Teladan Tenaga Kesehatan Lansia bagi Kaum Muda
Tubuh renta karena termakan usia tidak menyurutkan semangat para tenaga kesehatan kelompok lanjut usia di Palembang, Sumatera Selatan, untuk divaksinasi. Kaum ini adalah yang paling rentan terhadap Covid-19.
Usia sepuh tidak menyurutkan semangat para tenaga kesehatan kelompok lanjut usia di Palembang, Sumatera Selatan, untuk divaksinasi Covid-19. Sebaliknya, hasrat mereka terus bergelora seakan ingin memberi teladan bagi kaum muda agar berani divaksin guna melindungi diri dan orang di sekitarnya dari virus SAR-CoV2.
Nursyirwan (75) berjalan pelan memasuki ruang vaksinasi di RS Pusri Palembang, Senin (15/2/2021). Dia diarahkan oleh petugas kesehatan untuk mengikuti sejumlah tahapan vaksinasi, mulai dari pendaftaran yang kemudian berlanjut dengan penyaringan (skrining).
Pada tahap ini, Nursyirwan diwawancarai beragam pertanyaan, mulai dari kondisi kesehatan hingga riwayat penyakit yang pernah dideritanya. Sebenarnya Nursyirwan memiliki riwayat penyakit jantung sejak tujuh tahun hingga harus pasang ring.
Tidak hanya itu, dia pun sudah 21 tahun mengalami hipertensi. Namun, Nursyirwan masih dinyatakan layak untuk menjalani vaksinasi karena kondisi tubuhnya yang terkendali. ”Semua penyakit ini telah terkontrol karena saya rutin mengonsumsi obat dan berolahraga,” katanya.
Di setiap tahapan, Nursyirwan didampingi dokter anestesi guna memastikan semua berjalan baik. Sebagai seorang dokter yang telah mengabdi hingga 45 tahun di dunia kesehatan, Nursyirwan mematuhi semua tahapan tersebut. ”Saya ingin memastikan kondisi tubuh ini siap untuk divaksin,” ujarnya.
Baca juga: Seminggu Berjalan Cakupan Vaksinasi di Palembang Masih Rendah
Di ruang vaksinasi berukuran 2 meter x 2 meter, Nursyirwan bersiap untuk divaksinasi. Semangatnya terpancar dari wajahnya yang tetap riang. Bahkan, sebelum jarum suntik menebus kulit bahu kirinya, Nursyirwan sempat menunjukan jempolnya pertanda dia telah siap. Alat suntik berisikan cairan vaksin CoronaVac pun tertancap. Dalam hitungan detik, vaksinasi pun tuntas.
Nursyirwan lalu duduk di ruang tunggu sembari menjalani masa observasi selama 30 menit pascavaksinasi. ”Tidak ada efek apa-apa. Semua baik-baik saja,” ujar Nursyirwan. Vaksinasi ini sudah lama ia nantikan. Dia berpendapat, vaksinasi merupakan salah satu cara untuk menangkal bahaya virus SARS CoV-2 penyebab Covid-19.
Apalagi, setiap hari dia harus berhadapan dengan pasien yang kondisi kesehatannya beragam. ”Memang, setiap praktik saya mengenakan masker. Namun, tetap saja ada perasaan selalu waswas. Kini setelah divaksin, saya merasa lebih percaya diri,” ujar Nursyirwan.
Hal serupa dilakukan Ferry Yusrizal (63), dokter spesialis kandungan di RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang. Dia menjadi salah satu tenaga kesehatan lansia yang juga divaksin. ”Tidak ada efek apa-apa yang saya rasakan. Bahkan, setelah divaksin, saya langsung bekerja seperti biasa,” ucap Ferry.
Sejak awal Ferry memang telah berniat divaksin, terlebih ada dukungan dari anak dan istri yang telah divaksin lebih dulu. ”Kebetulan istri dan anak saya juga tenaga kesehatan. Toh, setelah divaksin, mereka tampak masih sehat,” ucapnya.
Ketika saya umrah pun juga divaksin meningitis, jadi tidak ada kekhawatiran yang berlebihan.
Untuk memperkuat keyakinannya, Ferry yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ini pun membaca referensi dari berbagai sumber. Utamanya, pengalaman orang yang telah divaksin. ”Saya juga belum mendengar adanya kejadian fatal yang muncul setelah vaksinasi,” ucap Ferry.
Sebenarnya vaksinasi merupakan hal yang lumrah dialami. ”Ketika saya umrah pun juga divaksin meningitis, jadi tidak ada kekhawatiran yang berlebihan,” ucapnya.
Dengan divaksin, kekebalan tubuh dapat bertambah dan aktivitas pun dapat berjalan lebih lancar lagi. ”Setidaknya saya ikut serta dalam mencegah penularan Covid-19,” katanya.
Paling rentan
Ahli mikrobiologi dari Universitas Sriwijaya, Yuwono, menuturkan, vaksinasi terhadap lansia merupakan keputusan yang tepat karena mereka adalah kaum yang paling berisiko jika terpapar Covid-19. Berdasarkan data dari situs Sumsel Tanggap Covid-19, jumlah kasus konfirmasi positif per Minggu (14/2/2021) mencapai 15.150 orang. Dari jumlah itu, 12.882 orang atau (85,03 persen) dinyatakan sembuh dan 731 orang (4,83 persen) lainnya harus meregang nyawa.
Lebih rinci, dari total kasus kematian akibat Covid-19, sebagian besar korbannya berasal dari kelompok lanjut usia. Untuk rentang usia 55 tahun-69 tahun, jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 2.501. Dari jumlah itu, 333 orang atau 13,31 persen di antaranya meninggal dunia. Untuk warga Sumsel berusia di atas 70 tahun angka kematian lebih tinggi, yakni 22,39 persen, di mana dari 509 kasus positif Covid-19, sebanyak 114 orang di antaranya harus meregang nyawa.
Berbeda dengan kelompok usia yang lain. Kelompok bayi di bawah satu tahun, tingkat kematian sekitar 7,08 persen. Sementara kelompok usia satu hingga empat tahun (1,33 persen), kelompok lima tahun hingga 14 tahun (0,95 persen), kelompok umur 15-19 tahun (0,45 persen), kelompok 20-44 tahun (1,06 persen), dan kelompok 45-55 tahun (6,65 persen). ”Ini membuktikan kaum lansia adalah yang paling rentan terenggut nyawanya akibat terjangkit Covid-19,” ucap Yuwono yang juga Direktur Utama RS Pusri Palembang.
Hanya saja, lanjut Yuwono, sebelum menerapkan vaksinasi terhadap kaum lansia, petugas kesehatan harus benar-benar teliti dalam menjalankan tahapan pemeriksaan pravaksinasi. Hal ini karena kaum lansia cukup rentan terkena dampak vaksin sebab kondisi tubuhnya tidak sekuat orang yang berada dalam usia produktif.
Baca juga: Warga Lanjut Usia Mulai Menjalani Vaksinasi
Dampak vaksin yang dimaksud, seperti adanya syok anafilaksis yang dikhawatirkan akan menyebabkan dampak kausatif, terutama bagi mereka yang terkena alergi. Untuk itu, dalam wawancara dan pemeriksaan harus dipastikan penerima vaksin tidak mengalami alergi terhadap vaksin.
Vaksin juga dapat menjadi pemicu (trigger) munculnya kembali penyakit yang sudah lama hilang. Untuk itu, sudah tepat jika memang yang divaksin lebih dulu adalan kelompok tenaga kesehatan karena mereka biasanya sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika mengalami dampak vaksinasi.
”Ini menjadi prototipe sebelum menerapkan vaksinasi kepada lansia yang bukan tenaga kesehatan nantinya,” ucap Yuwono.
Tidak perlu ada sanksi, yang penting adalah kesadaran dalam diri.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy menuturkan, dari data sementara, ada sekitar 203 tenaga kesehatan lansia yang akan menjalani vaksinasi. Yang menjadi sasaran vaksin kali ini adalah tenaga kesehatan yang masih melaukan pelayanan kesehatan di sejumlah fasilitas kesehatan. ”Kami belum melakukan vaksinasi secara menyeluruh karena keterbatasan vaksin. Mereka yang menjadi sasaran dipastikan mendapat dua kali suntikan vaksin,” ucapnya.
Vaksin yang digunakan bagi tenaga kesehatan lansia ini berasal dari kuota vaksin yang dikirim oleh PT Bio Farma, Jawa Barat, sebanyak 100.200 vial. Dari semua jumlah sasaran tenaga kesehatan di Sumsel yang sekitar 55.000 tenaga kesehatan yang menjadi sasaran, tidak semua bisa divaksin karena ada kendala kesehatan. Jatah itulah yang dialihkan untuk tenaga kesehatan lansia. ”Sementara kaum lansia lainnya akan diusulkan kepada Kementerian Kesehatan di pengiriman berikutnya,” ucap Lesty.
Menurut dia, semakin banyak warga Sumsel yang divaksinasi akan semakin besar peluang Sumsel untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity). ”Karena mereka yang divaksin akan melindungi warga lain yang tidak bisa menerima vaksin,” ucapnya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru berujar, keberhasilan vaksinasi menjadi kunci utama untuk memulihkan kembali aktivitas di Sumsel. ”Ketika aktivitas pulih, ekonomi pun akan pulih,” ujarnya. Karena itu, dia berharap agar warga Sumsel mau divaksinasi untuk kepentingan bersama. ”Tidak perlu ada sanksi, yang penting adalah kesadaran dalam diri,” ungkap Herman.
Baca juga: Penyebab Meninggalnya Dokter di Palembang Bukan karena Vaksin Covid-19