Cuaca Buruk, Produksi Durian di Magelang Merosot Tajam
Kondisi cuaca buruk memicu penurunan produksi durian di Kabupaten Magelang. Selain banyak bunga yang rontok, produksi tidak maksimal juga karena banyak pohon yang tumbang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Produksi durian di sejumlah desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merosot drastis. Hal ini dipicu oleh cuaca buruk yang terjadi pada akhir tahun 2020 yang menyebabkan puluhan pohon durian tumbang dan banyak bunga yang rontok sehingga gagal menjadi buah.
Jumadi, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Kembaran, Kecamatan Candimulyo, mengatakan, jika biasanya satu pohon durian di Desa Kembaran bisa menghasilkan 25-30 buah durian, saat ini satu pohon hanya menghasilkan 6-10 durian.
”Dengan penurunan produksi drastis hingga lebih dari 50 persen, bisa dibilang saat ini kami gagal panen,” ujarnya, Minggu (21/2/2021).
Di Desa Kembaran terdapat 200 petani durian. Setiap petani memiliki satu hingga empat pohon durian.
Menurut Jumadi, penurunan produksi terjadi karena tingginya intensitas hujan selama masa pohon durian berbunga di bulan November. Hujan deras menyebabkan bunga-bunga durian rontok dan urung menjadi bakal buah dan buah.
Tidak hanya itu, hujan yang beberapa kali disertai angin kencang juga menyebabkan sedikitnya 20 pohon tumbang. Kebanyakan pohon yang roboh tersebut adalah pohon tua yang sudah berusia 25-30 tahun, dan sebagian di antaranya adalah pohon dengan durian varietas lokal unggulan, seperti Dandang Sariti dan Susu Molek.
Tidak hanya berpengaruh pada volume produksi, kondisi cuaca buruk ini juga berdampak pada cita rasa durian yang dihasilkan. ”Karena terlalu banyak tersiram air hujan, bunga ataupun bakal buah yang masih bertahan hidup pada akhirnya hanya menghasilkan durian yang bercita rasa cenderung hambar, kurang manis daripada biasanya,” ujarnya.
Penurunan produksi juga dikeluhkan oleh Trianah (42), petani durian dari Desa Tembelang, Kecamatan Candimulyo. Sebanyak 30 pohon durian yang dimilikinya sama sekali tidak berbunga sehingga dirinya pun kali ini urung panen.
Sebanyak 30 pohon durian yang dimilikinya sama sekali tidak berbunga sehingga dirinya pun kali ini urung panen.
”Tingginya intensitas hujan membuat daun di pohon selalu menjadi daun-daun muda sehingga kemudian tidak mampu memunculkan bunga,” ujarnya.
Karena sehari-hari juga berjualan durian, menyikapi kondisi tersebut, Trianah berupaya membeli durian dari tetangga untuk memenuhi kebutuhannya. Dia membeli sedari buah masih berujud bunga dengan harga Rp 5 juta per pohon. Namun, belakangan, dia pun kecewa karena hasil yang didapatkan pun jauh dari harapan. ”Dari satu pohon berusia tua yang biasanya mampu menghasilkan 200 durian, saya hanya mendapatkan hasil 20 durian,” ujarnya.
Di tengah kondisi kelangkaan durian, harga buah itu pun melambung. Jika biasanya harga durian ukuran paling kecil ditawarkan dengan harga Rp 20.000 per buah, saat ini harga durian termurah dengan ukuran paling kecil ditawarkan dengan harga Rp 35.000 per buah. Adapun durian dengan ukuran paling besar yang biasanya ditawarkan Rp 100.000 per buah kini harganya melejit hingga Rp 200.000 per buah.
Abu Yahya (44), salah seorang petani durian asal Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, mengungkapkan kondisi serupa. Lima pohon dari enam pohon miliknya tidak mengeluarkan bunga sehingga sama sekali tidak memberikan hasil panen. Adapun satu pohon lainnya hanya menghasilkan panen dua buah durian. Produksi kali ini jauh merosot karena biasanya, saat kondisi cuaca mendukung, hasil panen per pohon bisa mencapai hingga 20 buah.
Abu mengatakan, panen kali ini memang sangat mengecewakan. Bagi Abu yang sehari-hari menjadi tukang sayur keliling, durian biasanya dapat membantu memberikan penghasilan tambahan karena satu durian bisa ditawarkan mulai harga Rp 35.000 per buah hingga Rp 50.000 per buah.