Relokasi Tahap III Pengungsi Sinabung Terhambat Lahan Pertanian
Relokasi tahap III pengungsi bencana letusan Gunung Sinabung terhambat penyediaan lahan usaha tani. Pendataan pengungsi juga masih bermasalah karena ada keluarga pengungsi yang belum mendapat rumah.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Relokasi tahap III pengungsi bencana letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, terhambat penyediaan lahan usaha tani yang masih bermasalah. Pendataan pengungsi juga masih bermasalah karena ada keluarga yang tidak mendapat rumah maupun lahan usaha tani.
”Kami meminta relokasi tahap III diselesaikan agar kami bisa memulai hidup baru. Sudah bertahun-tahun kami berpencar di rumah kontrakan dengan ekonomi yang sangat sulit,” kata Ngampeken Sitepu (57), pengungsi dari Desa Sukanalu, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Kamis (4/3/2021).
Relokasi tahap III dilakukan terhadap pengungsi dari Desa Sukanalu, Sigarang-Garang, Mardinding, dan Dusun Lau Kawar. Pemerintah membangun 892 rumah dan menyediakan 1.022 bidang lahan pertanian untuk pengungsi di kawasan Siosar, Kecamatan Merek, berdekatan dengan area relokasi tahap I.
Berdasarkan pantauan Kompas, rumah-rumah untuk relokasi tahap III sudah selesai dibangun. Petugas dari PT Perusahaan Listrik Negara sedang memasang meteran listrik di rumah itu. Jalan di kompleks relokasi masih berupa tanah. Belum ada warga yang bisa tinggal di sana. Para pengungsi sudah mengundi nomor rumah yang akan mereka tempati.
Ngampeken mengatakan, persoalan yang paling mengecewakan warga adalah ada enam keluarga pengungsi dari Desa Sukanalu yang tidak mendapat rumah pada relokasi tahap ketiga, termasuk dirinya. ”Kami warga Sukanalu, punya KTP Sukanalu, rumah dan ladang kami juga ada di sana,” ujarnya.
Ia menambahkan, mereka masuk dalam data pengungsi sehingga selama ini mendapat bantuan sewa rumah dan ladang. Namun, nama mereka justru tidak ada dalam data pengungsi yang ikut dalam relokasi tahap ketiga. Padahal, ada beberapa pengungsi yang masih lajang justru mendapat rumah selain orangtuanya yang juga mendapat rumah.
Yang paling mengecewakan, ada enam keluarga pengungsi dari Desa Sukanalu yang tidak mendapat rumah pada relokasi tahap ketiga.
Perhatian Sitepu (64), pengungsi dari Sukanalu, mengatakan, selama beberapa tahun ini, mereka bertani di ladang yang mereka sewa. Mereka juga berpindah-pindah rumah untuk mendapat rumah kontrakan yang lebih murah. Dalam beberapa tahun ini, mereka mendapat bantuan sewa rumah dan ladang Rp 6,4 juta per tahun.
Bantuan itu sudah berakhir pada Januari 2021. Di Sukanalu, rumah dan ladang mereka pun sudah rusak total tertimbun abu, lumpur, dan batu hasil letusan Sinabung. ”Sementara saya juga tidak mendapat rumah pada relokasi tahap III. Kami tidak tahu lagi harus ke mana,” kata Perhatian.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Perangin-Angin menyampaikan, pihaknya menargetkan relokasi tahap III bisa selesai tahun ini. ”Sekarang kami berfokus menyelesaikan permasalahan pengadaan lahan usaha tani dan merampungkan data pengungsi bermasalah,” katanya.
Menurut Natanael, pihaknya telah menerima laporan adanya enam keluarga yang belum ikut dalam relokasi tahap ketiga. ”Kami sedang memproses agar mereka juga bisa mendapat rumah dan lahan usaha tani di Sioasar,” ujarnya.
Pengadaan lahan usaha tani dilakukan dengan pelepasan sebagian kawasan hutan Siosar. ”Area itu sudah dilepaskan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari kawasan hutan, tetapi belakangan ada warga setempat yang mengklaim tanah itu miliknya,” kata Natanael.
Natanael menyebutkan, pihaknya telah melakukan mediasi kepada warga yang mengklaim kepemilikan tanah. Jika tidak ada titik temu, akan ditempuh jalur hukum. ”Pengadaan lahan usaha tani ini sangat penting karena akan menjadi sumber pendapatan utama keluarga pengungsi yang direlokasi,” kata Natanael.
Relokasi tahap III itu merupakan kelanjutan relokasi tahap I, yakni pembangunan 473 rumah dan 457 bidang lahan usaha tani pada 2015 di Siosar. Relokasi tahap II dilakukan dengan pemberian bantuan membeli rumah Rp 59,4 juta (1.810 keluarga penerima) dan bantuan membeli lahan usaha tani Rp 50,6 juta (1.858 keluarga penerima) pada 2017 sampai 2018.