Satu Tahun Pandemi, Ratusan Pemandu Wisata Kepri Kehilangan Pekerjaan
Sedikitnya 420 pemandu wisata di Batam dan Bintan kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19. Pelaku wisata berharap, ”travel bubble” bisa segera dimulai setelah vaksinasi kepada pekerja bidang pariwisata rampung.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sedikitnya 420 pemandu wisata di Batam dan Bintan, Kepulauan Riau, kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19. Adapun segelintir yang masih bertahan kini harus menghadapi beban ganda. Pendapatan merosot karena jumlah kunjungan sangat sedikit, tetapi pengeluaran melambung untuk membeli alat-alat kesehatan bagi wisatawan.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Batam Fri Surbakti, Sabtu (27/2/2021), mengatakan, sebanyak 340 anggota kehilangan pekerjaan sejak Covid-19 melanda pada Februari 2020. Absennya kunjungan wisatawan mancanegara mengakibatkan runtuhnya ekonomi para pemandu wisata. Kini, mereka semua harus beralih profesi untuk bertahan hidup.
Sebagian besar beralih menjadi pedagang makanan dan pegawai pemasaran. Adapun Fri kini bekerja di perusahaan di bidang konstruksi penunjang minyak dan gas. Ia kembali ke profesi yang telah ditinggalkannya selama 17 tahun.
”Awalnya, lima bulan pertama masa pandemi, kami masih berharap pariwisata akan segera pulih. Namun, sekarang harapan itu sudah tidak ada. Setelah tabungan habis, mau tidak mau, kami harus mencari pekerjaan lain untuk bertahan hidup,” kata Fri.
Hal senada dinyatakan Ketua DPC HPI Bintan Abdul Rahman. Lebih dari 90 persen dari total anggota HPI Bintan yang berjumlah 83 orang kini beralih profesi. Pilihan sama dilakukan Abdul yang kini bekerja di lembaga permusyawaratan Desa Lagoi Sebong, Kecamatan Teluk Sebong. Pariwisata memang tidak lagi bisa diandalkan karena mati suri akibat pandemi.
”Sebenarnya wisatawan masih ada, tetapi terbatas kepada wisatawan dalam provinsi. Kelompok wisatawan itu tidak membutuhkan jasa pemandu wisata seperti kami,” ujar Abdul yang sebelumnya bekerja sebagai pemandu wisata khusus turis Korea Selatan.
Selama pandemi, para pemandu wisata di Batam dan Bintan hanya sekali mendapat bantuan dari pemerintah daerah berupa sembako. Setelah itu, nasib mereka dibiarkan menggantung tanpa kepastian. ”Sekarang ini kami ambil semua pekerjaan yang ada, asal itu halal,” ucap Abdul.
Namun, di tengah kondisi sulit itu, masih ada segelintir pemandu wisata yang bertahan. Salah satunya adalah Mukarom (31), pemilik agen perjalanan Go Picnic. Dalam satu bulan, ia masih bisa mendapat satu atau dua pekerjaan memandu rombongan wisatawan yang terdiri atas dua sampai empat orang.
Adapun rombongan besar yang berjumlah 10 orang atau lebih biasanya kini hanya berasal dari para pegawai pemerintah dari provinsi lain yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Kepri.
”Pariwisata saat pandemi ini bikin sakit kepala. Jumlah wisatawan merosot, tetapi pengeluaran melambung. Sekarang, kami harus menyewa kendaraan lebih banyak agar bisa jaga jarak dan juga harus menyediakan masker serta cairan pembersih tangan supaya memenuhi protokol kesehatan,” kata Mukarom.
Pada akhir Juli 2020, Wishnutama, yang saat itu menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, berkunjung ke Bintan dan menjanjikan pariwisata nasional akan pulih dengan program bersih, aman, sehat, dan lestari (CHSE). Waktu itu, program CHSE diyakini dapat membuat wisatawan dari Singapura dan Malaysia kembali berkunjung ke Batam dan Bintan.
Namun, pelonggaran perbatasan yang dilakukan kedua negara itu hingga kini baru mencakup urusan bisnis dan diplomasi. Adapun gelembung pariwisata (travel bubble) untuk kepentingan pariwisata yang sejak dulu dinantikan belum kunjung disepakati.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar mengatakan, sebenarnya kawasan wisata di Bintan sudah siap kembali menerima wisatawan mancanegara. Di kawasan resor Pantai Lagoi, misalnya, sudah disiapkan dua alat tes usap reaksi berantai polimerase (PCR) khusus untuk mengantisipasi jika travel bubble dibuka oleh Singapura. Ia berharap, travel bubble bisa segera dimulai setelah vaksinasi kepada pekerja bidang pariwisata di Kepri rampung dilakukan.