GeNose C19 Didistribusikan Terbatas untuk Fasilitas Pelayanan Publik
Alat deteksi Covid-19, GeNose C19, mulai didistribusikan massal. Namun, penjualannya masih dilakukan secara terbatas. Saat ini, alat deteksi tersebut baru dijual kepada fasilitas pelayanan publik.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Alat deteksi Covid-19, GeNose c19, mulai didistribusikan secara terbatas. Saat ini alat deteksi tersebut baru dijual kepada fasilitas pelayanan publik, khususnya yang bergerak di bidang kesehatan.
Pendistribusian terbatas alat deteksi tersebut dilakukan di Universitas Gadjah Mada Science Techno Park (UGM STP), Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (1/3/2021). Jumlah alat yang didistribusikan dalam kesempatan itu sebanyak 2.021 unit.
Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM Hargo Utomo mengatakan, pada tahap pertama distribusi, alat deteksi tersebut hanya dijual kepada institusi yang memberikan layanan terhadap publik. mulai dari klinik, laboratorium, rumah sakit, perusahaan, universitas, yayasan, pemerintah daerah, kementerian, hingga badan usaha milik negara (BUMN).
”Hampir separuhnya didistribusikan di bidang kesehatan. Sebagian lainnya korporasi. Terbanyak ketiga di unit-unit teknis kementerian,” kata Hargo.
Pemesanan alat tersebut dilakukan lewat situs ww.genose.swayasaprakarsa.com. Penjualannya menggandeng lima distributor resmi, yaitu PT Graha Rekayasa Utama, PT Global Systech Medika, PT Sigma Andalan Nusa, PT Dunia Kecantikan Indonesia, dan PT Indofarma. Saat ini, sebagian besar alat tersebut didistribusikan di Pulau Jawa. Namun, ada juga yang dikirimkan ke Pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Anggota Tim Peneliti GeNose C19 dari UGM, Dian Kesumapramudya Nurputra, menjelaskan, tingkat akurasi GeNose mencapai 95 persen untuk pasien positif Covid-19 bergejala, sedangkan 93 persen untuk pasien tanpa gejala. Sensitivitas alat tersebut pada pasien bergejala 92 persen, sedangkan untuk pasien tanpa gejala 89 persen.
”Dalam waktu 2-3 minggu ke depan, dengan AI (artificial intelligence) yang baru, akurasinya juga akan meningkat. Ini sedang kami kumpulkan datanya,” kata Dian.
Dian menyatakan, GeNose C19 dapat dijamin keandalannya, terlebih alat tersebut sudah mengantongi izin edar. Selain itu, penelitiannya juga telah melalui serangkaian proses verifikasi dan pengujian.
Izin edar GeNose C19 telah dikeluarkan Kementerian Kesehatan sejak 24 Desember 2020. Setelah itu, mulai 5 Februari 2021, PT Kereta Api Indonesia menggunakan alat tersebut untuk melakukan pemeriksaan di dua stasiun, yakni Stasiun Yogyakarta dan Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Pemeriksaan dengan alat tersebut juga resmi menjadi salah satu alternatif syarat bepergian dengan kereta api jarak jauh selain tes antigen (Kompas, 14/2/2021)
”Artinya, GeNose C19 sudah diizinkan oleh Kementerian Kesehatan untuk beredar dengan semua akurasi yang ada. Kami juga sudah diinspeksi lagi oleh kementerian tersebut untuk memenuhi standar cara uji alat kesehatan yang baik sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2017. Hasilnya juga sudah lolos,” kata Dian.
Rektor UGM Panut Mulyono mengharapkan, hadirnya GeNose C19 menjadi salah satu solusi dalam penanganan pandemi Covid-19. Tes deteksi Covid-19 diharapkan dapat dilakukan semakin masif mengingat harga GeNose C19 yang terjangkau. Pendistribusiannya juga diharapkan bisa terus meluas.
”Kami berharap seluruh pihak terus mendukung akselerasi penghiliran produk inovasi GeNose C19 sehingga dapat segera membantu mengatasi permasalahan bangsa dalam pelaksanaan mitigasi dan percepatan proses penanganan pasien Covid-19 di Indonesia,” kata Panut.
Panut berpesan, para ilmuwan tidak berhenti mengembangkan GeNose C19 meski sudah mulai didistribusikan. Penelitian mengenai alat deteksi tersebut perlu terus dilakukan agar semakin teruji keandalannya.