Adanya Guru dan Siswa Positif Covid-19 di Kalbar Mengindikasikan Pembelajaran Tatap Muka Masih Berisiko
SMA/SMK di zona kuning Kalbar baru saja melaksanakan pembelajaran tatap muka, Senin (22/2/2021). Namun, karena dalam tes usap ada guru dan siswa positif Covid-19, dalam perjalanannya pembelajaran dihentikan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — SMA/SMK di zona kuning Kalimantan Barat baru saja melaksanakan pembelajaran tatap muka, Senin (22/2/2021). Namun, karena dalam tes usap ada guru dan siswa di sejumlah sekolah positif Covid-19, pembelajaran tatap muka pun dihentikan pada Selasa (2/3/2021). Hal itu mengindikasikan pembelajaran tatap muka masih berisiko.
Kepala Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Agus Fitriangga, Kamis (4/3/2021), mengatakan, pembelajaran tatap muka sebetulnya masih berisiko. Apalagi, sekarang virus Covid-19 bermutasi dengan lebih kuat.
”Jadi, mesti sangat hati-hati dalam memutuskan kelas tatap muka,” ujar Agus.
Jika melihat kondisi di Pontianak, ibu kota Kalbar, keputusan yang diambil Pemerintah Provinsi Kalbar menghentikan pembelajaran tatap muka bagi SMA/SMK sudah tepat. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan juga kapan tatap muka akan diberlakukan lagi.
”Kalau target vaksinasi guru tercapai, idealnya pembelajaran tatap muka beberapa bulan ke depan bisa diterapkan,” kata Agus.
Gubernur Kalbar Sutarmidji seusai menghadiri acara ”Penguatan Kapasitas Pemerintah Provinsi Kalbar”, Kamis siang, mengatakan, beberapa sekolah diambil sampel untuk tes usap. Hasilnya, ada guru dan murid yang terkonfirmasi positif Covid-19. ”Saya tidak mau mengambil risiko. Maka, pembelajaran tatap muka kami hentikan,” ujarnya.
Kalau target vaksinasi guru tercapai, idealnya pembelajaran tatap muka beberapa bulan ke depan bisa diterapkan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, dari 662 guru yang diambil sampel tes usap (PCR), yang sudah keluar hasilnya sebanyak 456 orang. Dari 456 orang yang sudah keluar hasilnya tersebut, 35 orang positif Covid-19 dan 421 orang lainnya negatif.
Sementara itu, untuk siswa dilakukan tes usap antigen. Dari 865 siswa yang dilakukan tes usap antigen, sebanyak 4 orang positif dan 861 siswa negatif.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar Sugeng Hariadi menuturkan, sesuai arahan gubernur, pembelajaran tatap muka SMA/SMK ditutup sejak Selasa (2/3/2021). Hal itu dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19.
”Dengan demikian, pembelajaran kembali dilakukan secara daring. Untuk sekolah di wilayah yang sulit jaringan internet, ada yang luring (di luar jaringan). Kalaupun ada siswa yang datang ke sekolah, hanya untuk mengambil modul dan tugas,” ujar Sugeng.
Ke depan, pihaknya akan melihat lagi perkembangan penyebaran Covid-19. Sugeng berharap, adanya vaksin untuk guru nantinya bisa meningkatkan imun guru sehingga penyebaran Covid-19 semakin berkurang.
Terkait perkembangan kasus Covid-19 di Kalbar, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, hingga Rabu (3/3/2021) pukul 21.00 secara kumulatif terdapat 4.696 kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar. Sebanyak 4.257 orang di antaranya sembuh dan 33 orang meninggal.
Untuk zona risiko kenaikan kasus Covid-19, per 28 Februari 2021, dari 14 kabupaten/kota di Kalbar, terdapat 3 kabupaten/kota di Kalbar yang berada di zona oranye (risiko sedang) dan 11 kabupaten/kota berada di zona kuning (risiko rendah).
Kekhawatiran terhadap pembelajaran tatap muka memang sejak awal sudah dikemukakan orangtua murid. Loren (47), orangtua murid salah satu SMA di Pontianak, Februari lalu, menyebutkan pembelajaran tatap muka sebagai sikap ceroboh karena saat masih pandemi, pemerintah memutuskan menggelar sekolah tatap muka.
Apalagi, di sekolah juga multikultural. Ada keluarga yang sangat sadar pentingnya protokol Covid-19, tetapi ada juga keluarga yang mungkin cuek dengan protokol kesehatan. Dicampurnya siswa saat belajar tatap muka akan berisiko mengancam kesehatan.
Bagi siswa dari keluarga yang sudah mematuhi standar protokol Covid-19, akan sia-sia karena ada potensi terjangkit dari orang yang tidak sadar protokol Covid-19. Apalagi, ada yang tanpa gejala.