Layanan Kargo Kertajati Picu Pemulihan Ekonomi Saat Pandemi
Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka bersama maskapai Garuda Indonesia membuka penerbangan kargo menuju Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Penerbangan kargo potensial saat pandemi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka bersama maskapai Garuda Indonesia membuka penerbangan kargo menuju Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Layanan tersebut diharapkan memicu pemulihan ekonomi Jabar saat pandemi Covid-19.
Penerbangan itu dilepas Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Bandara Kertajati, Selasa (23/2/2021) siang. Turut hadir Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Sekretaris Daerah Jabar Setiawan Wangsaatmaja, dan Wakil Bupati Majalengka Tarsono. Acara tersebut disiarkan langsung secara daring.
Pesawat B737-800 NG berkapasitas 10 ton itu dicarter PT Kawan Sinergi Berkarya. ”Kami berharap ini bukan penerbangan pertama dan satu-satunya. Kami komitmen menumbuhkan perekonomian di Jabar dengan mengangkut komoditas unggulan,” kata Irfan.
Sebelumnya, pihaknya juga telah membuka penerbangan kargo Makassar-Singapura, Denpasar-Hongkong, dan Manado-Narita. Irfan juga berencana menerbangkan pesawat kargo dengan kapasitas 30 ton di Kertajati sesuai kebutuhan pelaku usaha. ”Kertajati ini area dan tujuan penting bagi Garuda Indonesia,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Ridwan Kamil mengatakan, angkutan kargo menjadi paling logis dibandingkan dengan penerbangan penumpang saat ini. Pandemi Covid-19 memukul usaha transportasi udara. Jumlah penumpang angkutan udara domestik di Jabar selama 2020 tercatat 228.024 orang atau turun 76,54 persen dibandingkan dengan sebelumnya (2019) sebesar 971.795 orang.
Data Badan Pusat Statistik Jabar itu berasal dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Kertajati (Majalengka), Cakrabhuwana Penggung (Cirebon), Nusawiru (Pamgandaran), dan Bandara Wiriadinata (Tasikmalaya). Bandara Kertajati hanya menerbangkan 42.403 penumpang tahun lalu. Jumlah ini anjlok dibandingkan dengan 2019, yakni 191.916 penumpang.
Itu sebabnya, Kamil mendorong pengelola dan maskapai memanfaatkan penerbangan kargo. ”Bahkan, kalau bisa 80 persen fokus ke kargo. Saya minta Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) Jabar pindahkan ekspor dan impor dari Cengkareng (Bandara Internasional Soekarno-Hatta) ke Kertajati,” ujar Emil, sapaan Ridwan.
Selama ini, ekspor dari Jabar kerap dilakukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Padahal, Jabar juga punya Bandara Kertajati serta nantinya Pelabuhan Patimban di Subang yang bisa melayani ekspor. Nilai ekspor Jabar tahun 2020 tercatat 26,59 miliar dollar AS, turun 11,18 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban, dan Cirebon merupakan masa depan ekonomi Jabar.
Kamil mengatakan, pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang belum tuntas menjadi salah satu penyebab sepinya Bandara Kertajati. Jalan tol tersebut bisa memangkas waktu tempuh dari Bandung ke Kertajati dari tiga jam menjadi kurang dari satu jam. Dengan begitu, penumpang dari daerah Priangan lebih mudah ke Kertajati.
Padahal, menurut dia, tanpa Cisumdawu pun, pelaku usaha di wilayah pantura bisa memanfaatkan Bandara Kertajati. ”Seharusnya, sepertiga ekonomi Jabar sudah bergerak di sini. Bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban, dan Cirebon merupakan masa depan ekonomi Jabar,” ucapnya.
Selain penerbangan kargo dan penumpang, Pemprov Jabar dan PT Garuda Indonesia (Persero) juga menandatangani lima kesepakatan bersama lainnya. Kerja sama itu adalah promosi destinasi wisata, pengembangan kawasan, pengembangan kualitas sumber daya manusia, optimalisasi tanggung jawab sosial, dan bidang lainnya yang disepakati sesuai dengan perundang-undangan. Kesepakatan ini berlangsung selama tiga tahun.