Pengolahan Bahan Bakar Sampah di Cilacap Ditargetkan 200 Ton Per Hari
Fasilitas pengolahan bahan bakar sampah atau RDF di Cilacap ditargetkan mengolah sampah hingga 200 ton per hari. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan swasta untuk mengatasi masalah sampah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Materi paparan narasumber terkait masalah tempat pembuangan akhir sampah dalam webinar ”Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Peningkatan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Terbarukan di Fasilitas RDF Cilacap” yang digelar pada Rabu (3/3/2021).
CILACAP, KOMPAS — Dalam lima tahun mendatang, fasilitas pengolahan bahan bakar sampah atau refuse-derived fuel/RDF di Jeruk Legi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, ditargetkan dapat mengolah sampah hingga 200 ton per hari atau meningkat 30-40 persen dari 120-140 ton per hari. Target itu didukung dengan sinergi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, daerah, maupun pihak swasta, yaitu PT Solusi Bangun Indonesia serta PT Unilever Indonesia.
”Upaya peningkatan kinerja RDF menuju 200 ton per hari dilakukan di antaranya dengan menggandeng pihak ketiga. Pada kesempatan ini, Pemkab Cilacap dengan PT Unilever Indonesia melakukan kerja sama pengelolaan pemanfaatan sampah domestik di Cilacap,” kata Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji dalam webinar ”Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Peningkatan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Terbarukan di Fasilitas RDF Cilacap”, Rabu (3/3/2021).
Tatto mengatakan, di Cilacap terdapat 1,9 juta jiwa penduduk dan potensi sampah per tahun mencapai 334.767 ton. Selama ini, sampah yang diolah RDF di Jeruk Legi baru berasal dari sekitar wilayah kota. Dibutuhkan setidaknya 10 unit truk untuk bisa mengangkut sampah dari seluruh wilayah Kabupaten Cilacap.
Head of Corporate Affairs & Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk Nurdiana B Darus menyampaikan, pihaknya memberi dukungan pembiayaan angkutan sampah. ”Kontribusi kami diwujudkan dalam pembiayaan pengadaan armada pengangkutan sampah agar kapasitas pengumpulan dan pengolahan sampah di RDF Jeruk Legi dapat ditingkatkan, dari semula hanya melayani kota Cilacap pada 2020 akan bisa menjembatani kecamatan lain, seperti Kroya, Sidareja, dan Majenang,” papar Nurdiana.
Materi paparan narasumber terkait sampah di Cilacap dalam webinar ”Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Peningkatan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Terbarukan di Fasilitas RDF Cilacap” yang digelar pada Rabu (3/3/2021).
Direktur Manufaktur PT Solusi Bangun Indonesia Lilik Unggul Raharjo menyampaikan, pihaknya selama ini berperan sebagai inisiator, operator, dan penyerap RDF untuk kegiatan operasional pabrik semen di Cilacap. Menurut dia, target 200 ton per hari diharapkan bisa cepat terealisasi sebelum 2025.
Dengan adanya RDF, pemerintah kabupaten tidak perlu lagi mengeluarkan dana hingga Rp 15 miliar untuk mencari lahan baru bagi pembuatan tempat pembuangan akhir.
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar mengapresiasi kolaborasi itu karena pengolahan sampah butuh kerja sama banyak pihak. Pihaknya tengah berupaya melakukan sosialisasi untuk memperluas teknologi RDF ini kepada 52 PLTU dan 34 industri semen di Indonesia. Dengan demikian, potensi sampah yang diolah bisa sekitar 20.000 ton per hari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap Awaluddin Muuri menyampaikan, dengan adanya RDF, pemerintah kabupaten tidak perlu lagi mengeluarkan dana hingga Rp 15 miliar untuk mencari lahan baru bagi pembuatan tempat pembuangan akhir. Selain biaya tinggi, TPA juga berpotensi menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitar mengingat pencemaran yang terjadi akibat sampah.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Materi paparan narasumber terkait rencana pengolahan sampah dalam webinar ”Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Peningkatan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Terbarukan di Fasilitas RDF Cilacap” yang digelar pada Rabu (3/3/2021).
Seperti diberitakan sebelumnya, Kompas (21/7/2021), fasilitas refuse-derived fuel (RDF) diresmikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan di Jeruk Legi, Kabupaten, Cilacap, Jawa Tengah, pada Juli 2020. RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi butiran kecil dan dapat dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran pengganti batubara. Inovasi ini akan dibangun di 34 lokasi di seluruh Indonesia.
Biaya yang dibutuhkan untuk membangun berkisar Rp 70 miliar-Rp 80 miliar per unit. ”Tapi, nanti kalau BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bikin lebih banyak, saya kira cost-nya bisa turun. Nanti di sejumlah kota yang sampahnya kira-kira 200 ton ke bawah, mesin seperti ini sudah bisa kita adakan,” kata Luhut dalam peresmian yang disiarkan melalui aplikasi Zoom.
Fasilitas RDF di Cilacap adalah yang pertama di Indonesia. Pembangunannya merupakan kerja sama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kedutaan Besar Denmark-Danida, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Cilacap, dan PT Solusi Bangun Indonesia (dahulu PT Holcim).
Fasilitas pengolahan sampah tersebut dioperasikan Pemerintah Kabupaten Cilacap bekerja sama dengan PT Solusi Bangun Indonesia (PT SBI) yang akan mengolah 120 ton sampah per hari menjadi lebih kurang 50 ton RDF dan digunakan PT SBI sebagai bahan bakar alternatif pengganti batubara. Dengan teknologi RDF ini, ke depan Indonesia mampu mengolah sampah hingga 28.000 ton per hari. ”Masalah sampah ini, kan, masalah luar biasa. Jadi, penangangannya harus cepat,” kata Luhut.