Mensos : Peran dan Layanan Balai Sosial Mesti Menyeluruh
Sebanyak 42 balai di bawah Kemensos akan ditingkatkan peran dan layanannya. Tidak sekadar mengurusi satu bidang, setiap balai harus mampu menangani semua masalah sosial di sekitarnya.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS - Sebanyak 41 balai yang berada di bawah Kementerian Sosial akan dioptimalkan mengatasi masalah-masalah sosial di masyarakat. Keberadaan balai mesti mampu berperan penting membantu masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, tidak ada balai yang akan spesifik mengurus satu bidang saja, seperti khusus warga tuna netra atau tuna daksa. Balai akan dikembangkan sehingga mampu mengurus warga dengan beragam masalah sosial.
“Dengan upaya ini, warga dengan masalah sosial apa pun bisa langsung mendapatkan kemudahan akses layanan dengan cukup menghubungi balai di lingkungan sekitarnya saja,” ujar Risma, dalam sambutannya dalam acara peresmian sentra kreasi atensi (SKA) di Balai Besar Disabilitas Kartini Temanggung, di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (5/3/2021).
Risma belum memastikan kapan rencana optimalisasi fungsi balai dimulai. Upaya ini, diakuinya tidak mudah karena perlu menyiapkan tenaga dan sumber daya manusia yang memang kompeten untuk mengatasi semua masalah sosial. “Penyiapan sumber daya manusia itu lebih susah daripada sekedar membangun gedung dan sarana prasarana,” ujarnya.
Risma mengatakan, Kementerian Sosial juga akan membangun 41 sentra kreasi atensi (SKA) pada 41 balai di seluruh Indonesia. SKA tersebut, nantinya akan menjadi pusat pelaksanaan program pelatihan untuk warga dengan masalah sosial, mulai dari warga penyandang cacat, pemulung, dan warga lanjut usia.
Tak sekadar pelatihan keterampilan seperti membatik atau membuat kerajinan tangan, program pelatihan di SKA di setiap balai akan terus dikembangkan hingga pelatihan keterampilan di bidang peternakan dan pertanian seperti pertanian hidroponik. Selain itu, di SKA juga akan diadakan pelatihan bisnis seperti mengelola kafe hingga jasa londri.
Tidak ada kata tidak mungkin untuk mengubah masa depan warga dengan masalah sosial. (Tri Rismaharini)
“Sebanyak mungkin keterampilan akan kami ajarkan sehingga mudah-mudahan dari program tersebut, nantinya perlahan kesejahteraan mereka bisa meningkat,” ujarnya.
Menurut dia, tidak ada kata tidak mungkin untuk mengubah masa depan warga dengan masalah sosial. Terbukti di Mojokerto, lima anak yang semula menjadi pecandu narkoba, setelah dilatih di balai terdekat, bisa menjalankan usaha kafe. Adapun di Bekasi, seorang pemulung dan istrinya setelah menjalani pelatihan di salah satu balai, akhirnya mampu membuka warung dan mendapatkan penghasilan Rp 7 juta per bulan.
Kepala Dinas Sosial Jawa Tengah Harso Susilo mengatakan, di Jawa Tengah, terdapat 56 panti sosial, yang masing-masing mengurus warga dengan beragam masalah sosial. Di setiap panti tersebut, juga telah dilaksanakan berbagai program pelatihan mulai dari membatik, mengembangkan tanaman hias, hingga pelatihan untuk melakukan pemasaran secara daring.
Terkait rencana Kementerian Sosial mengembangkan layanan sosial, menurut dia, hal itu hanya sebatas bisa dilakukan oleh balai. Selain ketiadaan sumber daya manusia yang cukup mendukung, kendala pengembangan layanan sosial yakni keterbatasan lahan.
“Untuk mengembangkan layanan dan melayani begitu banyak masalah sosial, tentunya dibutuhkan areal lahan luas untuk menampung warga yang menjadi penghuni panti,” ujarnya.