Lahan "Food Estate" di Sumba Tengah Diperluas 10.000 Hektar
Lahan lumbung pangan di Sumba Tengah bakal diperluas 10.000 hektar lagi menjadi 15.000 hektar. Lumbung pangan diharapkan turut mengentaskan kemiskinan di wilayah tersebut.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
HUMAS POLDA NTT
Pesawat Kepresidenan turun di Bandara Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya, membawa Presiden Joko Widodo dan rombongan untuk peresmian "food estate" atau lumbung pangan di Sumba Tengah, kemudian dilanjutkan dengan peresmian bendungan Napung Gete di Sikka.
WAIBAKUL, KOMPAS - Lahan lumbung pangan atau “food estate” di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur bakal diperluas 10.000 hektar lagi pada tahun ini. Pemerintah akan mendukung pembangunan bendungan, sumur bor, dan alat produksi pertanian. Program ini juga diharapkan turut mengentaskan kemiskinan di wilayah tersebut.
Presiden Joko Widodo, saat meresmikan lumbung pangan atau "food estate" di Desa Makata Keri, Kecamatan Katikutanah, Sumba Tengah, yang berjarak sekitar lima kilometer dari Waibakul, ibu kota kabupaten, Selasa (23/2/2021) mengatakan, lumbung pangan di Sumba Tengah baru disiapkan 5.000 hektar (ha). Rinciannya, 3.000 ha untuk sawah padi dan 2.000 ha untuk jagung.
“Tahun ini akan diperluas lagi 10.000 ha, 5.600 hektar untuk sawah padi dan 4.400 ha untuk tanaman jagung. Dengan demikian, lumbung pangan di daerah ini menjadi 15.000 ha,” kata Presiden.
Menurut Presiden, alasan pemilihan Sumba Tengah untuk pembangunan lumbung pangan, antara lain karena faktor kemiskinan di daerah itu. “Kita omong apa adanya, Pak Bupati dan Pak Gubernur. Data yang saya miliki, kemiskinan di sini sebanyak 34 persen,” kata Jokowi.
Warga Sumba tumpah ruah di jalan-jalan menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo ke Sumba Tengah untuk peresmian lumbung pangan nasional atau food estate, Selasa (23/2/2021).
Pembangunan lumbung pangan diharapkan membantu pengentasan kemiskinan di Sumba Tengah. Presiden mendorong agar panen padi dan jagung yang selama ini hanya satu kali dalam setahun, bisa ditingkatkan menjadi dua kali. Untuk mencapai target itu, pemerintah membantu petani dengan pembangunan bendungan, sumur bor, dan dukungan fasilitas pertanian lain.
Jokowi juga telah memerintahkan Menteri PUPR untuk membangun waduk atau bendungan dan ditambah beberapa sumur bor. Menteri Pertanian juga diperintahkan mendukung alat produksi pertanian seperti traktor bagi petani setempat.
Presiden mendorong agar panen padi dan jagung yang selama ini hanya satu kali dalam setahun, bisa ditingkatkan menjadi dua kali.
Jokowi menilai, masalah utama bidang pertanian di NTT adalah pengairan. Pemerintah sudah membangun sumur bor dan beberapa embung pada 2015 dan 2018, tetapi jumlahnya masih terbatas. Memasuki musim kemarau, hampir semua sumber air, bahkan sumur bor dan embung pun mengering.
“Tadi Pak Bupati dan Pak Gubernur minta tambah satu bendungan. Saya sudah perintahkan Menteri PUPR untuk melihat, kemungkinan bangun waduk atau bendungan di sini. Semua ini bisa dikerjakan karena kami ingin sukseskan program ini,” jelas Presiden.
Dia mengatakan, dengan kehadiran lumbung pangan di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan NTT, diharapjan mendukung ketahanan pangan nasional di tengah pandemi Covid-19. Jika tiga daerah ini sukses, akan dilanjutkan di provinsi lain.
Adapun kunjungan Presiden di Sumba Tengah disambut hujan deras disertai kabut, saat tiba di lokasi persawahan yang hendak diresmikan. Presiden dengan kemeja putih berjalan tanpa pengawalan di tengah guyuran hujan deras dengan payung. Ia berjalan menuju sebuah sumur bor di tengah sawah. Sementara ribuan warga di luar lahan berteriak melambaikan tangan, sambil memanggil nama Presiden.
Turut hadir dalam rombongan presiden, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Dari NTT, hadir Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Bupati Sumba Tengah Paulus Limu.
DINAS PERTANIAN SUMBA TENGAH
Bukit JW (Joko Widodo) "Food Estate" di desa Makateri Kecamatan Katikutana, Sumba Tengah, yang disiapkan sebagai tempat peresmian "food estate" oleh Presiden Joko Widodo, Minggu (14/2/2021). Dokumen Dinas Pertanian Sumba Tengah.
Presiden tiba di Bandara Tambolaka, Sumba Barat Daya sekitar pukul 10.30 Wita, kemudian melanjutkan perjalanan darat dari Bandara menuju Sumba Tengah sejauh 85 km, melewati Sumba Barat Daya, dan Sumba Barat. Sepanjang perjalanan, Jokowi masih menyapa warga yang berdiri melambaikan tangan sambil berteriak memanggil Presiden di sisi jalan.
Pada kesempatan itu, Presiden membagikan buku tulis, masker, dan baju kepada masyarakat. Saat bertemu warga, mobil Presiden langsung berhenti. Dari dalam mobil, Presiden mengambil dan langsung menyerahkan beberapa barang tersebut kepada warga.
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Gubernur NTT Viktor Laiskodat (kiri) dan bupati Sumba Tengah Paul Limu, dan petugas Paspampres (belakang Presiden), memberikan keterangan kepada media di lokasi lahan pertanian di desa Makata Keri Kecamatan Katikutanah Sumba Tengah.
Bupati Sumba Tengah Paulus Limu mengucapkan terimakasih kepada Presiden Jokowi yang begitu peduli terhadap NTT termasuk Sumba Tengah. Ia berjanji akan bekerja maksimal mendorong petani setempat agar bisa tanam dua kali dalam satu tahun, jika air untuk pertanian mencukupi. Sumba Tengah harus mampu lepas dari jerat kemiskinan dengan bekerja keras.
Dia juga membenarkan anggapan sebagian orang bahwa masyarakat Sumba Tengah memiliki sifat malas. “Ya benar, kalau ada 1.000 petani dan yang malas 20-30 orang, itu masih wajar. Tetapi ke depan, kami dorong supaya semua petani terlibat langsung di lapangan. Lumbung pangan ini harus sukses, kemiskinan harus dihilangkan karena Sumba Tengah menyandang status lumbung pangan nasional,” kata Paul.
Bukti JW Food Estate di desa Makata Keri Kecamatan Katikutana Sumba Tengah, Sabtu (13/2/2021). Dokumen Dinas Pertanian Sumba Tengah.
Dia juga berharap Presiden membantu satu unit waduk atau embung, dengan debit air 5.000 liter per detik untuk irigasi sehingga bisa mengatasi kekeringan yang selama ini selalu jadi persoalan. Jika air cukup tersedia, lahan-lahan kosong di Sumba Tengah bisa dikembangkan menjadi industri pertanian untuk mendukung lumbung pangan nasional.
Paul memaparkan luas lahan potensial di Sumba Tengah 70.600 ha. Adapun pertanian lahan kering atau ladang 7.000 ha dan perkebunan 11.000 ha. “Tahun ini kami tanam 50.000 pohon anakan kopi super di areal seluas 24 ha untuk mendukung ketahanan pangan warga,” kata Paul.
Adapun Presiden meninggalkan Sumba Tengah menuju Bandara Tambolaka pada pukul 14.30 Wita. Presiden dan rombongan terbang dengan Pesawat Kepresidenan menuju Bandara Frans Seda di Maumere dan melanjutkan perjalanan darat sejauh 17 km menuju Bendungan Napung Gete.
Presiden memberi arahan kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai Presiden mengunjungi lahan pertanian dan sumur bor di dalamnya, Selasa (23/2/2021).
Kepala Biro Humas Setda NTT Marius Jelamu yang hadir dalam peresmian Bendungan Napung Gete mengatakan, Presiden menilai sangat cocok kalau NTT minta bendungan atau waduk. NTT salah satu daerah di Indonesia yang masih kesulitan air. Jika ada air, semua potensi sumber daya alam bisa dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Peresmian Bendungan Napung Gete adalah yang ketiga setelah Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang pada 2018 dan Bendungan Rotiklot di Belu pada 2019. Masih ada tiga bendungan dalam proses pembangunan, yakni Temef di Timor Tengah Selatan, Manikin di Kabupaten Kupang, dan Lambo di Nagekeo.
Kapasitas bendungan Napung Gete yakni 11 juta metrik kubik air. Bendungan ini menelan biaya sekitar Rp 700 miliar dan mulai dibangun 2017. Bendungan ini memenuhi kebutuhan air baku warga Maumere dan sekitarnya serta mengairi lahan pertanian seluas 300 ha.
Presiden Joko Widodo menerima penghormatan dari tim penjemput di Bandara Tambola Sumba Barat Daya, Selasa (23/2/2021).
Presiden mendorong masyarakat memanfaatkan bendungan itu untuk mengolah pertanian dalam rangka meningkatkan taraf hidup, untuk kebutuhan air baku di Maumere dan sekitarnya, dan destinasi pariwisata baru. Masyarakat diajak memelihara dan mewat bendungan sehingga terus berfungsi secara efektif.
Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo mengucapkan terimakasih atas nama masyarakat dan Pemda Sikka kepada Presiden dan rombongan. Dengah bendungan itu, kesulitan akan air bersih yang dialami masyarakat Sikka selama ini bisa diatasi sebagian.
“Kami akan kembangkan techno tourism, perikanan air tawar dalam jumlah yang cukup banyak, dan memanfaatkan bendungan ini untuk pertanian dan air baku bagi warga. Saya sampaikan juga, Sikka setiap tahun mengirim ikan tuna ribuan ton secara rutin ke Jepang,” kata Diogo.