Selama 11 bulan, 13.000 orang lebih mengikuti program Wisata Duta Covid Sulsel. Lebih dari 12.800 sembuh, 158 dirujuk ke RS. Program ini dinilai efektif menekan penyebaran Covid-19 dengan tingkat kesembuhan 95 persen.
Oleh
Reny Sri Ayu
·6 menit baca
Menjalani isolasi saat terpapar Covid-19 tidak identik dengan bayang-bayang keterasingan di ruang tertutup yang menjemukan. Di Sulawesi Selatan, pemerintah provinsi berinisiatif menyewa hotel yang nyaman, lengkap dengan beragam fasilitas, untuk tempat isolasi pasien Covid-19. Dengan suasana yang nyaman, diharapkan pasien lebih rileks hingga terbentuk imunitas di tubuhnya.
Tepat sepekan, Jumat (26/2/2021), M Rifal (27) menjalani isolasi di Swiss-Belhotel, Makassar. Sepekan sebelumnya, dalam kondisi demam, batuk, dan hilang penciuman, dia datang ke laboratorium bergerak milik Gugus Tugas Penanganan Pandemi Covid-19 Sulawesi Selatan untuk memeriksakan diri. Hasil pemeriksaan di laboratorium bergerak yang ada di area parkir Swiss-Belhotel saat itu menunjukkan Rifal positif Covid-19.
Rifal adalah karyawan swasta di Makassar yang tinggal sendiri di mes milik perusahaan. Kekhawatiran kondisi memburuk dan bisa menulari orang sekitarnya membuatnya tak berani melakukan isolasi mandiri. Namun, kondisinya juga tak terbilang buruk untuk dirawat di rumah sakit.
Petugas laboratorium yang memeriksanya hari itu memberi tahu bahwa ada program isolasi di hotel. Program ini adalah Wisata Duta Covid yang dilakukan di sejumlah hotel, salah satunya Swiss-Belhotel. Dalam program ini, seluruh kebutuhan makan, minum, obat-obatan, hingga vitamin akan disiapkan gratis hingga layanan cuci pakaian. Mereka pun akan dikontrol pendamping hingga tenaga medis. Tawaran ini ibarat oase di tengah padang gersang.
”Saya memutuskan mengikuti program isolasi itu bukan semata-mata karena semua disiapkan gratis, melainkan lebih pada rasa aman bahwa ada pendamping hingga tenaga medis yang akan mengontrol. Saya tidak tahu bagaimana kondisi saya apakah akan menjadi berat atau seperti apa. Namun, saat dijelaskan bahwa ada tenaga medis yang akan memantau, saya merasa lebih aman,” tuturnya.
Jumat sore itu, Rifal memutuskan ikut program Wisata Duta Covid di Swiss-Belhotel. Rifal tak menyangka mendapat pelayanan yang ramah dari sukarelawan, kamar yang mewah dengan fasilitas televisi, serta Wi-Fi gratis. Rasa tenang dan nyaman membuat Rifal merasa kondisinya cepat membaik.
”Alhamdulillah keadaan saya makin baik. Semua gejala yang saya rasakan saat masuk mulai hilang. Saya berharap segera sembuh, negatif, bisa keluar, dan kembali beraktivitas,” katanya.
Isolasi humanis
Program Wisata Duta Covid pertama kali diluncurkan pada April 2020 atau kurang dari sebulan setelah kasus Covid-19 pertama di Sulsel diumumkan. Saat itu, fasilitas pemeriksaan laboratorium masih sangat terbatas. Sementara banyak orang yang terdata memiliki kontak erat dengan orang yang dinyatakan positif. Rumah sakit khusus Covid-19 pun masih minim.
Menerapkan isolasi atau memisahkan pasien dalam pengawasan dari orang yang sehat menjadi pilihan agar penularan tak meluas. Isolasi mandiri di rumah juga tak memungkinkan dilakukan semua orang, terlebih di rumah yang penghuninya padat.
”Maka, kami siapkan tempat ini. Mereka diisolasi di tempat yang nyaman, mendapat layanan hotel berbintang sembari menunggu waktu untuk pemeriksaan atau hingga yang bersangkutan dinilai benar-benar cukup aman untuk kembali ke rumah dan ke masyarakat,” kata Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, beberapa waktu lalu.
Seiring waktu, dengan fasilitas laboratorium yang kian banyak, program Wisata Duta Covid tetap berjalan. Saat ini orang yang dinyatakan positif Covid-19 dibagi antara yang tak memiliki gejala dan bergejala ringan, gejala sedang, hingga berat. Semua orang yang terkonfirmasi dengan kondisi tanpa gejala atau gejala ringan akan diisolasi di hotel-hotel yang telah ditunjuk.
Saat ini ada 11 hotel isolasi yang disiapkan Pemprov Sulsel. Sebanyak 8 hotel berada di Makassar dan tiga hotel lainnya ada di Wajo, Palopo, dan Bantaeng.
Ada beberapa alasan mengapa hotel dipilih untuk Wisata Duta Covid. Memberi rasa nyaman dan tenang menjadi hal utama. Bagi sebagian orang, terutama keluarga tak mampu, pemulihan diharapkan bisa lebih cepat dilakukan tanpa harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan gizi harian. Apalagi, mereka juga didampingi sukarelawan.
Mereka diisolasi di tempat yang nyaman, mendapat layanan hotel berbintang, sembari menunggu waktu untuk pemeriksaan atau hingga yang bersangkutan dinilai benar-benar cukup aman untuk kembali ke rumah dan ke masyarakat.
Setidaknya ada 200 sukarelawan yang terlibat dalam program ini. Mereka terbagi mulai dari yang bertugas sebagai pendamping, tim medis, petugas laboratorium, pendataan, dan berbagai bidang tugas lain.
”Untuk pendamping, mereka setiap hari mengontrol kondisi orang-orang yang menjalani isolasi. Mereka pula yang mengantarkan makanan, kiriman dari keluarga, bahkan kadang menjadi orang pertama yang mendengar keluhan pasien,” kata Muliani Muhiddin, Koordinator Sukarelawan Wisata Duta Covid Sulsel, Kamis (25/2).
Sore itu, saat Kompas ke Swiss-Belhotel, sejumlah peserta baru saja selesai mengikuti kelas edukasi. Kelas edukasi ini biasanya dilakukan tiga kali sepekan di ruang pertemuan besar. Pesertanya orang-orang yang mengikuti program isolasi. Berbagai pengetahuan terkait Covid-19, penyebaran, dan pencegahannya menjadi materi yang diberikan.
”Harapannya, setelah menjadi alumni program isolasi, mereka akan menjadi duta yang turut menyosialisasikan perihal Covid-19 kepada keluarga dan orang di sekitar mereka,” kata Muliani.
Selama isolasi, peserta hanya boleh keluar kamar saat mengikuti kelas edukasi. Selebihnya adalah saat berjemur dan olahraga ringan di area terbuka. Semua aktivitas ini dikontrol oleh sukarelawan pendamping.
Di hotel tempat isolasi, peserta akan menggunakan lift khusus. Secara rutin, petugas akan mensterilkan ruangan dan lift yang digunakan peserta. Aturan masker juga diterapkan sangat ketat di area hotel.
Setelah menjadi alumni program isolasi, mereka akan menjadi duta yang turut menyosialisasikan perihal Covid-19 kepada keluarga dan orang di sekitar mereka.
Adapun sukarelawan dan petugas medis menempati kamar khusus. Lantai yang mereka tempati berbeda dengan lantai pasien isolasi. Secara rutin, sukarelawan menjalani pemeriksaan uji usap. Biasanya setiap 14 hari, tetapi bisa berubah jika ada yang terpapar.
Untuk kebutuhan makan pasien isolasi, tiga kali sehari para pendamping akan mengantar makanan yang diletakkan di meja di depan kamar. Makanan dikemas dalam kotak.
Kebutuhan makan didatangkan dari penyedia jasa katering di luar hotel. Makanan yang disajikan adalah makanan tinggi kalori dan protein.
M Riswan (22), salah satu sukarelawan, sore itu berkeliling di lantai lima mengantarkan makanan. Dia bertanggung jawab sebagai pendamping di lantai lima. Setiap selesai meletakkan makanan di meja di depan kamar, dia akan mengetuk pintu dan menyampaikan makanan telah tiba.
”Bukan hanya makanan, melainkan jika ada kiriman dari keluarga, saya juga yang akan mengantarkan. Begitupun kebutuhan vitamin, obat-obatan, dan masker. Vitamin biasanya diberikan untuk kebutuhan sepuluh hari saat pasien masuk. Jika habis, baru diberikan lagi. Setiap hari saya mengontrol kondisi mereka dengan menelepon ke setiap kamar. Jika ada keluhan, saya yang menyampaikan kepada petugas medis dan mereka menindaklanjuti,” katanya.
Risiko sukarelawan
Menjadi sukarelawan Wisata Duta Covid bukan tanpa risiko. Riswan dan Muliani, misalnya, pernah terpapar dan tanpa gejala. Saat terpapar, Riswan juga mengikuti program isolasi di hotel yang sama dengan pindah lantai.
Selama 11 bulan berjalan, lebih dari 13.000 pasien positif mengikuti program isolasi Wisata Duta Covid. Sebanyak 12.800 orang lebih telah keluar sehat. Saat ini tersisa 500 orang lebih yang masih diisolasi.
Dalam kurun hampir setahun itu, hanya 158 pasien Covid-19 yang dirujuk ke rumah sakit. Selebihnya keluar dalam kondisi sehat. Data terakhir menunjukkan, tingkat kesembuhan dalam program ini adalah 95 persen. Umumnya dalam hari ketujuh hingga hari kesepuluh pasien sudah negatif.
”Sejak awal, kami bertekad bahwa orang-orang yang menjalani isolasi di program Wisata Duta Covid membaik, tak bertambah parah, dan tak harus dirujuk. Intinya mereka masuk positif dan keluar harus negatif,” kata Muliani.
Memberi rasa nyaman bagi pasien Covid-19 penting untuk pemulihan. Senyaman apa pun, tetap jauh lebih penting adalah mencegah supaya tidak terpapar Covid-19 sehingga tidak perlu menjalani isolasi.