5.221 Tenaga Kesehatan di Sultra Belum Jalani Vaksinasi
Sebanyak 5.221 tenaga kesehatan di Sulawesi Tenggara belum mengikuti pemberian vaksin Covid-19. Mayoritas di antaranya terkendala faktor kesehatan, tetapi beberapa orang diduga masih takut dengan dampak vaksin.
Oleh
saiful rijal yunus
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak 5.221 tenaga kesehatan di Sulawesi Tenggara belum mengikuti pemberian vaksin Covid-19. Mayoritas di antaranya terkendala faktor kesehatan, tetapi beberapa orang diduga masih takut dengan dampak vaksin. Sejauh ini belum ada temuan dampak ikutan serius pada mereka yang telah menjalani vaksinasi di wilayah ini.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sultra, sejak pertengahan Januari hingga Senin (22/2/2021), jumlah tenaga kesehatan (nakes) baik dokter, perawat, maupun petugas lainnya yang telah menjalani vaksinasi sebanyak 16.861 orang. Masih ada 5.221 orang nakes yang pelaksanaan vaksinasinya tertunda. Jumlah itu berdasarkan target awal sebelum ada perubahan kriteria penerima vaksin dari pemerintah pusat.
”Sebagian besar dari yang tertunda itu karena saat diperiksa untuk injeksi vaksin diketahui memiliki tekanan darah tinggi ataupun tak memenuhi syarat utama lainnya. Untuk yang tidak mau atau takut akan dampaknya, mungkin masih ada, tetapi saya kira angkanya sangat kecil,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Sultra dr La Ode Rabiul Awal di Kendari, Selasa (23/2/2021).
Bagi mereka yang tertunda divaksinasi, ia menyampaikan, vaksinasi tetap akan dijadwalkan seara bertahap. Hal tersebut menyesuaikan kondisi kesehatan hingga dianggap layak menerima dosis pertama. Hanya saja, masih ada sejumlah pengecualian, khususnya bagi mereka yang dalam kondisi hamil atau yang pernah terpapar Covid-19.
Untuk tenaga kesehatan yang berusia lanjut, tambah Rabiul, telah dilakukan vaksinasi di sejumlah daerah. Sejumlah nakes yang berusia di atas 59 tahun menjalani vaksinasi tahap pertama sesuai anjuran baru pemerintah.
Menurut Rabiul, dari belasan ribu nakes yang telah divaksin, mayoritas dari mereka hanya mengalami efek ringan dari vaksin, seperti mengantuk atau demam. Belum ada temuan dampak ikutan yang berat, baik di tahap pertama maupun tahap kedua vaksinasi.
Di akhir Februari semoga semua selesai, termasuk tahap kedua.
Meski demikian, data menunjukkan beberapa kabupaten di Sultra angka vaksinasinya masih tergolong rendah. Selain distribusi yang sempat terhambat karena akses, beberapa daerah juga tergolong lambat melakukan vaksinasi. Vaksinasi di Kabupaten Wakatobi, misalnya, baru menyentuh angka 33 persen. Di Muna, vaksinasi sebesar 65 persen, sementara 15 daerah lainnya di atas 70 persen.
”Konawe bahkan masih 79 persen meski telah lebih dari satu bulan. Namun, kami upayakan dan terus berkoordinasi dengan daerah agar bisa mempercepat vaksinasi, seperti di Kolaka dan Kolaka Utara yang paling tinggi. Di akhir Februari semoga semua selesai, termasuk tahap kedua. Jadi, pada Maret nanti vaksinasi sudah fokus untuk para pelayan publik,” tutur Rabiul.
Kepala Dinas Kesehatan Kolaka Utara Irham menyampaikan, sejak pertama kali vaksinasi berlangsung di wilayah ini, lebih dari 60 persen sasaran awal telah divaksinasi. Persentase ini menurun karena target yang terus bertambah seiring perubahan aturan dari pemerintah pusat.
”Awalnya, target kami 1.020 orang, tetapi sekarang menjadi 1.679 orang seiring perubahan aturan. Sebagian besar telah melalui tahapan administrasi dan segera menjalani vaksinasi,” kata Irham.
Dari sekitar 1.000 nakes yang telah menjalani vaksinasi, tidak ada keluhan berat yang dilaporkan sejauh ini. Penerima vaksin hanya mengalami gejala ringan, seperti mengantuk atau demam.
Meski demikian, ia melanjutkan, memang masih ada ratusan nakes yang vaksinasinya tertunda, terutama mereka yang diketahui memiliki tekanan darah tidak normal atau mereka yang sedang dalam kondisi hamil. Pemahaman telah diberikan sejak awal sehingga penolakan vaksinasi tidak terjadi di wilayah ini.
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sultra Heryanto menuturkan, asumsi bahaya vaksin bagi tubuh mulai terkikis seiring proses yang berlangsung. Sebab, dalam kenyataannya, mereka yang mendapatkan injeksi tidak merasakan dampak buruk pada tubuh.
Diharapkan, setelah semua tuntas, mereka yang telah divaksin menjadi corong bagi vaksinasi untuk masyarakat. Meski begitu, kata Heryanto, vaksinasi di sejumlah daerah memang masih jauh dari target. Kendala utama adalah pendaftaran daring pemerintah pusat yang sering kali bermasalah.