Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, berencana menyiapkan 25 hektar lahan untuk relokasi atau pemindahan 54 keluarga atau 186 jiwa warga Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, yang terdampak tanah longsor.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
NGANJUK, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, berencana menyiapkan 25 hektar lahan untuk relokasi atau pemindahan 54 keluarga atau 186 jiwa warga Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, yang terdampak tanah longsor.
Tanah longsor dari tebing yang runtuh menerjang dan menimbun setidaknya 15 rumah di RT 001 RW 006 Selopuro, Minggu (14/2/2021) menjelang pukul 19.00 WIB. Bencana berdampak fatal karena menimbun 21 orang. Sampai dengan Rabu (17/2/2021) ini, enam orang belum ditemukan dari timbunan material tanah longsor.
Dari 15 korban yang ditemukan dan dievakuasi, 2 orang masih hidup karena diselamatkan beberapa saat setelah kejadian. Adapun 13 korban lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal selama operasi pencarian dan pertolongan sejak Minggu malam sampai Rabu malam ini. Operasi pencarian korban akan berlangsung selama 14 hari atau dihentikan ketika semua korban sudah ditemukan.
Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat mengatakan, bersamaan dengan operasi pencarian dan pertolongan, tim terpadu merawat warga yang terluka dan mengungsi. Selain itu, tim juga mempersiapkan rumah sementara untuk hunian penyintas bencana yang mengungsi dan mempersiapkan lahan relokasi.
Dari catatan aparatur pemerintah, warga terdampak sebanyak 54 keluarga atau 186 jiwa sehingga kebutuhan akan lahan untuk hunian dan ladang atau sawah budidaya mencapai 25 hektar. Warga terdampak tinggal di bawah tebing perbukitan di kaki Pegunungan Wilis yang merupakan kawasan dalam pengelolaan Perum Perhutani.
”Hunian sementara sudah ada dan sedang disiapkan,” kata Novi.
Rumah sementara ada di Desa Sendang Bumen, Kecamatan Berbek, yang berada di bagian hilir Kecamatan Ngetos. Di Sendang Bumen ada rumah-rumah eks hibah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Di masa lalu, rumah-rumah itu dipakai untuk program transmigrasi. Ada 80 rumah yang baru terisi separuhnya. Pengungsi dari Selopuro sementara dapat menempati 40 rumah yang ada di Sendang Bumen sampai hunian tetap di lokasi baru selesai dibangun dan siap dihuni.
Menteri Sosial Tri Rismaharini saat berkunjung dan menyerahkan bantuan di Selopuro menyatakan, pemindahan merupakan opsi terbaik bagi masyarakat terdampak bencana. Jika kembali bermukim di lokasi lama, ancaman bencana akan terus ada atau keselamatan hidup tidak akan terjamin.
”Saya berharap forum komunikasi pimpinan daerah bisa segera merealisasikan program relokasi bagi warga terdampak bencana,” kata Risma yang sebelumnya menjabat Wali Kota Surabaya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan dukungan bagi program relokasi. Kepada para keluarga korban disampaikan bela sungkawa yang dalam. Warga diharapkan legawa dengan menerima tawaran relokasi untuk keselamatan hidup di masa mendatang.
Operasi
Dalam operasi pencarian dan pertolongan pada hari Rabu, tim terpadu menemukan satu korban tertimbun, yakni seorang laki-laki dewasa. Jenazah korban itu ditemukan di belakang bekas bangunan rumah yang tertimbun menjelang pukul 10.30 WIB. Identitas korban belum diketahui karena jenazah dalam proses identifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim.
Dari tujuh korban yang tertimbun dan belum ditemukan, ada dua orang yang berkategori dewasa dan lansia, yakni Yono (40) dan Mbah Darimun (80), dan dua remaja laki-laki, yakni Prasetiyo (16) dan Rama (12). Sementara Jenazah korban yang ditemukan tadi siang kemungkinan adalah satu dari empat nama tersebut. Di luar itu ada Reihan (4), Sunarsih (39), dan Muryam (78) yang masih tertimbun.
Komandan Komando Distrik Militer 0810/Nganjuk Letnan Kolonel (Inf) Gregorius Luky Ariesta selaku Komandan Pos Komando Tanggap Darurat mengatakan, pencarian terhadap keenam korban yang masih tertimbun akan terus dilaksanakan, tetapi melihat situasi dan potensi ancaman bagi tim terpadu. Operasi akan ditunda jika hujan karena berpotensi memunculkan longsor susulan atau banjir bandang.
Selain itu, operasi juga mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19 yang belum mereda sehingga tim juga harus memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan. Seluruh anggota tim telah diperiksa kesehatannya dan yang terindikasi sakit apalagi terkena Covid-19 dilarang bertugas. Tim kesehatan juga memeriksa kalangan warga, terutama pengungsi, yang sementara ini didapati 14 orang reaktif melalui tes antigen. Warga yang reaktif segera diisolasi dan harus menjalani aktivitas terpisah dari pengungsi lainnya.