Kota Semarang Banjir Lagi, Kali Ini Lebih Cepat Surut
Hujan deras mengguyur Kota Semarang secara merata pada Selasa sekitar pukul 15.30 hingga 18.00. Berdasarkan pantauan serta dari laporan dan diskusi di media sosial, banjir antara lain menggenang sejumlah titik kota.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/P RADITYA MAHENDRA YASA/GREGORIUS M FINESSO
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Hujan deras selama sekitar 2,5 jam pada Selasa (23/2/2021) memicu banjir dengan ketinggian hingga sekitar 75 sentimeter di sejumlah jalan protokol, perkantoran, dan fasilitas pelayanan publik di pusat Kota Semarang, Jawa Tengah. Tak seperti banjir awal Februari 2021, kali ini banjir di sebagian besar daerah lebih cepat surut.
Hujan deras mengguyur Kota Semarang secara merata pada Selasa sekitar pukul 15.30 hingga 18.00. Berdasarkan pantauan serta dari laporan dan diskusi di media sosial, banjir, antara lain, menggenang sejumlah titik di pusat kota, termasuk kawasan Simpang Lima Semarang dan Jalan Pahlawan. Sebagian area Kantor Gubernur Jateng juga ikut terendam.
Selain itu, banjir juga melanda kawasan Stasiun Tawang Semarang. Untuk sementara, layanan operasional penumpang dialihkan ke Stasiun Poncol.
Berdasarkan pantauan kamera pemantau (CCTV) di Analyticscctv.semarangkota.go.id, Simpang Jalan Gajah Mada atau sekitar Kampung Kali, terendam lebih dari 50 cm pada pukul 16.46. Jalan di sekeliling Simpang Lima Semarang juga terendam hingga lebih dari 30 cm. Sejumlah pengendara sepeda motor tampak menghentikan kendaraan, sedangkan sebagian lagi mendorongnya karena mogok.
Kendati demikian, banjir di sejumlah jalan protokol dan titik-titik di pusat Kota Semarang berangsur surut seiring hujan yang reda. Sekitar pukul 18.15, ketinggian genangan di sekitar Simpang Lima sudah tinggal sekitar 10-20 cm. Lalu lintas di kawasan tersebut juga secara perlahan mulai lancar.
Hafian (34), warga Semarang Barat, mengatakan, lalu lintas tersendat saat hendak melewati kawasan Simpang Lima. ”Saya pulang kerja dari Pedurungan (wilayah timur), tetapi tertahan waktu mau lewat Simpang Lima. Takutnya bertambah tinggi karena takutnya hujan berlangsung lama,” katanya.
Sementara itu, M Aris (42) warga Semarang Utara sempat khawatir hujan deras akan kembali membuat wilayah di rumahnya dikepung banjir, seperti yang terjadi pada Sabtu (6/2) lalu. Namun, ia lega karena hujan hanya dua jam dan air perlahan surut karena terus dipompa.
Banjir, misalnya, juga merendam Jalan Gajah Raya, Gayamsari. Ketinggian air hingga 50 cm. Terlihat beberapa pengendara menepikan motornya dan memilih berjalan kaki. Namun, ada juga pengendara yang nekat menerjang banjir.
Menurut Renata, salah satu warga, banjir di kawasan Gajah Raya cukup sering terjadi. ”Hujannya sore tadi deras. Tidak lama kemudian menyebabkan air menggenangi jalan,” tutur Renata.
Jalan Gajah Raya memang terkenal langganan banjir, tiap kali hujan deras dengan durasi yang lama, air dari drainase langsung meluap ke jalan dan halaman rumah warga.
Menurut Asep, salah satu pengendara yang mesin motornya mati saat menerjang banjir, dia nekat untuk menerjang banjir karena ada sesuatu urusan yang dia kejar. ”Ada yang mau saya urus, makanya saya tadi menerjang banjir, ternyata banjirnya dalam sekali, dan motor saya mati,” ujarnya.
Sebelumnya, pada hujan deras yang mengguyur Kota Semarang sejak Jumat (5/2) dan puncaknya pada Sabtu (6/2) menyebabkan banjir berdampak sedikitnya pada 8 dari 16 kecamatan di Kota Semarang. Bahkan, di sejumlah titik, terutama daerah dengan muka tanah rendah, banjir berlangsung selama berhari-hari.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang Bambang Rudi Hartono menyampaikan, sedikitnya ada 26 titik terdampak banjir pada Selasa (23/2) sore, dengan ketinggian hingga sekitar 75 cm. Titik dengan genangan lebih dari 75 cm, yakni di Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat.
Selain kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan, sejumlah ruas jalan lain juga terdampak. Di antaranya ialah Jalan Kaligawe, Pemuda, Imam Bonjol, Arteri Yos Sudarso, Citarum, Gajah, Simongan, dan Mpu Tantular.
Sementara itu, Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang, Krisbiyantoro mengatakan, hujan deras pada Selasa (23/2), mengakibatkan banjir kembali menggenangi Hall Stasiun Semarang Tawang setinggi 75 sentimeter, akses masuk di Jalan Tawang setinggi 55 cm, dan halaman parkir Stasiun Tawang setinggi 40 cm.
Banjir juga menggenangi emplasemen Stasiun Tawang jalur 1-7 setinggi 14 cm dari kop rel. Kondisi ini menyebabkan operasional perjalanan KA penumpang dari dan menuju Stasiun Tawang tidak bisa berfungsi. Dengan begitu, lanjut Krisbiyantoro, untuk sementara waktu Stasiun Semarang Tawang kembali di nonaktifkan untuk melayani naik dan turun penumpang. Aktivitas tersebut dipindah di Stasiun Poncol.
”PT KAI Daop 4 Semarang mohon maaf yang sebesar-besarnya atas terganggunya perjalanan KA di Stasiun Tawang ini,” ujarnya.
Hingga pukul 21.13, kereta api yang tidak bisa melanjutkan perjalanannya, yakni KA Jayabaya relasi Malang-Pasar Senen yang masih tertahan di stasiun Alastua. Rangkaian KA ini terlambat hingga 165 menit. Petugas juga mengoperasikan lokomotif hidrolik untuk menarik rangkaian KA Jayabaya di Alastua melewati genangan di Emplasemen Tawang yang masih cukup tinggi airnya.
KA yang tertahan lainnya yakni Ka Joglosemarkerto tujuan Solo di Semarang Poncol serta KA Joglosemarkerto tujuan Purwokerto di Brumbung. Krisbiyantoro menambahkan, pihak PT KAI Daop 4 Semarang sudah melakukan berbagai upaya maksimal. Pemulihan layanan sudah disiapkan juga di Stasiun Poncol untuk penumpang KA Jayabaya. Selain itu, dilakukan pengalihan angkutan dengan menggunakan bus kecil dari stasiun Brumbung menuju ke Semarang Poncol.
Selain itu, pihak PT KAI juga mengaktifkan pompa air utama di Stasiun Semarang Tawang untuk mengurangi debit air di dalam peron dan mengerahkan petugas perawatan jalur rel ke lokasi banjir.
Longsor
Komandan Regu yang bertugas pada Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD Kota Semarang Fajar menuturkan, selain banjir, longsor juga terjadi di sedikitnya tujuh titik pada Selasa sore. Itu, antara lain, di daerah Lempongsari, Bongsari, dan Bendungan.
Pada kejadian di Lempongsari, satu orang sempat tertimbun. ”Namun, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasinya dan selamat. Hanya luka-luka. Kami sendiri mengirim satu tim yang terdiri dari tiga orang untuk membantu evakuasi,” kata Fajar.
Fajar mengimbau kepada warga, terutama yang berada di daerah rawan bencana, untuk selalu waspada saat terjadi hujan deras. Selain itu, warga yang tinggal di daerah banjir untuk tidak panik, terutama saat air terus meninggi karena pada titik tertentu listrin akan dimatikan oleh PLN demi keamanan.