Siklon Tropis Marian Ikut Picu Curah Hujan Tinggi di Malang
Curah hujan yang cukup tinggi beberapa hari terakhir di wilayah Malang Raya dan sekitarnya juga merupakan kontribusi siklon tropis Marian dan area tekanan rendah di Samudra Hindia.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Curah hujan yang cukup tinggi beberapa hari terakhir di wilayah Malang Raya dan sekitarnya tidak hanya disebabkan oleh kondisi puncak musim hujan. Hal itu juga merupakan kontribusi siklon tropis Marian dan area tekanan rendah di Samudra Hindia.
Hujan deras mengakibatkan tanah longsor di Kota Batu dan banjir di Kabupaten Lumajang. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Malang, curah hujan pada Sabtu (27/2/2021) 145 milimeter (mm). Sementara di Lumajang di atas 100 mm, bahkan di Bendo 200 mm, dan Pasrujambe 216 mm.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Malang Anung Suprayitno, saat dihubungi, Minggu (28/2/2021), mengatakan, siklon tropis Marian di barat daya Bengkulu dan area tekanan rendah di selatan Nusa Tenggara Timur membuat pertumbuhan awan di atas Malang dan wilayah lain di Jawa Timur.
Untuk wilayah Malang Raya, pembentukan awan bisa terjadi secara merata jika kecepatan angin kurang dari 10 knot atau 18,5 km per jam. Sebaliknya, jika kecepatan angin lebih tinggi, penumpukan awan banyak terjadi di wilayah utara Malang, seperti Lawang, Batu, dan Pujon. ”Seperti hari ini, kawasan Kota Malang sebenarnya relatif cukup panas. Namun, di daerah yang memiliki ketinggian, seperti Lawang dan Batu, terjadi penumpukan awan,” ujar Anung.
Selain hujan deras, menurut dia, tarikan monsun Asia juga mengakibatkan udara terasa lebih dingin. Dampak siklon tropis Marian diperkirakan bakal hilang dalam beberapa hari ke depan. Biasanya siklon tropis hanya berumur 5-10 hari.
Puncak musim hujan secara umum di Jawa Timur diperkirakan berlangsung Januari-Februari jika tidak ada faktor pengganggu, seperti penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur (Madden Julian Oscillation/MJO) dan siklon tropis.
Yang harus diwaspadai ketika pagi cerah sekali terus panas, hujan ekstrem berpotensi terjadi.
Adapun sebagian daerah sisanya masih akan menjumpai hujan hingga Maret. ”Tapi, ini, kan, masih diganggu oleh MJO dan lainnya. MJO kemarin di wilayah perairan kita juga aktif sampai 27 Februari. Itu juga berkontribusi menjadi fase basah di Malang dan Jawa Timur,” katanya.
Anung mengingatkan masyarakat dan pihak berkepentingan untuk terus mewaspadai potensi bencana, terutama di daerah yang memiliki ketinggian dan kemiringan di atas 45 derajat. Potensi bencana bisa terjadi akibat hujan singkat dengan intensitas tinggi dan hujan dengan intensitas rendah tetapi durasinya lama.
”Yang harus diwaspadai ketika pagi cerah sekali terus panas, hujan ekstrem berpotensi terjadi karena potensi uap air di atmosfer tinggi sekali. Kelembaban relatif masih di atas 80 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Minggu pagi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu bersama aparat TNI, Polri, dan dinas terkait, membersihkan sisa-sisa longsor di Jalan Abdul Manan, kawasan Payung I dan II, di Kelurahan Songgokerto. Sejak longsor, Sabtu malam, akses kendaraan Malang-Kediri di ruas tersebut ditutup total dan dialihkan melalui jalur lain.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad C Rochim mengatakan, hujan deras menyebabkan kondisi tanah dan bebatuan di tebing jenuh sehingga longsor. Tebing yang longsor sepanjang 10 meter dan tinggi 15 meter dengan lebar timbunan 5 meter menutup separuh badan jalan dan saluran irigasi.
Longsor juga terjadi di tebing di jalur Malang-Lumajang, tepatnya di daerah Piket Nol, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Sabtu malam. Peristiwa ini mengganggu arus lalu lintas yang melalui jalur tersebut. Selain longsor, banjir menggenangi beberapa titik di Kabupaten Lumajang, Minggu pagi. Daerah terdampak, antara lain, di wilayah RT 009 RW 003 Dusun Magersari, Kecamatan Tekung dan Dusun Krajan, Kecamatan Lumajang.
Kepala Bidang Kedaruratan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Lumajang Joko Sambang mengatakan, di Magersari ada 14 keluarga (48 jiwa) terdampak serta mengungsi akibat rumah dan sawah terendam air setinggi 0,5 meter. Banjir di tempat ini terjadi akibat debit air Dam Tekung meningkat.
Sementara banjir di Dusun Krajan akibat Kali Asem meluap pada Minggu pagi. Debit air sungai bertambah akibat hujan deras sejak Sabtu malam. Ketinggian air 1,2 meter dan menyebabkan 15 keluarga terdampak. ”Warga terdampak dievakuasi ke tempat aman,” ujar Joko.