Pasien di Jawa Timur Menurun, tetapi Wabah Belum Mereda
Jawa Timur turut memperpanjang PPKM berbasis mikro dengan harapan bisa meredakan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir setahun.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jawa Timur turut memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM berbasis mikro menjadi kurun 23 Februari-8 Maret 2021. Perpanjangan diharapkan meredakan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir setahun.
PPKM mikro berlaku di seluruh wilayah Jatim dengan cakupan Kampung Tangguh Semeru (KTS) di rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), serta dusun atau gabungan RW. Skema ini berlangung kurun 9-22 Februari 2021 atau Senin telah berakhir. PPKM mikro merupakan kelanjutan dari skema PPKM 11-25 Januari 2021 di 15 kabupaten/kota dan 26 Januari-8 Februari di 17 kabupaten/kota.
Satuan Tugas Covid-19 Jatim mengklaim banyak aspek positif yang didapat dari PPKM mikro tahap pertama. Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, yang dikelola oleh Pemprov Jatim, hari pertama atau Senin (8/2/2021), penambahan kasus harian 585 orang, sedangkan yang dirawat 6.194 pasien.
Hari terakhir atau Senin (22/2/2021), penambahan kasus harian 446 orang, sedangkan yang dirawat 4.185 pasien. Data memang memperlihatkan penurunan jumlah kasus harian dan pasien dirawat.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, penurunan jumlah pasien dirawat berdampak positif terhadap rasio keterisian tempat tidur di fasilitas pelayanan perawatan Covid-19 di rumah sakit atau BOR (bed occupancy ratio). Sebelum PPKM, BOR ruang isolasi 79 persen dan terkini 46 persen.
BOR isolasi di unit rawat intensif (ICU) dari 72 persen dan terkini 57 persen. Persentase terkini sudah memenuhi standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa BOR yang ideal dalam situasi pandemi Covid-19 di bawah 60 persen.
Dua pekan lalu atau sebelum PPKM mikro berjalan terdapat 210 RT zona merah atau risiko penularan tinggi. Sesuai dengan kriteria Satgas Covid-19, suatu RT zona merah apabila ada 10 warga positif Covid-19 kurun sepekan.
Yang terkini, RT zona merah ternyata nihil. Zona merah di kabupaten/kota sebelum PPKM ada delapan daerah, sedangkan yang terkini tersisa Jombang. Sebanyak 37 kabupaten/kota lainnya zona oranye atau risiko penularan sedang.
”Di Jatim, PPKM cukup efektif menurunkan pandemi,” kata Khofifah.
Karena melihat ada tren penurunan, Jatim akan melanjutkan PPKM mikro ke tahap kedua. Lama waktu pelaksanaan dua pekan atau 14 hari. Ada harapan besar bahwa wabah atau pagebluk Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) bisa mereda atau terus turun trennya sementara vaksinasi berjalan dan ditingkatkan.
Yang paling mudah adalah melihat status risiko penularan. (Windhu Purnomo)
Meski demikian, menurut Khofifah, skema PPKM akan gagal jika tidak mendapat dukungan dari masyarakat dan sektor usaha. Yang diharapkan ialah penerapan protokol kesehatan secara disiplin di seluruh lini kehidupan.
Masyarakat agar berpelindung diri (masker, sarung tangan, face shield), menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan dan membawa penyanitasi, jaga jarak dengan orang lain, dan menghindari kerumuman untuk menekan potensi tertular dari orang tanpa gejala, memeriksakan kesehatan jika bergejala sakit, dan mengikuti seluruh langkah dari tim kesehatan ketika terjangkit.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo mengatakan, meski ada penurunan, tetapi selama pelaksanaan PPKM sebenarnya tidak terjadi tren kasus menurun. Situasi yang belum stabil memperlihatkan bahwa pandemi belum bisa disebut mereda, apalagi dikendalikan.
”Yang paling mudah adalah melihat status risiko penularan,” kata Windhu.
Kurun 2-15 Februari 2021, di Jatim masih terdapat tiga daerah zona kuning atau risiko penularan rendah. Pamekasan dan Sampang di Pulau Madura stabil selama hampir dua pekan itu. Di pekan pertama, Kabupaten Mojokerto zona kuning, tetapi kemudian memburuk dan digantikan Pacitan. Selepas Senin atau sepekan terakhir, situasi penularan di tiga daerah itu memburuk ke zona oranye.
Seharusnya, penurunan jumlah kasus harian dan pasien yang dirawat bisa dibarengi dengan perbaikan status risiko penularan. Yang merah harus turun ke oranye, lalu kuning dan hijau. Yang oranye ke kuning dan hijau. Yang kuning ke hijau. Jika membaik, lanjut Windhu, status risiko harus dipertahankan atau jangan sampai memburuk kembali.
Wakil Bupati Jombang Sumrambah mengatakan, memburuknya status penularan terutama karena bencana, yakni banjir selama tiga pekan terakhir. Banjir disebabkan jaringan ”wadah” air, yakni sungai dan saluran, tak sanggup lagi menampung hujan yang turun.
Bencana mengganggu ritme khususnya masyarakat untuk menerapkan kehidupan higienis dan disiplin protokol kesehatan sehingga berpotensi memperburuk risiko penularan.
Warga terdampak banjir selama belum surut terpaksa bertahan di pengungsian yang karena kedaruratan tidak ideal dalam konteks protokol kesehatan. Di pengungsian, misalnya, pemakaian masker secara benar karena harus diganti secara rutin tidak dapat terpenuhi.
Sarana cuci tangan dan mandi juga tak ideal. Sulit memastikan pengungsi berganti baju. Secara umum, perilaku hidup bersih dan sehat dalam situasi kedaruratan diragukan dapat terlaksana dengan baik sehingga di sinilah terjadi peningkatan risiko penularan Covid-19.