Intensitas Hujan Masih Tinggi, Pergerakan Tanah Mengancam Warga Majalengka
Pergerakan tanah masih mengancam Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, seiring tingginya curah hujan pada Maret 2021. Warga diminta selalu waspada.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Pergerakan tanah masih mengancam Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, seiring tingginya curah hujan pada Maret 2021. Masyarakat diminta tetap waspada mengantisipasi dampak gerakan tanah. Apalagi, alat peringatan dini pergerakan tanah masih sangat minim.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 26 kecamatan di Majalengka berpotensi mengalami pergerakan tanah menengah hingga tinggi pada bulan ini. Daerah itu, antara lain, meliputi Argapura, Malausma, Lemahsugi, Talaga, dan Kertajati.
”Kami sudah mengirim surat kepada kecamatan tentang potensi bencana yang akan terjadi,” kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Majalengka Reza Permana, Senin (1/3/2021), di Majalengka. Pemetaan PVMBG terkait ancaman pergerakan tanah tersebut diharapkan meningkatkan kewaspadaan warga.
Selama ini, Majalengka yang berpenduduk lebih kurang 1,3 juta jiwa kerap dilanda pergerakan tanah dan longsor. Apalagi, saat musim hujan. Awal tahun 2021 saja, setidaknya terjadi 38 gerakan tanah dan longsor. Selain memutus akses jalan, bencana tersebut juga merusak sedikitnya tiga rumah dan dua sarana pendidikan.
Pada 2020, BPBD Majalengka mencatat 96 kejadian longsor dan 14 gerakan tanah. Pergerakan tanah mendominasi bencana di Majalengka yang mencapai 224 kejadian tahun lalu.
Bahkan, warga di sejumlah daerah terpaksa direlokasi untuk menghindari dampak gerakan tanah. Lebih dari 200 keluarga di Dusun Tarikolot, Desa Sidamukti, misalnya, harus angkat kaki dari kampungnya sejak 2006.
Reza mengatakan, pihaknya sudah memasang pengumuman dan membuat jalur evakuasi di sejumlah daerah yang berpotensi rawan pergerakan tanah. Namun, hanya ada dua alat sistem peringatan dini untuk mendeteksi gerakan tanah. Alat itu terpasang di Jerukleueut, Kecamatan Sindangwangi dan Cibeureum, Kecamatan Talaga.
Diperkirakan, curah hujan masih tinggi hingga sangat tinggi, yakni 300-500 milimeter per hari.
Untuk mengidentifikasi pergerakan tanah, pihaknya memiliki sukarelawan di sejumlah daerah rawan longsor. Selain mengecek perubahan kontur tanah, mereka juga bertugas mengevakuasi warga jika terjadi bencana. ”Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam penanganan bencana,” katanya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Ahmad Faa Izyin, meminta masyarakat di Majalengka tetap waspada karena curah hujan masih tinggi bulan ini. ”Diperkirakan curah hujan masih tinggi hingga sangat tinggi, yakni 300-500 milimeter per hari,” katanya.