Lonjakan pertama muncul pada Kamis (4/3/2021) sebanyak 400 orang. Sehari kemudian bertambah 398 orang. Pada Sabtu, penambahannya mencapai 433 orang.
Awal mula kemunculan kasus Covid-19 pascabanjir ini berasal dari laporan beberapa perusahaan kepada tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Karawang. Mereka melaporkan ada karyawan yang terpapar Covid-19 di lingkungan kerja. Laporan tersebut ditindaklanjuti dengan pelacakan kontak erat pada pasien.
Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang Acep Jamhuri mengatakan, penambahan kasus ini muncul setelah banjir yang terjadi seminggu lalu di Karawang. Sedikitnya 15 dari 30 kecamatan di Karawang dilanda banjir pada pertengahan Februari 2021. Banjir merendam sedikitnya 8.539 rumah dengan total warga terdampak 28.329 orang.
Sejumlah warga mengungsi ke tempat saudara dan pengungsian, sebagian lagi bertahan di rumah. Pasien masih didominasi dari kluster industri, yakni karyawan perusahaan yang terdampak banjir.
Acep menuturkan, lonjakan ini berasal dari beberapa kecamatan yang merupakan daerah permukiman padat yang banyak dihuni oleh karyawan dan keluarga dari kluster industri. Daerah itu, antara lain, Karawang Barat, Karawang Timur, Telukjambe Timur, dan Telukjambe Barat.
”Warga yang terdampak banjir ini tinggal di perumahan dan kerja di perusahaan industri. Lonjakan pasien setelah bencana kemungkinan dipicu penurunan daya tahan tubuh karena kehujanan dan stres sehingga mereka lebih rentan terpapar,” kata Acep.
Jumlah pasien Covid-19 yang kian meningkat pascabanjir menjadi kekhawatiran. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah kerumunan, salah satunya menyediakan pengungsian dengan kapasitas tampung di bawah 50 persen dari saat normal.
Akan tetapi, tidak mudah mengawasi para pengungsi agar tetap menerapkan protokol kesehatan. Kedisiplinan dan partisipasi mereka sangat dibutuhkan karena tidak mungkin hanya mengandalkan petugas yang harus berjaga dan mengingatkan mereka terus-menerus.
Sejak akhir Juli 2020, kemunculan kasus dari perusahaan industri di Karawang mengemuka. Kala itu, empat karyawan dari sebuah perusahaan terkonfirmasi Covid-19. Pada Agustus, ada 15 orang positif Covid-19 dari perusahaan manufaktur dan 49 orang dari perusahaan di kawasan industri.
September lalu, 17 karyawan perusahaan pupuk dan 105 orang dari perusahaan alat kesehatan. Hingga kini, jumlahnya mencapai lebih dari 4.000 karyawan. Angka ini belum termasuk dengan anggota keluarga karyawan yang turut terpapar Covid-19.
Lonjakan itu disebabkan ketidakterbukaan perusahaan dalam melaporkan kemunculan kasus sesegera mungkin. Akibatnya, penularan kian meluas ke lingkungan keluarga karyawan. Beberapa perusahaan juga tidak melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan saat melakukan tes mandiri.
Mereka justru mengambil langkah penanganan mandiri, misalnya, melakukan penelusuran kontak erat pasien secara mandiri dan meminta karyawan yang terpapar tanpa gejala untuk isolasi mandiri di rumah. Pasien orang tanpa gejala (OTG) rentan menularkan virus kepada anggota keluarga di rumah.
Mayoritas pasien kluster industri tidak menunjukkan gejala khusus (OTG). Penambahan ruang rawat untuk mengantisipasi lonjakan kasus berstatus tanpa gejala yang muncul dari kluster industri telah disiapkan sejak awal Februari 2021.
Langkah ini merupakan hasil evaluasi dari pengalaman akhir Desember 2020, tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Karawang sempat kewalahan mencari tambahan ruang rawat karena semua tempat tidur di rumah sakit rujukan dan non-rujukan sudah penuh.
Sebelumnya, Komandan Distrik Militer 0604/Karawang Letnan Kolonel Medi H Wibowo menyampaikan, penambahan ruang isolasi mandiri tersebar di empat lokasi. Di Balai Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) kapasitasnya 100 tempat tidur, aula Batalyon Infanteri Para Raider 305 (50 tempat tidur), Poltekkes Kebidanan Karawang (200 tempat tidur), dan gedung galeri Pemda Karawang (70 tempat tidur).
Hingga kini, ada 24 rumah sakit dan enam hotel yang disewa khusus pemerintah kabupaten dengan kapasitas 1.718 tempat tidur. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding awal Januari, yakni 1.304 tempat tidur.