Sedikitnya empat kecamatan di Karawang, Jabar, kembali terendam banjir akibat luapan sejumlah sungai. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi banjir, mulai dari pengerukan hingga penggunaan pompa.
Oleh
MELATI M
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sedikitnya empat kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kembali terendam banjir akibat luapan sejumlah sungai yang berhulu di luar kabupaten. Upaya pengerukan endapan sampah hingga penggunaan pompa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengatasi banjir.
Hingga Jumat (19/2/2021) sore, banjir setinggi 30 sentimeter (cm) masih menggenang di sebagian Perumahan Bumi Mutiara Indah (PBMI), Kecamatan Cikampek. Ketinggian air di beberapa lokasi mulai dari 20 cm hingga 70 cm. Banjir kali ini tidak setinggi yang terjadi pada Minggu (7/2), yakni kisaran 30-150 cm.
Ketua Forum Komunikasi Warga PBMI Yusuf N (57) mengatakan, sejak Kamis malam hujan deras mengguyur perumahan. Keesokan harinya sekitar pukul 05.00, air mulai memasuki rumah warga. Sekitar 500 rumah yang terendam. Beberapa warga mengungsi ke tempat saudara atau kerabat.
Banjir yang terjadi di PBMI dipicu oleh meluapnya Sungai Cikaranggelam, yang hulunya terletak di Situ Kamojing, Kabupaten Purwakarta. Yusuf mengimbau agar warga yang tinggal di sepanjang sungai untuk tetap waspada dengan banjir susulan selama musim hujan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Yasin Nasrudin mengatakan, selain Cikampek, ada tiga kecamatan lain yang terdampak banjir, yakni Pangkalan, Telukjambe Barat, dan Rengasdengklok. Di Cikampek, banjir dipicu oleh pendangkalan pada sepanjang aliran sungai dan banyaknya sampah yang menumpuk pada bagian sifon sungai.
Di Rengasdengklok, banjir disebabkan tidak lancarnya drainase sekunder dan penyebab banjir di Telukjambe Barat adalah luapan Sungai Cibeet yang berhulu di Bogor. Sejumlah kabupaten di bagian utara Jabar adalah bagian hilir dari beberapa sungai besar yang melintas di Jabar, antara lain Citarum, Cibeet, Cilamaya, Cikaranggelam, dan Cipunagara.
Tingginya curah hujan di hulu sungai berdampak pada bagian hilir sehingga menyebabkan sungai tak mampu menampung air dan meluap ke permukiman sekitar. Sedimentasi dan sampah juga menjadi faktor pemicu banjir di Karawang.
BPBD Karawang berkoordinasi dengan intansi terkait untuk melakukan pembersihan dan pengerukan di sifon Sungai Cikaranggelam. Sebuah alat berat backhoe digunakan untuk mengangkat sampah yang tersangkut di tepi dan badan jembatan. ”Upaya ini untuk mengurangi potensi banjir, sehingga genangan bisa surut lebih cepat dan antisipasi banjir susulan,” kata Yasin.
Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri sebelumnya mengatakan, kajian penanganan banjir telah diajukan sejak tahun 2019. Solusi jangka panjang yang diusulkan adalah pembangunan bendung di beberapa sungai.
Infrastruktur ini sangat penting untuk mengendalikan air yang mengalir ke Karawang. Pemkab Karawang juga bakal membangun sejumlah sodetan di beberapa sungai untuk mencegah banjir. Proyek ini masih dalam tahap perencanaan fisik.
Dalam kunjungannya ke Subang dan Karawang beberapa waktu lalu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjabarkan beberapa rencana untuk mengatasi banjir di wilayah Pantai Utara Jabar. Solusi jangka pendek yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum adalah perbaikan tanggul di Subang dan pengerjaan pembesaran saluran di bawah air sungai di Karawang.
Beberapa bendungan juga akan dibangun untuk mengurangi potensi banjir, yakni Bendungan Cipunegara (Subang) dan Cibeet (Bogor). Pihaknya tengah membangun Bendungan Sadawarna di Kecamatan Cibogo, Subang, yang ditargetkan rampung akhir tahun 2022. Ketiganya diharapkan bisa mengurangi potensi banjir di daerah pantura Jabar.