Fotografer Banyuwangi Bercerita tentang Setahun Pandemi
Guna melihat kembali perubahan dalam satu tahun terakhir, komunitas Banyuwangi Lawan Korona dan Pewarta Foto Plat P menggelar diskusi daring yang membahas perjalanan warga Banyuwangi menghadapi Covid-19.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang sudah bergulir selama satu tahun meninggalkan sejumlah jejak yang menggambarkan perubahan perilaku manusia. Guna melihat kembali perubahan dalam satu tahun terakhir, komunitas Banyuwangi Lawan Korona dan Pewarta Foto Plat P menggelar diskusi daring yang membahas perjalanan warga Banyuwangi menghadapi Covid-19.
Diskusi daring bertajuk ”#1TahunPandemi: Melihat Jejak Pandemi di Banyuwangi” ini digelar untuk mengenang perjuangan warga beradaptasi menghadapi varian baru virus korona atau SARS CoV-2. Berbagai peristiwa yang diabadikan para pewarta foto diulas sebagai penanda sekaligus edukasi bagi warga.
Hal itu disampaikan Koordinator Divisi Edukasi Komunitas Banyuwangi Lawan Korona Yunan Fahmi di Banyuwangi, Jumat (5/3/2021). ”Diskusi online ’#1TahunPandemi: Melihat Jejak Pandemi di Banyuwangi’ ini bukan perayaan ulang tahun korona. Ini justru menjadi cara untuk mengenang usaha manusia, khususnya masyarakat Banyuwangi, yang berupaya beradaptasi menghadapi pandemi,” ujarnya.
Yunan mengatakan, satu tahun bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah bencana. Di sisi lain, satu tahun juga bukan waktu yang panjang bagi sebuah perjuangan. Ia mengakui, waktu tahun terakhir adalah salah satu periode terberat manusia.
”Saat tahun baru 2021, saya senang masih bisa bertemu dengan teman-teman yang berhasil ’selamat’ dari tahun 2020 yang berat. Kami juga sedih mendengar ada banyak kerabat yang meninggal karena Covid-19. Tapi, perjuangan belum selesai. Walaupun sudah ada vaksinasi, protokol kesehatan tetap jadi yang utama,” ujarnya.
Yunan berharap warga Banyuwangi tidak terlalu terlena dengan hadirnya vaksin. Banyuwangi Lawan Korona, lanjutnya, akan terus menyerukan pentingnya protokol kesehatan. Bagi Yunan, vaksin adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan tentara tubuh, sedangkan protokol kesehatan ialah benteng pertahanan yang paling tangguh.
”Analoginya, untuk apa mengorbankan tentara tubuh kita untuk berperang kalau kita bisa mencegah peperangan terjadi. Tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan jangan pernah lengah,” ujar pemilik Klinik Linawati tersebut.
Dalam diskusi daring ”#1TahunPandemi: Melihat Jejak Pandemi di Banyuwangi”, pewarta foto dari kantor berita Antara, Budi Candra Setya, menceritakan sejumlah hasil liputannya tentang Covid-19 di Banyuwangi dalam satu tahun terakhir.
”Liputan pertama tentang korona di Banyuwangi sudah dilakukan sejak 27 Januari. Saat itu, saya meliput penerapan pengukuran suhu menggunakan thermo gun dan thermal scanner. Peristiwa itu menjadi penanda awal, bahkan sebelum ditemukan kasus Covid-19 pertama di Banyuwangi,” tuturnya.
Budi sempat merasakan suasana mencekam bekerja di lapangan di tengah pandemi. Liputan bagi pewarta foto seperti dirinya tetap harus dilakukan di luar rumah. Kendati pemerintah menyarankan untuk di rumah saja, hal itu tentu tidak bisa ia lakukan karena tuntutan profesi.
Alhasil, beberapa adaptasi selama liputan ia lakukan. Ia pernah mengenakan jas hujan yang tertutup rapat saat meliput arus mudik di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
”Pandemi mengajari saya untuk hidup sehat dan bersih. Sekarang, setiap pulang liputan, saya selalu ganti baju dan mandi. Sebuah kebiasaan yang tidak pernah saya lakukan sebelum pandemi. Membawa hand sanitizer dan mengenakan masker juga sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi kewajiban,” ujarnya.
Menjalani pandemi selama setahun, lanjut Budi, sempat membuat ia merasa bosan memotret. Ia kehilangan beberapa momen menarik yang biasa terjadi, misalnya sejumlah tradisi, ritual adat, dan festival di Banyuwangi.
Pandemi mengajari saya untuk hidup sehat dan bersih. Sekarang, setiap pulang liputan, saya selalu ganti baju dan mandi. Sebuah kebiasaan yang tidak pernah saya lakukan sebelum pandemi.
”Warna-warni kegiatan warga dan geliat pariwisata Banyuwangi yang biasanya menarik difoto, akibat pandemi, menjadi seperti ada yang hilang. Setiap hari mengabadikan orang pakai masker, lama-lama bosan juga,” ujarnya.
Kendati demikian, Budi berharap teman-teman pewarta foto tidak pernah kehabisan ide dan semangat untuk bekerja di lapangan. Ia juga mengingatkan rekan-rekan wartawan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dalam setiap liputan.