Di tengah situasi pandemi Covid-19, ekspor sejumlah komoditas unggulan asal Lampung menunjukkan peningkatan. Kinerja eskpor yang baik menjadi salah satu penopang perekonomian Lampung sepanjang 2020.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Di tengah situasi pandemi Covid-19, ekspor sejumlah komoditas unggulan asal Lampung menunjukkan peningkatan. Kinerja ekspor yang baik menjadi salah satu penopang perekonomian Lampung sepanjang 2020.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Lampung, kinerja ekspor komoditas utama asal Lampung cukup menggembirakan. Secara keseluruhan, ekspor komoditas utama mengalami peningkatan 7,3 persen sepanjang 2020.
Sejumlah komoditas unggulan yang mengalami peningkatan eskpor adalah lada hitam, udang, dan kopi robusta. Pada 2020, volume ekspor lada hitam tercatat 23.371 ton. Jumlah itu meningkat 55,4 persen dibandingkan volume ekspor pada 2019 yang tercatat 14.048 ton.
Sementara itu, pada periode yang sama, volume ekspor udang naik dari 18.142 ton menjadi 23.371 ton pada 2020. Sementara volume ekspor kopi robusta naik dari 214.639 ton menjadi 241.925 ton.
Kepala Bidang Perdangan Luar Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian Lampung Ratna Melia Sari menuturkan, komoditas utama tersebut diekspor ke sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat, China, India, dan Belanda. Selain situasi perekonomian negara tujuan ekspor yang membaik, peningkatan permintaan sejumlah komoditas perkebunan dari luar negeri juga memicu kenaikan ekspor.
”Tahun ini, komoditas pertanian dan perkebunan masih berpotensi untuk ditingkatkan volumenya ekspornya,” ujar Ratna saat dikonfirmasi di Bandar Lampung, Rabu (24/2/2021).
Untuk mendorong kinerja ekspor, pemerintah telah mengimplementasikan penghapusan penerimaan negara bukan pajak untuk jasa layanan penerbitan surat keterangan asal (SKA) untuk barang eskpor. Penghapusan tarif itu diharapkan mendorong dan mendukung pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor di tengah situasi pandemi Covid-19.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, perekonomian Lampung pada 2020 mengalami kontraksi sebesar 1,67 persen. Pada triwulan IV 2020, pertumbuhan ekonomi Lampung mengalami kontraksi 2,26 persen. Kondisi itu lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi 2,41 persen. Peningkatan kasus Covid-19 dan pembatasan mobilitas warga menjadi salah satu pemicu kontraksi ekonomi akibat menurunnya aktivitas ekonomi di sektor ritel dan pariwisata.
Memasuki tahun 2021, pemerintah daerah perlu lebih gencar menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan pada masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19. (Budiharto Setyawan)
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Budiharto Setyawan, beberapa waktu lalu, memaparkan, dari sisi pengeluaran, perbaikan pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh perbaikan kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat tumbuh 5,23 persen (yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama Lampung, terutama Amerika Serikat, China, dan India.
Adapun kelompok komoditas ekspor yang mengalami peningkatan, antara lain, adalah kopi, teh, dan rempah-rempah. Percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah, khususnya belanja barang dan jasa serta pelaksanaan pilkada juga turut mendorong perekonomian daerah.
Dari sektor lapangan usaha, perbaikan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020 ditopang oleh peningkatan kinerja sektor informasi dan komunikasi dan industri pengolahan. Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh melambat seiring berakhirnya aktivitas panen komoditas perkebunan dan tanaman pangan.
Memasuki tahun 2021, pemerintah daerah perlu lebih gencar menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan pada masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu mempercepat program vaksinasi untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi.
Pemerintah daerah juga perlu membuka sektor produktif secara bertahap dengan tetap memperhatikan keamanan dan protokol kesehatan. Sejumlah sektor produktif yang harus digerakkan antara lain pertanian, transportasi dan pergudangan, perdagangan, serta industri pengolahan.
Langkah lainnya, pemerintah daerah perlu mempercepat stimulus fiskal, khususnya untuk anggaran yang bersifat produktif, meningkatkan penyaluran kredit perbankan, dan mendorong pemulihan usaha mikro kecil dan menengah melalui digitalisasi.