Pemprov Kalteng Percepat Penetapan Status Siaga Darurat Karhutla
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah masih menghantui. Meski belum memasuki musim kemarau, pemerintah berencana mempercepat penetapan status Siaga Darurat kebakaran hutan dan lahan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Titik panas di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, terus bertambah. Kini 25 hektar lahan yang didominasi lahan gambut terbakar. Pemerintah bakal mempercepat penetapan status Siaga darurat.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Barat dalam seminggu terakhir terdapat empat titik panas dengan 12 kejadian kebakaran. Pada Jumat (26/2/2021), BPBD dan instansi terkait terus melakukan pemadaman api di Kilometer 14, Kota Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng. Belum diketahui penyebab kebakaran dan luas lahan yang terbakar.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kotawaringin Barat Tengku Ali Syahbana menjelaskan, data terakhir yang dihimpun tim lapangan setidaknya 25 hektar lahan sudah terbakar. Meskipun demikian, pihaknya yakin, api sudah padam meski api membakar lahan gambut yang dikenal sulit dikendalikan.
”Kami terus melakukan patroli kebakaran, sembari mendiskusikan status Siaga Darurat dengan instansi lainnya, tetapi sampai kini belum ada keputusan, apakah akan menetapkan status Siaga atau tidak,” kata Syahbana.
Dari perkiraan cuaca Stasiun Meteorologi Palangkaraya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tak ada hujan di Kota Pangkalan Bun hingga Senin (1/3/2021) mendatang. Cuaca cerah dan mendung akan melanda hingga saat itu. Dari laporan yang sama, titik panas belum ditemukan di kabupaten lain di Kalteng pada Jumat sore.
Prakirawan Stasiusn Meteorologi Kota Palangkaraya, Reniananta, menjelaskan, saat ini, Provinsi Kalimantan Tengah masih berada pada musim hujan. Terdapat penurunan intensitas curah hujan selama Februari, tetapi intensitasnya diperikirakan akan meningkat pada Maret sampai April.
Kami berencana pada Maret mendatang akan menetapkan status Siaga Darurat karhutla. Itu dilakukan agar penananganannya bisa lebih siap dan cepat sebelum kemarau melanda. (Darliansjah)
”Musim kemarau di Kalteng diperkirakan akan dimulai pada bulan Juli nanti, saat ini curah hujan masih menurun hingga normal,” ungkap Reniananta.
Status siaga darurat
Meskipun musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli, Pemerintah Provinsi Kalteng bakal lebih cepat menetapkan status Siaga Darurat. Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, Darliansjah, mengungkapkan, saat rapat bersama dengan Presiden RI Joko Widodo soal antisipasi karhutla, penetapan status siaga Darurat dilakukan lebih cepat.
”Kami berencana pada Maret mendatang akan menetapkan status Siaga Darurat karhutla. Itu dilakukan agar penananganannya bisa lebih siap dan cepat sebelum kemarau melanda,” ungkap Darliansjah.
Darliansjah menjelaskan, kondisi kemarau pada tahun ini bisa saja sama dengan tahun sebelumnya, tetapi ada kemungkinan lebih panas. Tahun sebelumnya, fenomena La Nina membuat kondisi tanah jauh lebih basah sehingga tak mudah terbakar.
Hal itu terlihat dari data kebakaran tahun lalu milik BPBPK. Dari Januari sampai Desember 2020, jumlah titik panas mencapai 7.042 titik dengan luas terbakar mencapai 7.681 hektar. Tak ada korban jiwa dan korban sakit hingga perlu dirawat atas kejadian itu. Jumlah itu pun menurun hampir mencapai 90 persen dari tahun 2019.
”Kami baru saja melakukan rapat koordinasi dengan semua pemerintah kabupaten, khususnya wilayah yang rawan kebakaran selama ini. Mereka perlu menyiapkan segala prasarana juga posko-posko pemantauan di wilayahnya masing-masing,” kata Darliansjah.
Darliansjah menambahkan, bersama Polda Kalteng juga Korem 102 Panju-Panjung pihaknya terus melakukan sosialisasi sambil patroli. Dalam sosialisasi, pihaknya akan mengaktifkan kembali kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) sebagai respons pertama jika ditemukan titik panas.
”Lewat satelit akan dipantau, kalau dekat dengan kelompok masyarakat bisa segera ditangani. Jika jauh dari masyarakat atau permukiman maka akan diturunkan tim dengan peralatan yang memadai juga kendaraan yang bisa masuk ke lokasi,” kata Darliansjah.