Pedagang dan Pelaku Wisata di Yogyakarta Divaksinasi
Pedagang dan pelaku wisata di Yogyakarta mulai menjalani vaksinasi Covid-19, Senin (1/3/2021). Diharapkan, upaya vaksinasi itu dapat melindungi pekerja publik tersebut dan berdampak pada kebangkitan ekonomi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pedagang dan pelaku wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menjalani vaksinasi Covid-19. Vaksinasi bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi pekerja publik tersebut di tengah wabah yang belum selesai. Kebangkitan ekonomi diharapkan terjadi dengan adanya upaya vaksinasi tersebut.
Vaksinasi Covid-19 massal dilakukan terhadap pedagang pasar, pedagang kaki lima, pekerja sektor informal, hingga pelaku wisata di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (1/3/2021). Vaksinasi digelar di tiga tempat berbeda, yakni Pasar Beringharjo, Museum Benteng Vredeburg, dan Taman Parkir Abu Bakar Ali. Total sasarannya mencapai 19.900 orang.
Presiden Joko Widodo hadir untuk meninjau pelaksanaan vaksinasi tersebut di dua tempat, yaitu Pasar Beringharjo dan Museum Benteng Vredeburg. Ia didampingi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, dan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti.
”Kami harapkan ini segera diselesaikan sehingga ekonomi bisa pulih dan bangkit kembali. Kemudian, pariwisata di Yogyakarta bergeliat kembali dan menumbuhkan ekonomi yang ada di daerah ini, khususnya Kota Yogyakarta,” kata Presiden seusai meninjau vaksinasi Covid-19 di Museum Benteng Vrederburg, Kota Yogyakarta, DIY, Senin pagi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, vaksinasi tersebut merupakan bagian dari vaksinasi tahap kedua. Pada tahapan ini, vaksinasi menyasar pekerja publik yang dinilai punya risiko tinggi tertular Covid-19. Pedagang pasar hingga pelaku pariwisata pun masuk dalam kelompok tersebut mengingat aktivitasnya yang tinggi di ruang publik.
Kami harapkan ini segera diselesaikan sehingga ekonomi bisa pulih dan bangkit kembali.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sasaran vaksinasi tahap kedua berjumlah 38,5 juta orang. Dari jumlah tersebut, 21,6 juta orang merupakan warga lanjut usia (lansia), sedangkan pekerja publik berjumlah 16,9 juta orang. Lansia menjadi salah satu yang diprioritaskan karena risiko fatalitasnya tinggi jika tertular Covid-19.
”Lalu, kenapa pekerja publik? Mereka bertemu banyak orang. Contohnya, pedagang pasar. Jadi, kami paksakan orang-orang yang nature pekerjaannya seperti ini kami lindungi lebih dahulu,” kata Budi.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyampaikan hal serupa. Vaksinasi Covid-19 yang tengah dilakukan hendaknya dapat memberikan perlindungan lebih bagi para pekerja publik tersebut, khususnya mereka yang bergerak di sektor pariwisata. Dengan demikian, pariwisata bisa semakin bergeliat lagi dan diikuti kebangkitan ekonomi daerah.
”Vaksinasi ini penting untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Dengan adanya seperti itu, kami harapakan ekonomi bangkit lagi,” ujar Haryadi.
Lebih lanjut, Haryadi menyampaikan, vaksinasi terhadap pedangang dan pelaku wisata bisa rampung dalam enam hari ke depan. Di hari pertama, Senin ini, ada 3.200 orang dari total sasaran 19.900 orang yang disuntik vaksin. Pihaknya mengerahkan 280 tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan vaksinator.
Vaksinasi tersebut dapat dilakukan di 31 fasilitas kesehatan di Kota Yogyakarta. Fasilitas kesehatan itu terdiri dari 18 puskesmas, 11 rumah sakit, dan dua klinik.
Paimin (68), tukang becak kayuh, menjadi salah seorang pelaku wisata yang mendapat kesempatan disuntik vaksin Covid-19, Senin. Ia mengharapkan, semua pelaku wisata di kawasan Malioboro bisa diikutsertakan vaksinasi. Harapannya agar para pelaku wisata tersebut bisa terlindungi dari penularan Covid-19.
”Kami, kan, membawa tamu wisatawan dari luar daerah, baik mancanegara maupun domestik. Semoga setelah divaksin semakin terlindungi dari Covid-19,” kata Paimin.
Paimin mengaku, adanya pandemi Covid-19 membuat pendapatannya menurun drastis. Ia sempat beralih pekerjaan menjadi tukang bangunan. Meski tubuhnya tak lagi kuat mengangkut beban berat, pekerjaan itu tetap dilakoninya agar bisa terus menyambung hidup. Ia berharap, pariwisata kembali bergeliat sehingga bisa memperoleh pendapatan seperti semula dari mengayuh becaknya.