Ribuan Orang Masih Mengungsi, Pekalongan Perpanjang Masa Tanggap Darurat Banjir
Karena banjir tak kunjung surut dan sejumlah orang masih bertahan di pengungsian, Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Jateng memutuskan untuk memperpanjang masa tanggap darurat banjir mulai 20 Februari-6 Maret 2021.
Oleh
KRISTI UTAMI
·2 menit baca
KAJEN, KOMPAS — Sebanyak empat kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, masih direndam banjir dengan ketinggian 20-80 sentimeter selama dua minggu terakhir. Pemerintah setempat memutuskan memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir.
Akibat kejadian ini, sebanyak 12.085 rumah di 27 desa terendam banjir. Hal itu membuat 45.753 orang terdampak dan 2.744 orang di antaranya mengungsi ke sejumlah tempat pengungsian. Mereka menghuni gedung sekolah, kantor kecamatan, balai pertemuan, masjid, dan musala.
”Karena masih banyak wilayah terendam dan ribuan orang masih mengungsi, kami putuskan memperpanjang masa tanggap darurat banjir. Perpanjangannya dimulai Sabtu (20/2/2021) hingga 14 hari setelahnya,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan Budi Raharjo.
Sebelumnya, Kabupaten Pekalongan memutuskan menetapkan status tanggap darurat banjir mulai 6 Februari. Penetapannya bertujuan agar pemerintah bisa mengakses dana tak terduga. Dana tak terduga tersebut diperlukan untuk penanganan banjir dan mencukupi kebutuhan warga terdampak.
Menurut Budi, pihaknya sejauh sudah berupaya menyedot air di sejumlah lokasi menggunakan delapan mobil pompa untuk mengurangi genangan. Namun, hujan deras yang masih terus terjadi setiap hari membuat ketinggian air dan wilayah yang tergenang itu bertambah.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, banjir dengan ketinggian mencapai 90 cm juga masih merendam ribuan rumah. Sedikitnya 1.730 orang juga masih bertahan di sejumlah pengungsian.
Hujan deras yang masih terus terjadi setiap hari membuat ketinggian air dan wilayah yang tergenang itu bertambah
Evakuasi
Hingga Jumat, BPBD Kota Pekalongan masih terus mengevakuasi sejumlah warga terdampak banjir yang memilih bertahan di rumah. Prioritasnya adalah ibu hamil, anak balita, lansia, dan warga yang sedang sakit.
”Evakuasi ini untuk meminimalkan risiko dampak banjir bagi masyarakat. Warga yang memerlukan bantuan untuk dievakuasi, mohon menghubungi pihak kelurahan supaya kami bisa bantu mengevakuasi,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha.
Sebelumnya, evakuasi juga sudah dilakukan kepada pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah. Karena rumahnya terendam banjir, para pasien Covid-19 tersebut dipindahkan ke Rumah Isolasi Gedung Diklat Kota Pekalongan.
”Sejauh ini, ada delapan pasien isolasi mandiri yang sudah kami evakuasi. Pemusatan isolasi mandiri ini kami lakukan supaya pasien ini ada yang memantau,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto.
Hingga, Kamis (18/2), jumlah akumulasi kasus positif Covid-19 di Kota Pekalongan sebanyak 1.752 orang. Dari jumlah tersebut, 32 orang merupakan kasus aktif. Kondisi itu membuat Kota Pekalongan dikategorikan sebagai daerah dengan risiko penularan sedang atau zona oranye.