Hari Kelima, Tim Terpadu Temukan Lima Jenazah di Nganjuk
Tim terpadu menemukan lima jenazah korban tanah longsor pada hari kelima operasi pencarian dan pertolongan atau Kamis (18/2/2021) di Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, sehingga tinggal satu korban masih tertimbun.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Tim terpadu menemukan lima jenazah korban tertimbun tanah longsor pada hari kelima operasi pencarian dan pertolongan atau Kamis (18/2/2021) di Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur. Dengan demikian, masih ada satu jenazah korban yang belum ditemukan.
Tanah longsor dari tebing runtuh merusak 15 rumah di RT 001 RW 006 Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Minggu (14/2/2021) pukul 19.00 WIB. Tanah longsor setelah hujan sejak tengah hari menimbun 21 orang, melukai 15 orang, dan memaksa 186 warga Selopuro mengungsi.
Operasi pencarian dan pertolongan dilaksanakan beberapa saat setelah kejadian meski secara terbatas. Hari pertama operasi atau Minggu malam, tim mengevakuasi lima korban yang dua di antaranya dalam kondisi selamat. Senin, evakuasi terhadap enam jenazah, sedangkan Selasa tim mengevakuasi tiga jenazah. Rabu, evakuasi terhadap satu jenazah, sedangkan Kamis ini tim mengevakuasi lima jenazah.
”Satu orang masih dalam pencarian,” ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Surabaya Hari Adi Purnomo saat dihubungi di Surabaya.
Pada Kamis pukul 11.28 WIB, tim menemukan satu jenazah lelaki dewasa di Sektor B. Pada pukul 11.35 WIB, tim menemukan jenazah perempuan dewasa di Sektor A. Pukul 11.44 WIB, di Sektor A, tim menemukan jenazah lainnya, yakni perempuan dewasa. Di Sektor A lagi, pukul 12.04 WIB ditemukan jenazah anak lelaki dan pukul 12.39 WIB ditemukan jenazah lelaki dewasa.
Adapun, enam jenazah yang dievakuasi pada Rabu dan Kamis dan satu korban yang masih dicari telah diketahui identitasnya. Namun, belum dipastikan identitas masing-masing jenazah karena masih dalam identifikasi Tim DVI Polda Jatim. Ketujuh identitas korban dimaksud ialah Mbah Darimun (80), Muryam (78), Yono (40), Sunarsih (39), Prasetiyo (16), Rama (12), dan Reihan (4).
Secara terpisah, Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat mengatakan, operasi SAR terhadap para korban direncanakan berlangsung selama 14 hari sebagai masa tanggap darurat bencana di Selopuro. Namun, operasi SAR bisa dihentikan jika seluruh korban telah ditemukan dan dievakuasi. Untuk selanjutnya, kawasan bencana akan direhabilitasi tetapi bukan untuk dihuni kembali.
Untuk hunian sementara sudah ada dan sedang disiapkan. (Novi Rahman)
Menurut Novi, sedang dicari dan disiapkan 25 hektar lahan untuk relokasi atau pemindahan 54 keluarga atau 186 jiwa warga terdampak tanah longsor. Kebutuhan lahan untuk hunian dan ladang atau sawah budidaya mencapai 25 hektar. Warga harus pindah karena tinggal di bawah tebing perbukitan di kaki Pegunungan Wilis yang merupakan kawasan dalam pengelolaan Perum Perhutani.
Selama program penyiapan hunian tetap di lokasi baru. Pemerintah juga menyiapkan hunian sementara agar pengungsi tidak terus-menerus tinggal di pengungsian. ”Untuk hunian sementara sudah ada dan sedang disiapkan,” kata Novi.
Rumah sementara ada di Desa Sendang Bumen, Kecamatan Berbek, yang berada di bagian hilir Kecamatan Ngetos. Di Sendang Bumen ada rumah-rumah eks hibah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Di masa lalu, rumah-rumah itu dipakai untuk program transmigrasi.
Ada 80 rumah yang baru terisi separuhnya. Pengungsi dari Selopuro sementara menempati 40 rumah yang ada di Sendang Bumen sampai hunian tetap di lokasi baru selesai dibangun dan siap dihuni.