Pertanian dan Perkebunan Topang Ekonomi Sumut Selama Pandemi
Sektor pertanian dan perkebunan menjadi penopang ekonomi Sumatera Utara di tengah pandemi. Ekspor komoditas unggulan pertanian pun masih tetap mampu bertumbuh di tengah guncangan pasar dunia.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sektor pertanian dan perkebunan menjadi penopang ekonomi Sumatera Utara di tengah pandemi. Ekspor komoditas unggulan pertanian pun masih tetap mampu bertumbuh di tengah guncangan pasar dunia. Sektor ini berpotensi karena dapat dikembangkan tanpa harus mengorbankan pengendalian penularan Covid-19.
”Lapangan usaha sektor pertanian di Sumut tidak begitu terdampak pandemi Covid-19. Namun, terjadi penurunan produktivitas tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan secara tahunan,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara Soekowardojo, Rabu (24/2/2021).
Soekowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2020 mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni minus 1,07 persen, anjlok dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada 2019 yang mencapai 5,22 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi karena penurunan permintaan akibat terbatasnya daya beli masyarakat selama pandemi.
”Belanja pemerintah yang tertunda turut berdampak pada penurunan sisi permintaan dan penawaran, terutama untuk lapangan usaha konstruksi,” kata Soekowardojo.
Soekowardojo mengatakan, pada triwulan IV-2020, pertumbuhan ekonomi Sumut masih minus 2,94 persen secara tahunan. Penurunan itu bahkan lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang masih bertahan di 2,8 persen dan lebih dalam dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, yakni minus 2,19 persen.
”Secara spasial, perekonomian Sumut juga tumbuh lebih rendah dibandingkan tiga provinsi lainnya di Sumatera, yakni Riau, Sumatera Selatan, dan Lampung. Namun, masih lebih baik dibandingkan Kepulauan Riau dan Aceh,” ujar Soekowardojo.
Sektor paling berpotensi dikembangkan di Sumut di tengah pandemi adalah sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. (Soekowardojo)
Soekowardojo mengatakan, sektor paling berpotensi dikembangkan di Sumut di tengah pandemi adalah sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Pertumbuhan di sektor ini bisa dipacu tanpa harus mengorbankan pengendalian penularan Covid-19.
Pada tahun 2020, kata Soekowardojo, sektor pertanian masih mampu bertumbuh 1,95 persen secara tahunan. Meski demikian, pertumbuhan itu mengalami perlambatan dibandingkan 2019 yang mencapai 5,13 persen. Pertumbuhan di sektor pertanian sangat penting karena berkontribusi 21 persen terhadap ekonomi Sumut.
”Produktivitas hortikultura dan tanaman pangan menurun akibat curah hujan yang cukup tinggi di akhir tahun,” kata Soekowardojo.
Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan menjadi penopang ekonomi Sumut di tengah pandemi. ”Strategi Sumut menghadapi resesi adalah membuka lapangan usaha seluas-luasnya tetapi tidak berdampak besar pada pengendalian penularan Covid-19,” katanya.
Balai Besar Karantina Pertanian Belawan pun mencatat ekspor produk pertanian dari Sumut bertumbuh 12,14 persen pada 2020. Ekspor ditopang komoditas unggulan, seperti minyak sawit mentah, kopi biji, pinang biji, dan karet. ”Kami perkirakan ekspor pertanian pun masih akan bertumbuh pada 2021,” katanya.
Nilai ekspor komoditas pertanian dari wilayah kerja Balai Besar Karantina Pertanian Belawan pada 2020 mencapai Rp 23,61 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya Rp 21,05 triliun. Nilai ekspor paling tinggi dibukukan komoditas minyak sawit, yakni Rp 9,71 triliun, dengan volume 568.851 ton, kemudian diikuti biji kopi Rp 4,54 triliun dengan volume 63.756 ton, serta biji pinang Rp 2,46 triliun dengan volume 95.434 ton.