Merawat anak gajah yang sudah pernah menyusu pada induk tidak mudah. Kebutuhan nutrisi dari air susu induk tidak akan tergantikan oleh susu formula dan vitamin. Setelah tiga pekan dirawat, Inong akhirnya mati.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
DOKUMEN BKSDA ACEH
Gajah Inong saat ditemukan di Pidie, Aceh, 9 Februari 2021. Setelah dirawat di Pusat Konservasi Gajah Saree, Inong mati pada Rabu (3/3/2021).
BANDA ACEH, KOMPAS — Setelah menjalani perawatan selama tiga minggu, Inong, gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) berusia satu bulan, akhirnya mati. Gajah itu mati karena gangguan pencernaan dan gangguan jantung.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto, Jumat (5/3/2021), mengatakan, gajah Inong mati pada Rabu (3/3/2021) pagi. Bangkainya dikuburkan di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree, Kabupaten Aceh Besar.
”Kondisi Inong sempat membaik, tetapi pada 1 dan 2 Maret kesehatan menurun dan keesokan harinya mati. Tim medis terus berusaha maksimal,” kata Agus.
Gajah anakan itu ditemukan terjebak dalam kubangan di Desa Panton Bunot, Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie, 9 Februari 2021. Diperkirakan, gajah itu telah terjebak dalam kubangan selama seminggu. Saat dievakuasi, kondisi gajah itu kritis, nyaris tidak bernapas. Dia kekurangan nutrisi, bola mata luka, dan kaki dislokasi.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Anak gajah sumatera kritis menjalani pengobatan di Pusat Konservasi Gajah Saree, Aceh Besar, Aceh, Rabu (17/2/2021). Gajah itu ditemukan kritis karena terjebak dalam lumpur di Pidie.
Gajah Inong kemudian dirawat di PKG Saree yang melibatkan tim medis BKSDA Aceh dan tim medis dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Tim medis memberikan vitamin, susu, dan menyembuhkan luka.
Anak gajah itu diberi nama Inong, yang dalam bahasa Aceh berarti ’perempuan’ karena gajah berjenis kelamin betina. Dua pekan dirawat, kondisi kesehatan Inong mulai membaik. Mata kanan sudah berfungsi, telinga sudah bergerak. Ia juga belajar berdiri dengan ditopang alat bantu.
Merawat anak gajah yang sudah pernah menyusu pada induk tidak mudah. Kebutuhan nutrisi dari air susu induk tidak akan tergantikan oleh susu formula dan vitamin. (Rosa Rika Wahyuni)
Pada Rabu (17/2/2021), Kompas mengunjungi Inong di PKS Saree. Dia dirawat intensif oleh drh Rosa Rika Wahyuni, dokter hewan dari BKSDA Aceh. ”Meski kecil, harapan kami berjuang maksimal untuk merawat Inong,” kata Rosa.
Dari hasil nekropsi yang dilakukan drh Rosa Rika Wahyuni, drh Ridwan, dan drh Rika Marwati, disimpulkan Inong mati karena otot jantung mengeras dan dinding atrium kiri menebal sehingga jantung kesulitan memompa darah. Inong juga mengalami gangguan pencernaan dan terjadi pendarahan pada jaringan penggantung usus.
Rosa mengatakan belum ada anak gajah yang kritis berhasil dirawat hingga dewasa. Merawat anak gajah yang sudah pernah menyusu pada induk tidak mudah. Kebutuhan nutrisi dari air susu induk tidak akan tergantikan oleh susu formula dan vitamin.
”Kondisi kesehatan Inong saat ditemukan drop, saya berharap ada keajaiban agar Inong selamat. Tapi kenyataannya, Inong pergi selamanya,” kata Rosa.
Kematian anak gajah sumatera tersebut adalah potret pilu kehidupan satwa lindung itu. Berdasarkan data dari BKSDA Aceh, sejak 2016 hingga 2020, gajah yang mati mencapai 42 ekor. Penyebab kematiannya 57 persen karena konflik, 33 persen mati alami, dan 10 persen karena perburuan.
Diperkirakan, populasi gajah di Aceh tersisa 539 ekor yang tersebar di 15 kabupaten dan kota. Kawasan seperti Pidie, Aceh Timur, Bener Meriah, dan Aceh Jaya paling dominan penyebarannya.