Setiap Hari, Penduduk Miskin di Maluku Bertambah 23 Orang
Dalam enam bulan sejak Maret hingga September 2020, jumlah penduduk miskin di Maluku bertambah 4.220 orang. Artinya, setiap hari terdapat penambahan 23 orang miskin baru di Maluku.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Badan Pusat Statistik melaporkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku meningkat sepanjang periode Maret hingga September 2020, yakni dari 318.180 jiwa menjadi 322.400 jiwa. Sebanyak 4.220 penduduk miskin selama enam bulan itu setara dengan penambahan 23 orang miskin baru per hari.
Data itu dihimpun dari siaran pers Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku yang diunggah pada laman resminya, maluku.bps.go.id, Selasa (16/2/2021). Sehari sebelumnya, BPS di Jakarta merilis angka kemiskinan secara nasional selama periode Maret-September 2020.
Dalam siaran pers itu tertulis jumlah penduduk miskin di Maluku sebagian besar disumbang dari perdesaan. Penduduk miskin perdesaan meningkat dari 268.300 orang menjadi 272.530 orang. Sementara jumlah penduduk miskin di perkotaan malah turun dari 49.890 menjadi 49.870 orang. Secara keseluruhan, persentase penduduk miskin naik 0,55 poin menjadi 17,99 persen.
Dalam enam bulan sejak Maret hingga September 2020, jumlah penduduk miskin di Maluku bertambah 4.220 orang. Artinya, dalam satu bulan, ada 703 orang miskin baru. Dengan asumsi satu bulan sebanyak 30 hari, maka dalam satu hari terjadi penambahan 23 orang miskin baru di Maluku.
Rata-rata garis kemiskinan yang menjadi batas penghitungan kemiskinan adalah Rp 573.685 per bulan. Adapun garis kemiskinan di perdesaan Rp 566.497 dan di perkotaan Rp 584.061. Artinya, mereka yang dinyatakan miskin jika pengeluarannya dalam satu bulan kurang dari angka tersebut.
Masih dalam rilis dimaksud, tak hanya jumlah dan persentase penduduk miskin yang meningkat, indeks keparahan kemiskinan dan indeks kedalaman kemiskinan juga bertambah. Indeks keparahan kemiskinan naik dari 1,01 menjadi 1,18 dan indeks kedalaman kemiskinan naik dari 3,47 menjadi 3,76. Hal ini menunjukkan pengeluaran penduduk miskin semakin menjauh dari garis kemiskinan dan kesenjangan pun kian lebar.
Dalam rilis itu, BPS merekomendasikan upaya dan program penanggulangan kemiskinan yang lebih masif lagi oleh pemerintah, terutama pada masa pandemi seperti saat ini. Banyak masyarakat serta lapangan usaha terdampak pandemi Covid-19 sehingga semakin banyak warga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar makanan ataupun bukan makanan.
Kompas berupaya menghubungi Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Kasrul Selang untuk meminta tanggapannya terhadap kenaikan angka kemiskinan tersebut serta upaya yang akan dilakukan jajaran pemerintah daerah ke depan. Namun, hingga berita ini diturunkan, Kasrul belum merespons pertanyaan yang dikirim melalui pesan singkat sejak Selasa siang.
Dalam sejumlah kesempatan sebelumnya, Kasrul mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama terpuruknya ekonomi masyarakat. Menurut dia, bantuan sosial yang diberikan pemerintah menjadi salah satu solusi. Selain itu, pemerintah juga menggencarkan proyek padat karya yang menyerap semakin banyak tenaga kerja.
Sementara itu, sejumlah warga meragukan data BPS yang menyebutkan kemiskinan di wilayah perkotaan menurun dari 49.890 orang menjadi 49.870 orang. Pada kenyataannya, kehidupan di perkotaan semakin susah akibat pandemi. Banyak karyawan diberhentikan, bahkan ada pengusaha menutup tempat usaha.
”Mana mungkin orang miskin di kota berkurang. Paling sederhana, tanya penghasilan tukang becak, tukang ojek, dan sopir angkutan. Semua mengeluh berkurang jauh. Otomatis pengeluaran untuk makanan juga menurun. Survei ini tidak tepat,” kata Jopie Sabonu (32), tukang ojek di kompleks Karang Panjang Bawah, Ambon.