Pandemi, Konservasi Gajah di Barumun Kesulitan Tutupi Biaya Operasional
Lembaga konservasi gajah sumatera dan harimau sumatera, Barumun Nagari Wildlife Sanctuary, kesulitan menutupi biaya operasional selama pandemi. Selama ini, biaya operasional Rp 5 juta per hari didanai unit usaha.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
PADANG LAWAS, KOMPAS — Lembaga konservasi gajah sumatera dan harimau sumatera, Barumun Nagari Wildlife Sanctuary, kesulitan menutupi biaya operasional selama pandemi. Selama ini, biaya operasional sebesar Rp 5 juta per hari didanai unit usaha lain dan juga kontribusi pengunjung yang sebagian besar turis asing. Sebagian besar biaya operasional digunakan untuk memberi makan satwa.
”Selama ini kami mendanai operasional Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) dari unit usaha keluarga, seperti hotel dan perkebunan, serta kontribusi pengunjung. Kami kesulitan menutupi biaya operasional karena ekonomi terpuruk akibat pandemi,” kata Henry Sukaya, pendiri BNWS, Rabu (24/2/2021).
BNWS merupakan lembaga konservasi di Desa Batu Nanggar, Kecamatan Batang Onang, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, sekitar 400 kilometer di selatan Kota Medan. Sejak didirikan pada 2015, BNWS merehabilitasi 12 gajah jinak. Gajah-gajah itu pun dikembangbiakkan dan sudah menghasilkan tiga anak.
Selain gajah sumatera, di kawasan itu juga dilakukan konservasi terhadap sepasang harimau sumatera yang diselamatkan dari perburuan, yakni Monang dan Gadis. Kedua harimau itu sudah melahirkan sepasang anak yang sudah berumur sekitar tiga tahun, yakni Surya Manggala dan Citra Kartini.
Henry mengatakan, biaya operasional terbesar dalam mengelola BNWS adalah biaya pakan. Setiap gajah harus mendapatkan asupan pakan utama berupa jagung dan pisang sebanyak 400 kilogram per hari per ekor atau total 5-6 ton per hari. ”Selama pandemi ini, kami pun harus mengurangi pakan, tetapi tetap kami berikan paling sedikit 250 kilogram per ekor per hari,” kata Henry.
Untuk menekan biaya operasional, kata Henry, mereka pun menanam sendiri jagung dan pisang di lahan mereka. BNWS mengurangi pembelian pakan yang selama ini dipasok dari masyarakat sekitar. Selain pakan, gajah-gajah itu pun harus diberikan suplemen makanan, seperti kacang-kacangan, kunyit, temulawak, dan gula merah.
BNWS mempunyai konsep konservasi yang unik. Lembaga konservasi itu menyediakan 320 hektar lahan yang berdekatan dengan kawasan hutan Suaka Margasatwa Barumun. Mereka menyediakan lahan yang cukup luas agar gajah bisa hidup di tempat yang menyerupai suasana di alam liar.
Gajah-gajah diangon ke padang penggembalaan pada pagi hingga sore. Ketika malam, gajah dibawa pulang ke kandang. ”Konsep ini juga yang membuat gajah-gajah ini menjadi lebih sehat dan bisa berkembang biak dengan baik,” kata Henry.
Konservasi harimau sumatera juga dilakukan dengan konsep yang sama. Mereka menyediakan kandang terbuka di dekat kawasan hutan dengan dikelilingi pagar berukuran 30 meter x 70 meter. Sepasang anak harimau sumatera itu pun bertumbuh dan berkembang dengan baik.
”Kalau sudah siap, harimau itu akan dilepasliarkan. Sepasang harimau sumatera itu sangat penting di tengah ancaman kepunahan,” kata Henry.
Henry mengatakan, pembiayaan BNWS paling utama berasal dari unit usaha keluarga mereka, khususnya dari hotel di Kota Padang Sidimpuan dan juga perkebunan. Sebelum pandemi, mereka juga mendapatkan tambahan dari kontribusi pengunjung yang sebagian besar merupakan turis asing yang mempunyai minat khusus pada konservasi, seperti dokter hewan dan pencinta satwa.
BNWS pun hanya menyasar wisata minat khusus agar pengunjung tidak membeludak dan kegiatan konservasi tidak terganggu. Pengunjung biasanya tinggal di BNWS mengikuti kegiatan konservasi selama beberapa hari. Mereka ikut mengangon, memberi pakan, memandikan gajah, dan membersihkan kandang. Ada juga yang mengamati perilaku gajah sepanjang malam.
BNWS pun kini menyiapkan paket kunjungan untuk wisatawan domestik dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Para pengunjung juga mempelajari secara lebih dekat perilaku gajah saat hidup di tempat yang menyerupai alam liar. Pengunjung juga menikmati suasana alam liar di BNWS dengan beragam satwa liar, seperti burung, siamang, rusa, dan pemandangan danau.
Dengan kondisi pandemi seperti sekarang, turis asing pun hampir tidak ada selama setahun belakangan. BNWS pun kini menyiapkan paket kunjungan untuk wisatawan domestik dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Ada dua paket kunjungan yang semuanya mengutamakan edukasi, yakni paket kunjungan singkat selama satu hari penuh dan paket kunjungan tiga hari dua malam. Paket kunjungan singkat juga akan mengikuti aktivitas gajah dan edukasi selama satu harian. Pengunjung akan dijemput di Kota Padang Sidimpuan pada pagi dan diantar pulang pada sore.
Pengunjung bisa memesan melalui akun Instagram ”barumunnagari”. Biaya untuk kunjungan singkat Rp 500.000 per orang. Untuk kunjungan tiga hari dua malam Rp 1 juta per orang, termasuk biaya menginap di kawasan BNWS.
Andoko Hidayat dari Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut mengatakan, lembaga konservasi memang sangat terdampak pandemi karena pendapatan mereka berkurang. ”Pada tahun 2020, kami memberikan bantuan untuk dua lembaga konservasi di Sumut,” kata Andoko.
Salah satu yang mendapatkan bantuan adalah Sanctuary Harimau Barumun sebesar Rp 20 juta. Bantuan diserahkan melalui Yayasan Persamuhan Bodhicitta Mandala Medan. Selain itu, BBKSDA Sumut juga menyerahkan bantuan kepada Taman Marga Satwa Medan Zoo sebesar Rp 70 juta. Meskipun jumlahnya relatif kecil dibandingkan kebutuhan, bantuan itu diharapkan bisa membantu lembaga konservasi.