Warga Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, berniat menjual bongkahan meteorit yang ditemukan di desa itu, Januari 2021. Akademisi berharap meteorit itu dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Warga Desa Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, berniat menjual bongkahan meteorit yang ditemukan di desa itu pada Januari 2021. Minimnya pengetahuan tentang benda antariksa juga membuat warga mengambil air rendaman meteorit. Para ahli mendorong meteorit itu dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Camat Punggur Priyadi mengatakan, ada dua warga di Desa Astomulyo yang menemukan meteorit. Sebongkah meteorit ditemukan di samping rumah Munjilah, warga Dusun 5, Desa Astomulyo, Kamis (28/1/2021) malam. Sementara bongkahan lain ditemukan di areal persawahan milik Sukirno, warga di Dusun 8, Desa Astomulyo, Senin (1/2/2021).
Menurut dia, warga memang menyampaikan niatnya untuk menjual benda luar angkasa itu. Niat itu muncul setelah warga mendapat informasi dari internet bahwa harga jual benda luar angkasa itu cukup mahal. Selain itu, warga juga tidak tahu pemanfaatan batu itu jika disimpan di rumah.
Dia menambahkan, sejumlah warga bahkan pernah mengambil air rendaman meteorit itu untuk dibawa pulang. Sejumlah warga mengaku menggunakan air dengan cara dibasuhkan ke tubuh dan meminumnya. Hal itu dilakukan karena warga mempercayai batu luar angkasa bisa menyembuhkan penyakit.
”Kami sudah berusaha mengimbau warga untuk tidak melakukan itu karena meteorit itu dikhawatirkan mengandung bahan kimia berbahaya dan zat radioaktif. Tim satgas juga membubarkan warga yang berkerumun di rumah penemu meteorit,” kata Priyadi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Selasa (16/2/2021).
Menurut dia, pihaknya juga sudah mengirim surat kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah untuk menyikapi fenomena tersebut. Dia khawatir fenomena jatuhnya meteroit di desa itu justru memicu pertengkaran atau konflik antarwarga. Hingga saat ini, penemu meteorit masih menyimpan benda itu di rumahnya.
Dia berharap para ahli juga bisa memberikan pengetahuan kepada warga terkait fenomena jatuhnya meteorit dan kandungan benda antariksa itu. Minimnya pengetahuan warga mengenai penanganan meteoritlah yang membuat warga berniat menjualnya.
Logam berat
Berdasarkan hasil penelitian dosen Institut Teknologi Sumatera, bongkahan meteorit yang ditemukan di Astomulyo itu mengandung sejumlah logam berat yang dapat berbahaya bagi tubuh. Saat ini, penelitian lebih lanjut masih dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan radioaktif dalam benda antariksa itu.
Danni Gathot Harbowo, dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera, menuturkan, meteorit itu diketahui memiliki massa jenis sekitar 4 gram per sentimeter kubik. Tingkat kekerasan batu itu berkisar 5-6 skala mohs.
Dari hasil pengamatan fisik, bagian dalam meteorit memilki kilap logam dan mampu menarik magnet. Hal ini menunjukan meteorit itu memiliki kandungan logam yang cukup tinggi. Berdasarkan komposisi, batu meteor itu mengandung unsur logam Fe (besi), Mg (magnesium), dan Si (silika).
Selain itu, ditemukan pula beberapa unsur logam berat, yakni Fe3+, Cr 3+, Al3+, Ni2+, Se4+, timbal (Pb), dan seng (Zn). Logam berat tersebut bersifat racun dan dapat merusak metabolisme serta jaringan tubuh.
Adapun dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera, Robiatul Muztaba, berharap meteorit itu dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang astronomi. Pihaknya akan berupaya memberikan edukasi kepada warga dan mengusulkan agar Astomulyo menjadi desa mitra.
Batu meteorit itu didorong dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang astronomi.
Nantinya, pembangunan situs khusus atau museum dapat diinisiasi. Desa Astomulyo juga dapat dikembangkan sebagai desa wisata astronomi di Lampung Tengah.
Dengan kolaborasi itu, masyarakat diharapkan dapat menjaga kelestarian obyek langit. Pemanfaatan benda antariksa itu juga mampu memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. ”Meteorit tersebut memiliki nilai historis dan ilmiah yang tinggi, tidak hanya dari sisi obyeknya saja, lokasi pun menjadi sangat penting dalam kajian jatuhnya sebuah meteorit di bumi,” katanya.