Pergerakan tanah di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kota Batu, tengah diteliti oleh BPBD Jawa Timur. BPBD Kota Batu juga meminta Universitas Brawijaya meneliti ketebalan tanah jika longsor.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur masih meneliti kemungkinan ada pergerakan tanah lagi di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kota Batu. Di desa itu tanahnya bergerak dan terancam longsor.
Sejak evakuasi terhadap warga ke pengungsian dua pekan silam, sirine tanda peringatan dini bahaya (early warning system/EWS) sudah tidak berbunyi. Awal Februari, piranti itu sering berbunyi, terutama saat hujan deras, akibatnya warga pun memilih mengungsi.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, Achmad C Rochim, Rabu (17/2/2021), mengatakan, BPBD Jawa Timur masih meneliti dari sisi getaran. ”Yang diteliti gerakan tanahnya masih ada atau tidak. Hasilnya masih dianalisis oleh teman-teman BPBD Jawa Timur,” ujarnya.
Meski alarm EWS tidak berbunyi, menurut Rochim, kewaspadaan tetap dilakukan. Pemantauan selama 24 jam dilakukan karena hingga saat ini masih ada retakan. Curah hujan yang mengguyur daerah setempat masih cukup tinggi. Sampai saat ini warga juga masih tinggal di pengungsian, baik siang maupun malam.
Hingga Selasa (16/2/2021) malam, jumlah pengungsi tercatat masih 13 keluarga (47 jiwa) dari total 16 keluarga (53 jiwa) terdampak. Selain itu, ada 42 sapi dan 13 kambing yang turut diungsikan. Pemerintah Kota Batu tengah menyiapkan lahan relokasi bagi warga terdampak.
Selain BPBD Jawa Timur, ada Universitas Brawijaya (UB) yang akan meneliti tanah bergerak di Brau. Namun, penelitian Universitas Brawijaya difokuskan pada pengukuran ketebalan tanah yang berpotensi longsor melalui metode geolistrik. Pihak Brawijaya kini baru melakukan survei awal.
”Kami memang minta bantuan Universitas Brawijaya. Mereka akan meneliti ketebalan tanah jika longsor. Jadi, gambarannya, kalau sampai terjadi longsor, seperti apa. Estimasi sebaran materialnya sampai di mana akan ketahuan sehingga bisa untuk mitigasi, dampaknya bisa diminimalisasi,” katanya.
Menurut Rochim, ini adalah kali pertama Universitas Brawijaya meneliti ketebalan tanah di Brau. Tahun 2019 silam, Universitas Brawijaya meneliti kawasan sekitar Payung di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu. Dari empat lokasi yang diteliti, secara umum—jika longsor skala besar—tingkat ketebalan tanah yang longsor bisa mencapai 25 meter.
Jadi, gambarannya, kalau sampai terjadi longsor, seperti apa. Estimasi sebaran materialnya sampai di mana akan ketahuan ehingga bisa untuk mitigasi, dampaknya bisa diminimalisasi.
Dihubungi secara terpisah, mahasiswa Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, M Bisma Pamungkas, yang terlibat dalam survei awal, mengatakan, pihaknya masih memersiapkan alat. Mereka juga terus berkoordinasi dengan BPBD setempat. ”Yang akan diteliti kedalaman lapisan bawah tanah, seberapa dalam bidang gelincir jika longsor,” katanya.
Dari hasil survei, menurut Bisma, dari sisi geomorfologi, kawasan tanah bergerak di Brau memang sudah tidak layak untuk ditempati karena lokasinya berada di lereng gunung dengan kondisi kemiringan yang curam.
Sementara itu, terkait dengan penurunan permukaan jalan di daerah Payung, Kota Batu—jalur utama Malang-Kediri—sejak 16 Feberuari kendaraan yang melintas telah dibatasi maksimal bertonase 14 ton. Dan, jika terjadi kepadatan arus lalu lintas, akan diberlakukan buka tutup.
Tidak tertutup kemungkinan jika terjadi hujan deras lebih dari satu jam, jalur itu akan ditutup sementara. Adapun rekahan tanah yang ada di badan jalan telah ditutup dengan aspal.
Seperti diketahui dari pendataan BPBD Kota Batu, terdapat retakan bervariasi di tempat itu dengan lebar 3-15 sentimeter (cm). Posisi retakan ada yang melintang di tengah jalan. Panjang retakan di jalan 15 meter. Selain itu, bahu jalan mengalami penurunan dengan level 10-15 cm dari permukaan aspal. Retak juga ditemukan di bahu jalan sepanjang 75 meter. Ada tiga kamar mandi warung di tepi jalan yang rusak akibat peristiwa ini.