Kekeringan, Warga Dua Kelurahan di Padang Kesulitan Air Bersih
Warga dua kelurahan di Kota Padang, Sumatera Barat, kesulitan mendapatkan air bersih akibat kekeringan. Padahal, Sumbar belum memasuki musim kemarau. Pemkot Padang mulai menyalurkan air bersih ke rumah warga.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Warga dua kelurahan di Kota Padang, Sumatera Barat, kesulitan mendapatkan air bersih akibat kekeringan. Cuaca panas sejak awal tahun membuat mata air di bukit ataupun sumur mengering. Pemerintah Kota Padang mulai menyalurkan air bersih dengan mobil tangki ke rumah warga.
Dua kelurahan itu adalah Kelurahan Batang Arau dan Kelurahan Seberang Palinggam di Kecamatan Padang Selatan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, terdapat 500 keluarga di dua kelurahan itu yang mengalami kesulitan air bersih, terutama yang tinggal di perbukitan.
Yusfita Dame, warga Batang Arau, Selasa (16/2/2021), mengatakan, ia dan sejumlah tetangganya mulai mengalami kesulitan air bersih sekitar sebulan terakhir. Kondisi ini dipicu cuaca panas yang berlangsung sejak awal 2021.
”Biasanya kami ambil air dari mata air di atas bukit dan sumur dekat masjid. Namun, sekarang kering semua karena cuaca panas,” kata Yusfita di sela-sela mengambil air bersih yang disalurkan BPBD Kota Padang, Selasa siang.
Menurut Yusfita, rumahnya tidak punya sumur karena berada di lokasi yang relatif tinggi. Sementara jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum Kota Padang tidak menjangkau lokasi tersebut. Ia pun mengalami kesulitan air bersih hampir setiap tahun.
Darmawis (50), warga Batang Arau lainnya, mengatakan hal senada. Ia dan keluarganya mulai mengalami krisis air bersih dua pekan terakhir. Mata air di bukit, tempat Darmawis mengambil air, hampir kering dan berwarna kuning sehingga tidak layak konsumsi. ”Sudah 25 hari hujan tidak turun. Turun pun itu sebentar,” kata Darmawis.
Darmawis menjelaskan, mata air di bukit merupakan sumber air untuk memasak dan minum keluarganya. Sementara untuk mandi dan mencuci, pasokan air didapat dari sumur bor tetangga dengan membayar Rp 70.000 per bulan. Air sumur bor itu masih ada, tetapi tidak jernih dan perlu disaring.
”Saya berharap Pemkot Padang terus membantu menyalurkan air bersih untuk kami sampai kekeringan ini berakhir,” kata Darmawis.
Di salah satu titik Kelurahan Batang Arau, Selasa siang, belasan warga bergantian mengisi jerikan dan ember dengan air bersih yang disalurkan melalui mobil tangki BPBD Padang. Puluhan jerikan dan ember berjejer di sekitar lokasi. Sementara salah satu sumur umum di sekitar lokasi itu kering kerontang.
Musim kemarau diperkirakan baru mulai terjadi pada akhir Maret dan puncaknya diperkirakan terjadi Juli-Agustus. (Sukimin)
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Padang Sutan Hendra mengatakan, mulai Selasa ini pihaknya menyalurkan air bersih ke warga dua kelurahan tersebut. Selasa ini ada enam tangki (1 tangki 5.000 liter) yang disalurkan kepada warga dua kelurahan ini. Air disuplai oleh Perumda Air Minum Kota Padang.
”Di dua kelurahan ini ada 500-an keluarga yang kesulitan air bersih, umumnya warga yang tinggal di kawasan perbukitan. Sumber mata air mereka kering, begitu pula dengan sumur,” kata Sutan.
Menurut Sutan, sejauh ini baru masyarakat Kelurahan Batang Arau dan Kelurahan Seberang Palinggam yang melaporkan kesulitan air bersih. BPBD Padang mengupayakan setiap hari menyalurkan air bersih kepada mereka.
Dari catatan Kompas (19/9/2019), krisis air bersih serupa pernah terjadi di Padang. Saat itu, ada 10 kelurahan terdampak, yaitu Pegambiran, Kalumbuk, Rawang, Baringin, Taratak, Padang Besi, Batu Gadang, Seberang Palinggam, Batang Arau, dan Bukit Gado-Gado. Selain karena mata air dan sumur kering akibat cuaca panas, kondisi itu juga dipicu berkurangnya debit air dari perusahaan.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Padang Pariaman Sakimin, Selasa, mengatakan, beberapa pekan terakhir, intensitas hujan memang relatif rendah atau di bawah normal di hampir seluruh wilayah Sumbar, termasuk Padang. Namun, sebenarnya Sumbar belum memasuki musim kemarau.
Menurut Sakimin, musim kemarau diperkirakan baru mulai terjadi pada akhir Maret dan puncaknya diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus. Adapun kondisi saat ini dipengaruhi oleh monsun Asia. ”Massa udara basah tersedot ke arah Indonesia bagian selatan sehingga Indonesia bagian utara (termasuk Sumbar) cenderung kering,” kata Sakimin.
Sakimin menambahkan, meskipun cenderung kering, tetap ada potensi hujan di Sumbar pada Februari-Maret dengan intensitas ringan hingga sedang.