Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, melanjutkan program vaksinasi Covid-19 di mana sasaran tahap kedua adalah aparatur pemerintah, TNI, Polri, kalangan warga lanjut usia, dan tenaga kesehatan yang belum divaksin.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, melanjutkan program vaksinasi Covid-19. Tahap kedua vaksinasi dimulai dengan penyuntikan terhadap kalangan petugas pelayanan publik dari pemerintah, TNI, dan Polri serta warga lanjut usia di Balai Kota Surabaya, Selasa (23/2/2021).
Imunisasi atau penyuntikan vaksin Sinovac dari China itu dilaksanakan di hampir seluruh fasilitas kesehatan yang ada di Surabaya. Yang terutama ialah 63 puskesmas dan 2 rumah sakit umum daerah (RSUD) yang dikelola pemerintah kota (pemkot).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, vaksinasi tahap kedua juga diberikan kepada tenaga kesehatan yang belum mendapatkan penyuntikan di tahap pertama. Di tahap pertama, vaksin disuntikkan kepada tenaga kesehatan dan sasaran khusus, yakni pejabat utama forum komunikasi pimpinan daerah dari pemerintah, TNI, dan Polri.
Surabaya mendapat jatah 12.480 dosis vaksin Sinovac untuk tahap kedua. Satu dosis bisa diberikan kepada 10 orang. Menurut Febria, Surabaya baru menerima 4.500 dosis sehingga bisa diberikan kepada 45.000 orang terlebih dahulu. ”Untuk golongan lanjut usia, di atas 60 tahun, ditargetkan 26.000 jiwa,” kata Febria.
Vaksinasi untuk lansia untuk saat ini belum bisa diberikan secara penuh. Menurut Pelaksana Harian Wali Kota Surabaya Hendro Gunawan, di Surabaya terdapat lebih dari 253.750 warga berusia di atas 60 tahun (lansia). Untuk itu, di tahap kedua, vaksinasi belum bisa menyentuh seluruh lansia.
”Penerima vaksinasi harus lolos pemeriksaan berjenjang,” kata Hendro seusai menerima vaksinasi di Balai Kota Surabaya.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 pada Kelompok Sasaran Lansia, Komorbid, dan Penyintas Covid-19, serta Sasaran Tunda, memang ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar seorang lansia bisa disuntik vaksin.
Persyaratan itu antara lain, suhu tubuh di bawah 37,5 derajat celsius, tekanan darah di bawah 180/110 mmHg, mampu menaiki 10 anak tangga, tidak cepat kelelahan, tidak kesulitan berjalan 100-200 meter, bobot tubuh tidak menurun signifikan dalam setahun terakhir, dan tidak memiliki 5 dari 11 penyakit (hipertensi, diabetes, kanker, paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke, dan gangguan ginjal).
Menurut Febria, berbagai persyaratan itu harus dipenuhi agar efek vaksinasi bisa maksimal dalam tubuh sasaran. ”Juga menekan risiko kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang serius,” katanya.
Dari sisi statistik, memang ada penurunan dalam hal jumlah kasus baru setiap hari. Namun, penurunannya tidak konsisten sebagai tren. (Windhu Purnomo)
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, pandemi Covid-19 di Surabaya sejak 17 Maret 2020 sampai Selasa ini telah menjangkiti 21.154 jiwa. Rinciannya, mayoritas sembuh mencapai 19.593 orang, kematian 1.320 jiwa, dan masih ada 241 orang yang dirawat. Surabaya sejak 2 September 2020 berstatus zona oranye atau risiko penularan kategori sedang. Sebelum tanggal itu, Surabaya berstatus zona merah atau risiko penularan tinggi.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, wabah atau pagebluk di Surabaya belum membaik, apalagi mereda. Untuk itu diharapkan dukungan luas, terutama dari publik atau warga, dalam penanganan Covid-19.
Saat ini, Surabaya menjalani pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM berbasis mikro tahap kedua. Surabaya sudah menjalani PPKM sejak 11 Januari 2021. PPKM bertujuan meredakan pandemi Covid-19.
Dari sisi statistik, memang ada penurunan dalam hal jumlah kasus baru setiap hari. Namun, penurunannya tidak konsisten sebagai tren. Untuk kesembuhan dan kematian juga naik turun. Hal inilah yang mungkin membuat status risiko penularan di Surabaya tak pernah membaik ke zona kuning hampir enam bulan terakhir.
”Aparatur pasti berupaya maksimal tetapi jika tidak didukung masyarakat, penanganan pandemi akan berlarut-larut,” kata Windhu.