BBPTKLPP Surabaya Mengoperasikan Mobil PCR di Kupang
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya Kementerian Kesehatan mengoperasikan mobil polymerase chain reaction bergerak, dan melatih tenaga analis kesehatan Kota Kupang.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya Kementerian Kesehatan mengoperasikan mobil polymerase chain reaction bergerak, dan melatih tenaga analis kesehatan Kota Kupang terkait pemeriksaan Covid-19. Kehadiran mobil PCR ini dapat menekan penumpukkan ribuan spesimen PCR di Laboratorium RSUD Yohannes Kupang. Pemprov juga mendatangkan 23 alat PCR untuk Flores dan Sumba.
Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya Kementerian Kesehatan, Rosidi Rosian pada pengoperasian mobil PCR bergerak di Kupang, Rabu (17/2/2021) mengatakan, BBPTKL memiliki wilayah layanan Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Mobil PCR ini, setelah uji fungsi di Surabaya, langsung dibawa ke Kupang untuk melayani masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).
Soal perawatan mobil pun langsung dijalankan BBTKLPPi Surabaya, sekaligus melatih tenaga-tenaga lokal untuk itu (Rosidi Rosian)
Pengoperasian mobil oleh BBTKLPP menurut Rosidi sekaligus juga melatih tenaga analis kesehatan baik yang betugas memeriksa spesimen di mobil, termasuk yang ada di kabupaten/kota lain. Analis yang dilatih diberi sertifikat analisator Covid-19. Pelatihan juga untuk tenaga tracing. "Soal maintenance mobil pun langsung dijalankan BBTKLPPi Surabaya, sekaligus melatih tenaga-tenaga lokal untuk itu,”ujarnya.
Ia mengatakan, di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di NTT, juga daerah lain, kehadiran mobil PCR ini cukup membantu NTT. Saat ini sangat dibutuhkan penguatan laboratorium untuk pemeriksaan. Juga kebutuhan oksigen, tekanan negative, dan kebutuhan lain. Tentu kehadiran mobil PCR belum cukup mengatasi ribuan PCR yang datang dari 22 kabupaten/kota.
Saat ini sudah ada dua laboratorium PCR di Kota Kupang, yakni satu unit di Laboratorium Biomolekuler RSUD Yohannes Kupang dengan kapasitas pemeriksaan 282 spesimen per hari, Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat NTT di Undana Kupang, berkapasitas 100 spesimen per hari.
Sementara kapasitas mobil PCR mobile ini dua shift, masing-masing 94 spesimen sehingga dalam satu hari sebanyak 188 spesimen diperiksa. Uji coba awal, hanya 94 spesimen.
Dengan ini dalam satu hari jumlah spesimen dari 22 kabupaten/kota yang bisa diperiksa sebanyak 476-750 spesimen. Kehadiran mobil PCR mobile ini bisa mengurangi jumlah spesimen dari 22 kabupaten/kota yang mengantre di Laboratorium Biomolekuler RSUD Yohannes Kupang sampai 2.000 spesimen. Kabupaten/kota yang mengrim sampel itu mendapatkan hasil akhir sampai 14 hari atau lebih.
Dua laboratorium
Tidak lama lagi akan datang dua laboratorium kontainer PCR untuk kebutuhan RST Wirasakti Kupang, dan RST Angkatan Laut Kupang. Makin banyak alat tes PCR itu makin baik. “Surabaya atau Jawa Timur saat ini punya 28.000 alat PCR, sebelumnya juga hanya dua unit, yakni satu di Unair, dan satu lagi kami punya. NTT pun alat PCR harus ditingkatkan lagi,”kata Rosidi.
Jika tracing sesuai standar maka pemeriksaan spesimen pun meningkat. Karena itu butuh tambahan alat PCR ke depan.
Mobil PCR juga dimanfaatkan untuk penyakit menular lain seperti TB Paru. Setelah jumlah alat tes PCR sudah memadai di seluruh kabupaten/kota, mobil PRC digeser ke provinsi lain yang membutuhkan.
Wakil Gubernur NTT Joseph Nae Soi mengatakan, mobil PCR itu tidak bisa melakukan pemeriksaan secara mobile, dari satu tempat ke tempat lain karena butuh listrik sampai 1.000 watt, dan alat-alat pendukung lain. Mobil tetap diparkir di RS Jiwa Naimata Kupang. Mobil bisa ke Soe, Kefamenanu atau Atambua kalau fasilitas pendukung di sana sudah disiapkan.
Memenuhi kebutuhan alat PCR di Flores dan Sumba Pemprov akan mendatangkan lagi 23 unit PCR dari Surabaya dan Jakarta dalam waktu dekat. Jumlah 23 unit ini, 15 unit di Flores untuk melayani sembilan kabupaten, dan delapan unit di Sumba untuk empat kabupaten.
“Saya berterimakasih kepada Presiden, Menteri Kesehatan, dan BBTKLPP Surabaya yang telah membantu mobil PCR. Mobil ini bisa mengurangi antrean spesimen yang menumpuk di RSUD Yohannes selama ini,”katanya.
Jumlah kasus Covid-19 di NTT per 15 Februari 2021 sebanyak 7.813 orang, menjalani perawatan atau karantina sebanyak 2.774, pasien sembuh 4.838 orang, dan meninggal dunia sebanyak 201 orang.
Sekretaris Satgas Covid-19 NTT David Mandala mengatakan, tenaga kesehatan (nakes) di 22 kabupaten/kota yang sudah divaksinasi sebanyak sebanyak 24.674 dari 32.000 orang.
24.320 orang dari total 32.000 nakes, masih sisa 7.680 orang. “Tidak ada masalah lagi. Tadinya nakes datang tunjukan SMS Plus, sekarang mereka hanya bawa KTP saja langsung dilayani vaksin. Persedian vaksin juga cukup tersedia. Dalam waktu dekat semua nakes sudah divaksin tahap pertama,”kata Mandala.
Jumlah nakes yang terpapar Covid-19 sebanyak 100 orang, dua orang meninggal dunia. Nakes yang positif Covid-19 dengan kategori sakit berat menjalani perawatan di RS Jiwa Naimata. Pemprov telah menyediakan ruangan dengan 50 unit tempat tidur, memiliki rungan bertekanakan negative, lengkap dengan sentral oksigen kran “valve” menuju ruangan pasien.
Satgas Covid-19 Nasional BNPB Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan mengirim utusan khusus, Olivia des Vinca Albahan Napitupulu ke Kota Kupang, melakukan perlindungan dan pendampingan terhadap tenaga kesehatan di Kota Kupang dan 21 kabupaten di NTT.
Utusan khusus itu bekerjasama dengan perhimpunan rumah sakit Indonesia di NTT melakukan pendataan nakes yang terpapar Covid-19, dan apa saja kebutuhan yang diperlukan.
Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu berbicara secara daring dari Jakarta antara lain mengatakan, lonjakan kasus di NTT bisa diatasi dengan pemeriksaan yang cepat, dengan dukungan tracing yang terfokus dan efektif.
Kehadiran laboratorium mobile ini sebagai dukungan dari Presiden dan Kementerian Kesehatan untuk memberi penguatan laboratorium di NTT.
Ia berharap agar Pemorv menyiapkan tenaga “maintenance” untuk mendukung pengoperasian alat ini sehingga bisa beroperasi secara optimal. “Jangan sampai alatnya bagus tetapi maintenens tidak bagus, repot nanti,”kata Maxi, yang terburu-buru menutup pembicaraan, mengikuti kunjungan kerja Presiden ke Tanah Abang.