Dorong BBM Berkualitas, Pertalite Dijual dengan Harga Premium di Manado
Petamina memasarkan bahan bakar minyak jenis pertalite dengan harga setara Premium yang berkadar oktan lebih rendah di Manado. Ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) memasarkan bahan bakar minyak jenis pertalite dengan harga setara premium yang berkadar oktan lebih rendah di Manado, Sulawesi Utara. Aksi korporasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Dihubungi dari Manado, Selasa (16/2/2021), Senior Supervisor Communications and Relations Marketing Operation Region VII PT Pertamina, Taufiq Kurniawan, mengatakan, program yang dinamai Langit Biru itu telah berlangsung sejak Minggu (14/2/2021) di 15 stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Kota Manado. Pertalite berkadar oktan (RON) 90 dijual dengan harga Rp 6.450 per liter, di bawah harga normal Rp 7.850 per liter.
Sasaran program ini antara lain pengendara roda dua dan roda tiga, angkutan kota, ojek daring, dan taksi berpelat nomor polisi kuning. Menurut Taufiq, kelompok pengendara yang mewakili kelas menengah ke bawah ini dianggap berhak mendapatkan insentif serupa.
Meski demikian, daya beli kelompok ini terhadap pertalite sudah cukup tinggi. Menurut Taufiq, mereka tidak keberatan membeli BBM eceran dengan harga Rp 9.000-Rp 10.000. Program ini juga akan membuat penjualan BBM tepat sasaran, langsung kepada konsumen akhir tanpa peningkatan signifikan.
”Manado kami pilih menjadi lokasi pilot project ini karena menurut data kami, proporsi pembelian pertalite di Manado mencapai 70-80 persen. Artinya, masyarakat membutuhkan bahan bakar berkualitas. Yang masih menggunakan premium (RON 88) kami dorong beralih ke pertalite,” katanya.
Program serupa telah dijalankan sebelumnya di beberapa daerah di Jawa, Madura, dan Bali. Taufiq berharap konsumen yang merasa puas karena menggunakan pertalite bisa menjadi pengguna tetap. BBM berkadar oktan lebih tinggi, sekalipun lebih mahal, memberikan keuntungan, seperti pembakaran lebih sempurna di ruang mesin sehingga mesin lebih awet.
Masyarakat luas juga, kata Taufiq, akan lebih diuntungkan dengan peningkatan penggunaan Pertalite. Kadar oktan lebih tinggi berarti emisi gas buang dari BBM lebih rendah karena pembakaran lebih sempurna.
”Niat kami adalah menciptakan udara yang lebih sehat bagi masyarakat. Ini juga instruksi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena di dunia tinggal tujuh negara yang pakai BBM berkadar oktan di bawah 90, dan ini harus diubah secara bertahap,” katanya.
Pada promosi yang dibiayai dana internal Pertamina ini, tidak ada kuota harian yang ditetapkan. Tenggat waktu program juga belum ditetapkan. ”Perusahaan dalam jangka waktu tertentu menanggung sejumlah biaya tertentu dari harga promosi. Kami akan evaluasi terus,” katanya.
Sebelumnya, Pertamina juga menyatakan akan mendata kendaraan-kendaraan pembeli bahan bakar premium di sejumlah SPBU yang dioperasikan di Sulut. Ini adalah upaya untuk menepatkan sasaran bahan bakar bersubsidi, yaitu bagi petani, nelayan, dan masyarakat miskin.
Pada promosi yang dibiayai dana internal Pertamina ini, tidak ada kuota harian yang ditetapkan. Tenggat waktu program juga belum ditetapkan.
”Nanti kami akan menelusuri, apakah kendaraan tersebut memang berhak mendapatkan premium atau tidak. Program ini sudah kami jalankan di Sulut, dan nanti akan kami konsultasikan dengan pemerintah daerah, apa diperlukan tindakan tertentu,” kata Sales Branch Manager III Pertamina Wilayah Sulut dan Gorontalo Sandi Saryanto, pekan lalu.
Sementara itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey, melalui keterangan tertulis, mengapresiasi program Langit Biru. Namun, ia berharap program ini tidak hanya dilaksanakan di Manado, tetapi juga kabupaten dan kota lain. Polusi di Sulut dapat dikurangi secara berkelanjutan jika kendaraan roda dua serta angkot setidaknya beralih menggunakan pertalite.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sulut Marly Gumalag mengatakan, kualitas udara di Sulut masih tergolong baik. Indeks Kualitas Udara (IKU) sepanjang 2020 di ”Bumi Nyiur Melambai” adalah 92,5, berkisar 80-100 untuk kategori baik. Namun, ia berharap capaian indeks 95 pada tahun-tahun sebelumnya dapat diraih kembali.
Salah satu sumber polusi udara terbesar di Sulut adalah kendaraan bermotor. Menurut Marly, warga bisa berkontribusi menurunkan potensi pencemaran udara dengan menggunakan BBM beroktan tinggi. ”Menggunakan bahan bakar berkualitas adalah tanggung jawab kita semua,” katanya.
Adiputra Mokoginta, Ketua Toyota Agya Club Manado, bahkan mengimbau pengendara menggunakan pertamax dengan oktan 92. Menurut dia, keuntungan yang didapat pengendara lebih banyak. Selain mesin awet dan tidak cepat panas, konsumsi bahan bakar juga akan lebih hemat.