Merapi Keluarkan Dua Kali Awan Panas, Jarak Terjauh 1,9 Kilometer
Gunung Merapi kembali menunjukkan peningkatan aktivitas pada Kamis (25/2/2021) sore dan malam hari, Terjadi dua kali awan panas guguran dengan jarak luncur terjauh 1,9 kilometer.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menunjukkan peningkatan aktivitas. Pada Kamis (25/2/2021) sore dan malam, Gunung Merapi mengeluarkan dua kali awan panas guguran dengan jarak luncur terjauh 1,9 kilometer. Meski begitu, status Merapi masih Siaga (Level III) dan radius bahaya juga belum berubah.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pada Kamis pukul 16.52 WIB, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 37 milimeter (mm) dan durasi 115 detik. Awan panas itu memiliki jarak luncur sekitar 1,5 km ke arah barat daya, sementara tinggi kolomnya tak teramati karena cuaca berkabut.
Sesudah itu, pada Kamis pukul 18.42, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran dengan amplitudo 51 mm dan durasi 175 detik. Tinggi kolom awan panas tersebut lagi-lagi tidak teramati karena cuaca berkabut, sementara estimasi jarak luncur awan panas itu sekitar 1,9 km menuju arah barat daya.
Sebelumnya, pada Rabu (24/2/2021) pagi pukul 06.31 WIB, Merapi juga mengeluarkan awan panas guguran dengan amplitudo 31 mm dan durasi 88 detik, sementara tinggi kolomnya tidak teramati. Estimasi jarak luncur awan panas tersebut sekitar 800 meter ke arah barat daya atau menuju wilayah hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Awan panas guguran yang terjadi pada Rabu pagi kemarin merupakan yang pertama terjadi setelah sekitar tiga pekan Merapi tidak mengeluarkan awan panas. Sebelum Rabu kemarin, Merapi tercatat mengeluarkan awan panas terakhir pada 31 Januari 2021. Pada hari tersebut pukul 15.39 WIB, Merapi mengeluarkan awan panas dengan amplitudo 25 mm, durasi 61 detik, dan estimasi jarak luncur 600 meter ke barat daya atau menuju hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, Gunung Merapi telah mengalami fase erupsi sejak 4 Januari 2021. Hingga sekarang, Gunung Merapi masih mengalami aktivitas yang intensif. Selain terlihat dari terjadinya awan panas guguran, aktivitas yang intensif itu juga terlihat dari terjadinya guguran lava di Gunung Merapi.
”Aktivitas erupsi Merapi masih intensif. Ini bisa dilihat dari besarnya jumlah guguran yang ada. Selama erupsi, data guguran merupakan data pemantauan yang penting karena mencerminkan perkembangan erupsi,” ujar Hanik.
Selama beberapa hari terakhir, jumlah guguran yang terjadi di Gunung Merapi relatif tinggi. Pada Rabu kemarin, misalnya, terjadi 149 kali guguran di Gunung Merapi dalam sehari. Sementara itu, pada Selasa (23/2/2021) dan Senin (22/2/2021), masing-masing terjadi 91 kali guguran dan 138 kali guguran di Gunung Merapi. ”Jumlah guguran itu memang fluktuatif, tetapi termasuk intensitasnya masih cukup tinggi,” kata Hanik.
Hanik menyatakan, hingga sekarang jarak terjauh guguran lava di Gunung Merapi adalah 2 km. Sementara itu, jarak luncur terjauh awan panas di Merapi selama erupsi tahun 2021 adalah 3,5 km ke arah barat daya. Jarak luncur guguran lava dan awan panas guguran itu masih berada dalam radius bahaya yang ditetapkan BPPTKG.
Oleh karena itu, BPPTKG belum menaikkan status aktivitas Gunung Merapi. Hingga sekarang, status Gunung Merapi masih Siaga. Status tersebut telah ditetapkan BPPTKG sejak 5 November 2020.
Aktivitas erupsi Merapi masih intensif. Ini bisa dilihat dari besarnya jumlah guguran yang ada. Selama erupsi, data guguran merupakan data pemantauan yang penting karena mencerminkan perkembangan erupsi.
BPPTKG juga menyatakan, potensi bahaya erupsi Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas ke arah selatan-barat daya yang mencakup aliran Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 km dari puncak. Sementara itu, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Aktivitas warga
Sementara itu, sesudah terjadinya awan panas guguran di Merapi pada Kamis sore dan malam ini, aktivitas warga di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, masih berjalan normal. Dusun Turgo berada di sisi barat daya Gunung Merapi dengan jarak sekitar 6 km dari puncak. Turgo termasuk salah satu dusun yang paling dekat dengan Merapi.
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Purwobinangun Nurhadi mengatakan, setelah terjadinya luncuran awan panas dari Gunung Merapi pada Kamis sore dan malam, kondisi warga di Dusun Turgo masih kondusif. Tidak ada kepanikan yang ditunjukkan warga. Selain itu, semua warga juga masih terus menjaga kewaspadaan.
”Kami sudah ada sukarelawan yang selalu memantau kondisi Merapi setiap malamnya. Sampai sekarang, kondisi masih aman terkendali. Luncuran awan panas juga kurang dari 2 km,” kata Nurhadi.
Pada 27 Januari 2021, sekitar 130 warga dari Dusun Turgo sempat mengungsi di barak pengungsian di Desa Purwobinangun. Pengungsian itu dilakukan setelah terjadinya luncuran awan panas sejauh 3,5 km dari puncak Merapi. Namun, pada 9 Februari 2021, para pengungsi dipulangkan kembali ke rumahnya setelah aktivitas vulkanik Merapi menurun.
”Meski warga sudah kembali ke rumahnya, barak pengungsian tetap standby (siap). Kami tidak membongkar baraknya. Justru kami malah membuat penyekatan tambahan di ruangan-ruangan sekolah yang masih satu kompleks dengan barak ini,” kata Nurhadi.