Upaya Dongkrak Kunjungan ke Borobudur Terhambat Pembatasan Aktivitas
Berbagai kebijakan pemerintah menjadi salah satu pemicu turunnya kunjungan wisatawan di Candi Borobudur. Namun, semuanya dimaklumi sebagai kebijakan untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Angka kunjungan ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, kembali merosot setelah pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat. Kondisi ini disadari tidak bisa dihindari karena perkembangan penularan Covid-19 masih sulit diprediksi.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, pada akhir tahun 2020, jumlah kunjungan wisatawan berkisar 1.000-2.000 orang per hari pada hari biasa. Bahkan, pada akhir pekan atau masa liburan bisa 3.000-4.000 orang per hari.
Akan tetapi, setelah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) diberlakukan mulai 11 Januari dan PPKM mikro pada 9 Februari, angka kunjungan kembali merosot drastis. Jumlah pengunjung hanya 200-400 orang per hari. ”Dengan angka kunjungan ini, kami merasa kembali pada titik nol. Kembali pada saat Borobudur kembali dibuka di tengah pandemi tahun 2020,” ujar Putu, Kamis (18/2/2021).
Setelah ditutup selama sekitar empat bulan, Taman Wisata Candi Borobudur kembali dibuka pada 25 Juni 2020. Di tahap awal, dibatasi kuota pengunjung hanya 1.500 orang per hari. Jumlah pengunjung yang datang hanya 200-300 orang per hari.
Seiring waktu, kunjungan wisatawan mulai meningkat. Mengikuti peningkatan jumlah pengunjung tersebut, kuota pengunjung terus dinaikkan. Saat ini, jumlah wisatawan yang diperbolehkan datang sebanyak 4.000 orang per hari. Namun, jumlah pengunjungnya masih jauh di bawah kuota. Bahkan, saat libur akhir pekan, 12-14 Februari, jumlah wisatawan kurang dari 2.000 orang per hari.
Kendati demikian, Putu mengakui, semua kebijakan pemerintah tersebut harus tetap diikuti dan dimaklumi sebagai bentuk kebaikan bersama. ”Kita meyakini apa yang dijalankan saat ini adalah upaya, kebijakan terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi situasi pandemi,” ujarnya.
Sekretaris PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Emilia Eny Utari, mengatakan, di tengah berlangsungnya PPKM mikro, pihaknya belum bisa memprediksi atau menargetkan tingkat kunjungan untuk ke tiga candi tersebut.
”Kami belum bisa memprediksi kunjungan, tidak bisa membuat rencana apa pun, karena hingga akhir bulan Februari ini saja, seluruh Indonesia masih memberlakukan PPKM mikro,” ujarnya.
Situasi pandemi, menurut dia, memang membuat aktivitas wisata, termasuk ke tiga candi, sulit bergerak. Di luar kebijakan pemerintah yang memang membatasi mobilitas warga untuk bepergian dan berwisata, penularan Covid-19 yang masih terjadi masif di sejumlah tempat pada akhirnya membuat pengelola destinasi kesulitan untuk menyusun rencana demi menarik minat kunjungan.
”Kami tidak bisa membuat rencana macam-macam karena yang menjadi fokus utama perhatian saat ini adalah bagaimana menjaga lingkungan obyek wisata aman dari risiko penularan Covid-19 dan menjaga agar jangan sampai ada karyawan yang tertular,” ujarnya.
Tahun 2020, dari target kunjungan sebanyak 4,39 juta orang, jumlah pengunjungnya hanya 996.000 orang. Meski belum bisa memprediksi apa yang akan terjadi tahun 2021, Emilia menegaskan, akan tetap melakukan kegiatan promosi daring menyasar wisatawan domestik.
”Tahun ini, kami tidak memiliki target kunjungan wisatawan asing dan belum menyusun regulasi untuk menerima tamu dari negara lain,” ujarnya.
Sejak Januari 2021 hingga saat ini, Taman Wisata Candi Borobudur sudah menerima 70 wisatawan asing. Namun, semua tamu mancanegara tersebut adalah warga asing yang memang sudah lama menetap di Indonesia.