Sumbatan pada Jaringan Drainase Diduga Picu Banjir di Kota Semarang
Pemerintah Kota Semarang juga sudah pernah mengkaji bahwa untuk meningkatkan kapasitas daya tampung drainase, membutuhkan biaya Rp 800 miliar-Rp 1 triliun. Selain itu, penanganan dari hulu sungai juga direncanakan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/GREGORIUS M FINESSO
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Selain dipicu hujan deras yang mengguyur pada Selasa (23/2/2021) sore, banjir di Kota Semarang juga diduga akibat mampetnya sistem drainase. Pemerintah Kota Semarang akan membersihkan saluran air, sedangkan untuk jangka panjang daya tampung saluran-saluran perlu ditingkatkan.
Di Kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan Kota Semarang sebenarnya banjir surut relatif cepat, sekitar 2 jam. Namun, di titik lain, seperti di Jalan Kaligawe, kawasan Kota Lama Semarang, Jalan Empu Tantular, Bundaran Bubakan, Stasiun Semarang Tawang, dan Tanah Mas, banjir belum surut pada Rabu (24/2/2021) pagi hingga siang hari. Ketinggian banjir di antaranya hingga lebih dari 50 sentimeter (cm).
Genangan air yang belum surut pada Rabu siang terlihat di sepanjang Jalan Raya Kaligawe, Kecamatan Genuk. Ketinggian air masih mencapai 60 cm. Pengendara yang melintas harus berhati-hati. Lokasi ini merupakan langganan banjir karena bidang permukaan jalan yang rendah sehingga air mudah menggenang.
Kendaraan yang melintas di Jalan Kaligawe hanya kendaraan berat. Adapun pengendara sepeda motor menitipkan sepeda motornya di penitipan yang sudah disediakan warga, lalu menyebarang genangan dengan menumpang truk.
Menurut warga Kelurahan Trimulyo, Heri, selain kiriman banjir dari wilayah hulu, saluran pembuangan air di sekitar Kaligawe juga tidak lancar.
Berdasarkan pantauan Kompas, pada Rabu malam banjir, antara lain, masih menggenangi Jalan Taman Hasanudin di Tanah Mas dengan ketinggian 20-30 cm. Tanah di daerah tersebut memang rendah. Sementara pompa air di kali terdekat tetap beroperasi, tetapi banjir belum juga surut.
Madban (43), warga Panggung Lor, Kecamatan Semarang Utara, mengatakan, banjir menggenangi Jalan Hasanudin dengan ketinggian hingga sekitar 40 cm akibat hujan deras pada Selasa sore. ”Semalaman banjir dan baru surut tadi (Rabu) pagi. Namun, di belakang sini (Kelurahan Kuningan) yang lebih terdampak. Belum surut,” katanya.
Sementara itu, Marsudi (37), warga Kelurahan Plombokan Semarang Utara, mengemukakan, banjir di rumahnya pada Selasa malam surut dalam sejam. ”Lebih tinggi pada 6 Februari lalu, tetapi tadi pagi saya nganter sayur ke Pasar Johar, sepeda motor terendam di bundaran Bubakan. Tahun ini terasa lebih tinggi dampak banjirnya,” katanya.
Pelaksana Harian Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin, Rabu, menuturkan, sumbatan pada sistem drainase diduga menjadi pemicu tidak lancarnya aliran air sehingga berdampak pada genangan. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Semarang belum tuntas dalam membersihkan saluran pascabanjir 6-7 Februari 2021.
Ia pun telah meminta Dinas PU Kota Semarang untuk segera membersihkan sedimentasi pada saat banjir sudah selesai. ”Saya sudah pesan agar setiap pascabanjir harus dibersihkan. Pembangunan di hulu, kan, banyak sehingga terbawa air dan masuk ke saluran di kota,” kata Iswar.
Pemerintah Kota Semarang juga sudah pernah mengkaji bahwa untuk meningkatkan kapasitas daya tampung drainase membutuhkan biaya Rp 800 miliar-Rp 1 triliun. Di sisi lain, kata Iswar, perubahan perilaku pembangunan juga akan memberi dampak. Karena itu, perlu terus diimbangi dengan perhitungan yang matang agar potensi banjir ditekan.
Iswar pun menyadari pentingnya penanganan di hulu dalam persoalan banjir di Kota Semarang. ”Sekarang kami masih bekerja di hilir. Mudah-mudahan tahun-tahun mendatang setelah Harbour Toll Road (Semarang-Kendal) dan (normalisasi) Kali Beringin selesai, kami galakkan reboisasi dan perawatan sungai,” ujarnya.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Yulius, menuturkan, terkait banjir di sekitar Jalan Kaligawe, pihaknya sudah mengoptimalkan total 11 pompa dengan kapasitas masing-masing 2 meter kubik per detik pada sistem Kali Tenggang dan Kali Sringin. Namun, ada pelambatan aliran air yang menyebabkan genangan.
”Keterlambatan aliran air ini mungkin dari drainase jalan yang tersumbat sehingga menyebabkan genangan. Setelah surut, kami akan menelusuri di mana sumbernya. Sebab, dengan hujan melebihi 50 milimeter saja, terjadi genangan. Sementara Iitu, kami juga optimalkan pompa portabel berkapasitas 100-250 liter per detik,” kata Yulius.
Prioritas
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam rapat virtual 34 gubernur bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Rabu (24/2/2021), mengusulkan anggaran penanganan banjir di pantura sebesar Rp 3,19 triliun. Itu untuk penanganan banjir dan rob di sejumlah daerah di pantura, termasuk peningkatan sarana prasarana kawasan industri.
”Memang di pantura ini ada dua hal, satu soal infrastruktur mesti beres, tetapi banjir yang paling penting. Banjir di pantura mesti dibereskan karena ada pengamat yang bilang kondisinya cukup berbahaya. Khusus di Pekalongan, pengamat bilang harus cepat ditangani agar tidak tenggelam,” kata Ganjar.
Selain itu, Semarang dan Demak memerlukan penanganan khusus meskipun tidak boleh mengesampingkan daerah-daerah lain. ”Yang lain sebenarnya juga kami siapkan di level daerah. Namun, karena ini dengan pusat, kami butuh bantuan penanganan di wilayah-wilayah itu,” ujarnya.