Sempat Padam, Api Lahan Gambut di Pangkalan Bun Menyala Kembali
Kejadian kebakaran lahan di Kalimantan Tengah terus bertambah. Kian luas lahan yang terbakar. Pemerintah perlu segera melakukan tindakan sebelum kebakaran meluas ke daerah-dearah rawan lain.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kebakaran lahan di Kalimantan Tengah mulai meluas. Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan wilayah dengan kejadian kebakaran paling banyak dalam 24 jam terakhir. Setidaknya 60 personel masih di lokasi untuk memadamkan api yang sempat padam, tetapi muncul kembali.
Sebelumnya, kebakaran di Kalimantan Tengah telah menghanguskan setidaknya 26 hektar lahan yang didominasi lahan gambut. Sebesar 25 hektar berasal dari wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat saja. Lalu, pada Senin (1/3/2021) setidaknya terdapat 10 hektar lahan gambut yang terbakar di sepanjang jalan Pangkalan Bun menuju Kecamatan Kotawaringin Lama.
Jadi, dalam waktu delapan hari, dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat, terdapat lebih kurang 35 hektar atau hampir sama dengan 30 kali luas Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta lahan yang terbakar.
Total secara keseluruhan, luas wilayah kebakaran lahan di Provinsi Kalimantan Tengah dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng mencapai 44,2 hektar lahan.
Dari sumber data yang sama, total terdapat sembilan kejadian kebakaran dan 11 titik panas yang tersebar di enam kabupaten. Rinciannya, Kabupaten Sukamara dua titik panas, Gunung Mas satu titik, Kapuas satu titik, Katingan satu titik, Kotawaringin Barat tiga titik, dan Kabupaten Kotawaringin Timur tiga titik.
Kepala Daerah Operasi (Daops) Manggala Agni Kalimantan III Pangkalan Bun Binsar Oktavianus Togatorop menjelaskan, hingga kini pihaknya masih berupaya memadamkan api yang membakar lahan gambut di Mendawai Seberang, Kabupaten Kotawaringin Barat.
”Ini bukan kejadian pertama di lokasi ini, hampir setiap tahun wilayah ini selalu terbakar,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulagan Bendana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tengku Ali Syahbana menjelaskan, pada Minggu (28/2/2021) pihaknya yakin api sudah padam, tetapi pada Senin siang titik api muncul lagi tidak jauh dari lokasi kebakaran yang sudah dipadamkan. Setidaknya 10 hektar lahan terbakar dan masih terus dipadamkan.
”Kami bersama tim gabungan dari aparat kepolisian, TNI, Manggala Agni, Tagana, dan juga masyarakat masih berada di lokasi untuk memadamkan api,” kata Syahbana.
Syahbana menjelaskan, kurangnya curah hujan juga membuat titik panas terus bermunculan. Jumlahnya tidak menentu, bisa dalam sehari titik panas yang muncul banyak bisa juga sedikit. Namun, dalam seminggu terakhir selalu ada kejadian kebakaran.
Di Kota Palangkaraya, meski tidak ada titik panas yang terdeteksi satelit, terjadi kebakaran lahan di ujung Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya pada Senin sore. Setidaknya 1,5 hektar lahan terbakar.
Bhabimkamtibmas dari Polsek Pahandut Ajun Inspektur Polisi Dua Toha mengungkapkan, pihaknya berada di lokasi karena mendapat laporan dari warga terkait kebakaran lahan di Kota Palangkaraya. Sampai di lokasi bersama personel TNI, masyarakat, dan tim dari BPBD Kota Palangkaraya pihaknya langsung memadamkan api.
Menurut Toha, kebakaran sudah berlangsung selama lebih kurang 1 jam karena api sudah cukup meluas. Ia belum bisa memastikan penyebab kebakaran, tetapi dalam beberapa hari cuaca memang sangat panas tanpa ada hujan.
”Sudah beberapa hari ini memang tidak ada hujan jadi kondisi tanah sangat kering dan rawan terbakar, kami harap masyarakat bisa mulai mengantisipasi kebakaran,” ungkap Toha.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Reniananta, menjelaskan, pihaknya memprediksi musim kemarau baru akan terjadi pada Juli. Namun, saat musim hujan ini curah hujan masih menurun drastis.
”Intensitas hujan memang menurun selama Februari, tetapi kami memprediksi intensitasnya akan kembali naik hingga April nanti,” ungkap Reniananta.
Sudah beberapa hari ini memang tidak ada hujan, jadi kondisi tanah sangat kering dan rawan terbakar, kami harap masyarakat bisa mulai mengantisipasi kebakaran.
Pelaksana Tugas Kepala BPBPK Provinsi Kalteng Darliansjah mengungkapkan, pihaknya belum memiliki kesepakatan untuk menetapkan status siaga darurat. Meskipun demikian, rapat koordinasi selama ini mengarah ke penetapan status tersebut.
”Kami saat ini terus melakukan pencegahan dini dengan melakukan koordinasi antarlembaga dan instansi, bahkan hingga ke desa-desa,” ungkap Darliansjah.