Pemimpin Baru Diharap Tak Abaikan Dukungan Besar Masyarakat
Sebanyak 17 bupati/wali kota di Jawa Timur yang dilantik pada Jumat (26/2/2021) perlu bekerja keras dan cerdas untuk membalas dukungan besar masyarakat yang memilih melalui pemungutan suara pada 9 Desember 2020.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara bertahap melantik 17 bupati/wali kota terpilih di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (26/2/2021). Setelah ini, bupati/wali kota perlu kerja keras dan cerdas untuk membalas dukungan besar masyarakat yang memilih melalui pemungutan suara pada 9 Desember 2020.
Di Grahadi, pelantikan dibagi dalam tiga tahap, yakni pagi, siang, dan malam. Kehadiran di Grahadi amat dibatasi untuk penerapan protokol kesehatan guna menekan risiko penularan pandemi Covid-19 yang belum mereda. Undangan dan aparatur mengikuti pelantikan melalui pranala aplikasi Zoom, sedangkan publik bisa mengakses melalui kanal Pemprov Jatim pada media sosial Youtube.
Sesi pagi, Khofifah melantik enam pasang bupati/wakil bupati. Mereka adalah Mochamad Nur Arifin-Syah Muhammad Nata Negara untuk memimpin Trenggalek, Sugiri Sancoko-Lisdyarita untuk Ponorogo, Ony Anwar Harsono-Dwi Rijanto Jatmiko untuk Ngawi, Achmad Fauzi-Dewi Khalifah untuk Sumenep, Karna Suswandi-Khoirani untuk Situbondo, dan Ipuk Fiestiandani-Sugirah untuk Banyuwangi.
Dari enam pejabat utama kabupaten itu yang petahana ialah Arifin yang sebelumnya Bupati Trenggalek, Ony yang sebelumnya Wakil Bupati Ngawi, dan Fauzi yang sebelumnya Wakil Bupati Sumenep. Ipuk melanjutkan kepemimpinan dua periode sang suami, Abdullah Azwar Anas. Sugiri merupakan politikus PDI-P Jatim, Karna merupakan mantan pejabat teras Pemerintah Kabupaten Lumajang.
Dalam sambutannya, Khofifah mengatakan, pelantikan dibagi dalam tiga sesi untuk menerapkan protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya. Pelantikan di Grahadi juga diawasi dan dipantau oleh tim Kementerian Dalam Negeri apakah benar-benar memenuhi protokol kesehatan atau tidak. Pelantikan berlangsung dalam masa penanganan pandemi yang menyerang Jatim sejak 17 Maret 2020. Pandemi diklaim melandai, tetapi penyebaran belum berhenti.
Pemungutan suara berlangsung dalam masa pandemi dengan segala tata cara yang membatasi aktivitas masyarakat khususnya pemilih dan penyelenggara. Namun, wabah ternyata tidak menghambat pemilih untuk memberikan dukungan dan turut mengantarkan pasangan terpilih menjadi atau kembali ke jabatan utama sebagai ”adipati” atau bupati-wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota. Partisipasi pada pemilihan 2020 sebesar 67,68 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan pemilihan pada 2018 yang sebelum serangan pandemi 66,92 persen
”Artinya, bapak/ibu bupati/wakil bupati begitu kuat mendapat amanat masyarakat meski di tengah pandemi,” ujar Khofifah. Untuk itu, para pejabat perlu membalas dukungan masyarakat dengan kerja keras dan cerdas terutama mempercepat penanganan wabah yang akan berkontribusi positif terhadap situasi se-Jatim. Pandemi yang mengganggu perekonomian diharapkan bisa mulai teratasi pada April nanti.
Khofifah mengatakan, pengiriman dana desa dari pusat pada Maret akan sebesar 40 persen, sedangkan untuk desa mandiri sebesar 60 persen. Dana agar dialokasikan dengan tepat melalui program yang mempercepat penanganan wabah sekaligus memulihkan perekonomian dan kehidupan warga. Realisasi program melalui dana desa diharapkan dirasakan oleh masyarakat sehingga daya beli dan konsumsi segera pulih.
Sebesar 60 persen atau mayoritas dari kekuatan produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim merupakan konsumsi keluarga (masyarakat). Konsumsi berkontribusi 4,8 persen terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk itu, jika penghidupan masyarakat tidak segera dipulihkan, perekonomian daerah dan Jatim juga sulit untuk sembuh dan berkembang.
Saat ditemui sebelum pelantikan, Arifin mengatakan, akan mendorong kepariwisataan sebagai strategi pemulihan ekonomi rakyat Trenggalek sekaligus memenuhi protokol kesehatan. ”Kami masih jualan paket wisata, tetapi yang terbatas atau eksklusif,” katanya.
Pariwisata di Trenggalek diyakini menarik seluruh potensi terutama hasil bumi. Jika pariwisata bergerak, sektor pengolahan hasil pertanian dan perkebunan tentu akan ikut bergerak. Dari sana ada keyakinan perputaran uang akan terjadi sehingga masyarakat bisa menikmati hasil dan memulihkan perekonomian keluarga.
Pariwisata yang dihidupkan kembali harus taat dalam protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 sehingga perlu eksklusif atau terbatas. Pelayanan bisa diberikan secara terpadu dan utuh termasuk penanganan terhadap wisatawan yang terkena gangguan kesehatan, terutama Covid-19.