Kasus Covid-19 di Sulut Mulai Turun, PPKM Mikro Diperkuat
Kasus Covid-19 di Sulawesi Utara mulai menunjukkan tren menurun selama Februari 2021. Satgas Covid-19 berupaya menekan kasus dengan membuat petunjuk teknis PPKM mikro dan menegakkan portokol kesehatan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS – Kasus Covid-19 di Sulawesi Utara mulai menunjukkan tren menurun selama Februari 2021. Satuan Tugas berupaya menekan kasus dengan membuat petunjuk teknis pembatasan kegiatan masyarakat mikro dan menegakkan kepatuhan pada protokol kesehatan.
Sebanyak 1.458 kasus baru Covid-19 teridentifikasi di Sulut selama Februari 2021 hingga Jumat (26/2/2021) siang. Jumlah ini hanya 38,61 persen dari 3776 kasus baru yang tercatat sepanjang Januari.
Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel mengatakan, banyaknya kasus pada Januari adalah dampak dari liburan akhir tahun. Namun, penurunan kasus mulai tampak pada pergantian bulan, yaitu 972 pada pekan keempat Januari menjadi 526 kasus pada pekan pertama Februari.
Diharapkan masyarakat bisa waspada ketika mereka ke luar untuk, misalnya, pergi bekerja. Jangan sampai pulang membawa virus (Vicky Lumentut))
Penurunan jumlah kasus itu diiringi stabilitas kegiatan pelacakan kasus. Selama pekan keempat Januari, Satgas Covid-19 Sulut melaksanakan 2.434 tes cepat antigen dan mengambil 3.055 sampel usap untuk tes reaksi rantai polimerase (PCR). Adapun pada pekan pertama Februari, tes antigen terlaksana 2.802 kali dan sebanyak 2.543 sampel usap diambil.
Pelaksanaan tes cepat antigen sempat menurun pada pekan kedua dan ketiga menjadi rerata 1.822,5 tes per minggu. Namun, penurunan itu segera diganti dengan 3.635 kali tes antigen selama 22-25 Februari. Sebaliknya, pengambilan sampel usap terus menurun.
Steaven belum menyimpulkan apakah kasus Covid-19 di Sulut sudah mulai terkendali. Ia mengatakan, Satgas Covid-19 Sulut sekarang berfokus pada upaya menekan kasus lewat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro di Desa Warembungan, Minahasa yang menjadi lokasi pilot project.
“Tujuannya adalah menurunkan transmisi Covid-19 di wilayah yang tidak terlalu besar, seperti desa dan kelurahan. Peran serta aktif dari masyarakat diutamakan lewat kegiatan ini. Kalau ada rasa kepemilikan yang tinggi (akan daerah tempat tinggalnya), masyarakat akan mau menyukseskan program ini,” kata Steaven.
Satgas Covid-19 Sulut membuat petunjuk teknis PPKM mikro. Beberapa poin di dalamnya adalah kewajiban tiap desa/kelurahan memiliki pos komando dan memasang berbagai imbauan tentang protokol kesehatan.
Berbagai aktivitas sosial dan kebudayaan ditiadakan selama 14 hari setelah ada kasus yang terdeteksi, sedangkan fasilitasnya ditutup. Hanya acara duka yang boleh diadakan asalkan dengan pelaksanaan ketat protokol kesehatan. Adapun rumah ibadah dibatasi kapasitasnya menjadi 30 persen.
Mobilitas warga dibatasi hingga 20.00 Wita. Sebelum itu, warga harus menunjukkan bukti resmi bebas Covid-19 saat masuk atau ke luar wilayah desa. Selama itu berlangsung, pelacakan dan pemantauan kasus terus dilaksanakan. “Pembelajaran dari kegiatan ini nantinya akan dipakai untuk implementasi PPKM mikro di lokasi lain,” kata Steaven.
Di Manado, pemerintah kota telah memulai programnya sendiri, yaitu Lingkungan Manado Tangguh. Pelaksanaannya mirip PPKM mikro di Desa Warembungan, tetapi luas wilayahnya terbatas pada lingkungan, setingkat di bawah kelurahan.
Kategori zona
Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengatakan, setiap lingkungan akan dikategorikan menjadi zona risiko tinggi, sedang, dan zona aman. Penilaian akan dilaksanakan dinas kesehatan kota. Batas jam aktivitas masyarakat di zona risiko sedang adalah 19.00 Wita, sedangkan zona risiko tinggi 21.00 Wita.
Warga tak harus menunjukkan surat bebas Covid-19 ketika masuk atau ke luar lingkungan. “Diharapkan masyarakat bisa waspada ketika mereka ke luar untuk, misalnya, pergi bekerja. Jangan sampai pulang membawa virus,” kata Vicky.
Jajaran kepolisian di Sulut akan mendukung penegakan disiplin protokol kesehatan serta mengawasi PPKM mikro atau sejenisnya di masing-masing wilayah. Para polisi juga akan menjadi pelacak sebaran kasus di desa/kelurahan tempatnya bertugas.
Kepala Polda Sulut Inspektur Jenderal RZ Panca Putra juga menyatakan, pihaknya akan terlibat dalam pengujian sampel usap. Alasannya Rumah Sakit Bhayangkara Manado telah memiliki laboratorium PCR dengan kapasitas 96 sampel setiap 6 jam.
Laboratorium ini tidak hanya untuk anggota Polri, tetapi juga untuk masyarakat umum. "Iini adalah bagian dari tanggung jawab Polri kepada masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan," ujar dia.